Karya Tulis
833 Hits

Tafsir An-Najah(Qs.Al-Baqarah:54) Bab 43- Membunuh Diri Sendiri


MEMBUNUH DIRI SENDIRI


 وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."”

(Qs. al-Baqarah: 54)

 

(1) Taubatnya Bani Israel

Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa Bani Israel menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan selain Allah. Hal itu terjadi ketika Nabi Musa sedang berkhalwat (bermunajat) kepada Allah di Gunung Thursina selama 40 hari 40 malam.

Ketika Nabi Musa pulang kepada mereka, mendapati mereka sedang menyembah kepada patung anak sapi. Maka beliau membakar patung tersebut, dan menyuruh mereka bertaubat kepada Allah. Mereka bertanya: bagaimana cara bertaubatnya? Nabi Musa menjawab,

فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ

“Maka bunuhlan diri kalian sendiri.”

Bagaimana teknis membunuh diri sendiri dalam ayat ini? Para ulama berbeda pendapat di dalamnya:

(a) Orang-orang yang menyembah patung anak sapi berdiri satu barisan, kemudian datanglah orang-orang yang tidak menyembah patung membawa pedang dan membunuh mereka yang menyembah patung satu per satu.

Sebagian mengatakan bahwa yang membunuh mereka adalah orang-orang yang mengantarkan Nabi Musa ke Gunung Thursina. Merekalah yang tidak menyembah patung anak sapi.

(b) Mereka semua berdiri dua barisan, satu dengan yang lain saling membunuh sampai ada perintah untuk berhenti. Bagi yang sudah mati dianggap mati syahid, dan bagi yang belum mati dianggap sudah bertaubat.

Menurut pendapat kedua ini, orang-orang yang menyembah patung dan yang tidak menyembah patung dianggap sama. Karena mestinya beramar ma’ruf dan nahi munkar, melarang mereka untuk menyembah patung. Ini yang tidak mereka lakukan, tapi justru mereka menyingkir dan menghindar. Perbuatan mereka dianggap setuju dengan menyembah patung, maka dihukumi sama dengan mereka, yaitu saling membunuh satu dengan yang lain.

(c) Laki-laki dari mereka mengambil pedang dan membunuh siapa saja yang dia temui; anak, bapak, saudara, tidak peduli sampai ada perintah untuk berhenti.

Ketiga cara membunuh temannya di atas semua dilakukan ketika Allah menurunkan kabut gelap kepada mereka, sehingga satu dengan yang lain tidak bisa melihatnya.

Mereka tidak berhenti saling membunuh sampai Allah mengangkat kabut yang menyelimuti meraka. Ketika berhenti, ternyata yang terbunuh dari mereka berjumlah sampai 70.000 jiwa.

Kalau mendengar cerita tersebut, kita menjadi tahu betapa besar nikmat Allah kepada umat Islam ini. Bagi yang telah berbuat dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil, Allah memberikan kita kesempatan yang seluas-luasnya untuk bertaubat kepada Allah tanpa harus membunuh diri sendiri.

Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" .” (Qs. at-Tahrim: 8)

(2) Perbedaan antara Al-Bari’ dan Al-Khaliq

Firman-Nya,

فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ

Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu.”

Ayat di atas menunjukkan betapa besar dosa mereka di hadapan Allah yang menciptakan mereka, tetapi mereka justru menyembah patung yang tidak bisa melakukan apa-apa.

Apa perbedaan Al-Bari’ dan Al-Khaliq, bukankah artinya sama-sama ‘Pencipta’?

Jawabannya bahwa Al-Bari’ (البَارِئ) adalah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, atau dalam Bahasa Indonesia diartikan “yang mengadakan”. Sedangkan  Al-Khaliq (الخالق) adalah Dzat yang mampu mengubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain; diterjemahkan dengan “mencipta”.

Makna “Al-Bariyah” diartikan juga makhluk ciptaan, sebagaimana dalam firman-Nya,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (Qs. al-Bayyinah: 7)

Kedua istilah “Al-Bari’” dan “Al-Khaliq” dicantumkan Allah dalam firman-Nya,

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. al-Hasyr: 24)

 

***

Ahmad Zain An-Najah

Jakarta,Kamis, 30 Desember 2021

 

KARYA TULIS