Tafsir An-Najah (Qs. 2:97-98) Bab 59 - Yahudi Memusuhi Jibril
Kaum Yahudi Memusuhi Jibril
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ ۞ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَرُسُلِهٖ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ۞
“Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.”
(Qs. al-Baqarah: 97-98)
(1) Kaum Yahudi Memusuhi Jibril
Banyak riwayat yang menjelaskan sebab turunnya ayat di atas. Salah satunya apa yang diriwayatkan al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“’Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam ketika ia sedang bekerja di kebun, ia segera mendatangi Nabi, lalu bertanya, “Aku ingin bertanya kepadamu tentang tiga hal yang hanya diketahui oleh Nabi. Apa tanda hari kiamat yang pertama kali muncul? Apa makanan pertama penduduk Surga? Apa yang menyebabkan seorang anak mirip bapak atau ibunya?” Beliau menjawab, “Jibril baru saja memberitahuku jawabannya.” ‘Abdullah berseru “Jibril?” Beliau menjawab “Ya” Dia berkata, “Dia adalah malaikat yang menjadi musuh kaum Yahudi.” Beliau pun membacakan ayat,
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.” (Qs. al-Baqarah: 97)
Lalu Beliau bersabda, “Tanda kiamat yang pertama tama muncul adalah api yang mengumpulkan manusia dari timur ke barat. Makanan pertama yang dimakan penghuni Surga adalah hati ikan paus. Penyebab anak mirip bapak atau ibunya adalah kalau mani laki-laki lebih mendominasi, anak akan mirip bapaknya. Tetapi kalau mani perempuan lebih mendominasi, maka anaknya mirip pada ibunya.”
‘Abdullah lantas berucap, “Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan bahwa Engkau adalah utusan Allah.” Wahai Rasulullah orang orang Yahudi adalah kaum pembohong. Jika mereka tahu bahwa saya telah masuk Islam sebelum anda menanyai mereka, pasti mereka memfitnah saya.”
Kemudian datanglah kaum Yahudi. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam menanyai mereka “’Abdullah bin Salam orang seperti apa di tengah kalian?” Mereka menjawab, “Dia orang terbaik dari putra orang baik di tengah kami. Dia adalah pemimpin kami dari putra pemimpin kami.” Beliau bertanya “Bagaimana menurut kalian jika dia masuk Islam?” Mereka menyahut, “Tidak mungkin! Semoga Allah melindungnya dari hal itu.” Keluarlah ‘Abdullah, lalu ia berkata, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Mereka berkata, “Dia adalah putra terburuk dari putra orang terburuk di tengah kami.” Mereka mencelanya, ‘Abdullah lantas berkata “Inilah yang tadi saya khawatirkan, wahai Rasulullah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Di sana terdapat riwayat riwayat lain tapi intinya hampir sama bahwa kaum Yahudi memusuhi Jibril. Mengapa mereka memusuhi Jibril? Mereka beralasan dengan hal hal yang mereka buat sendiri, diantaranya,
(a) Malaikat Jibril turun membawa peperangan, sedangkan Malaikat Mikail turun membawa hujan dan rahmat.
(b) Allah menyuruh Malaikat Jibril menjadikan kenabian dari kalangan Bani Israel, tetapi ia (malaikat JIbril) menjadikan kenabian dari kalangan Bani Ismail. Jadi menurut mereka (kaum Yahudi) Malaikat Jibril salah dalam menurunkan wahyu.
(c) Malaikat Jibril mendatangkan gempa dan adzab.
(d) Malaikat Jibril memperingatkan akan kehancuran Baitul Maqdis.
(e) Malaikat Jibril membuka rahasia kaum Yahudi kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Itulah beberapa alasan mengapa kaum Yahudi memusuhi Malaikat Jibril. Kita bisa melihat alasan alasan tersebut hanyalah buatan mereka tanpa ada dalil. Anehnya lagi malaikat kok dimusuhi?
(2) Jibril Membawa Wahyu
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.” (Qs. Al-Baqarah: 97)
Beberapa pelajaran dari ayat di atas adalah,
(a) Malaikat Jibril tidak boleh dimusuhi justru harus dihormati karena turun membawa wahyu.
(b) Wahyu diturunkan ke dalam hati Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Ini menunjukkan bahwa al-Qur’an tidak sekedar dibaca tetapi harus dipahami dan diresapi oleh hati, semuanya bisa terjadi dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala.
(c) Al-Qur’an berfungsi sebagai pembenar bagi kitab-kitab sebelumnya juga sebagai petunjuk dan berita gembira bagi orang orang beriman. Berarti malaikat Jibril itu turun untuk membawa berita gembira, bukan untuk dijadikan musuh.
(3) Antara Jibril dan Mikail
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَرُسُلِهٖ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ
“Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.” (Qs. al-Baqarah: 98)
Beberapa pelajaran dari ayat di atas yaitu,
(a) Ayat di atas menunjukkan bahwa barang siapa yang memusuhi Jibril berarti memusuhi Allah juga. Karena Allah lah yang mengutus Jibril untuk menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana kita ketahui, seseorang memusuhi utusan berarti memusuhi yang mengutus.
Di dalam hukum masyarakat Internasional, seorang utusan negara harus dihormati, walaupun dia seorang diri, sebenarnya dia mewakili negara yang mengutus. Memusuhi utusan tersebut berarti mengumumkan perang kepada negara yang mengutusnya.
Pada zaman dulu, surat seorang raja kepada raja dikirim melalui seorang utusan, maka raja yang menerima surat tersebut harus menghormati dan menjaga keselamatan pembawa surat tersebut.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengirim surat kepada Raja Persia (Kisra) melalui salah seorang sahabatnya, bukannya dihormati dan dijaga tapi justru surat tersebut disobek-sobek dan sahabat yang diutus untuk membawa surat tersebut dibunuh. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam murka dan bersabda, “Semoga Allah merobek robek kerajaan Persia”. Maka pada zaman Umar bin Khattab benar-benar kerajaan Persia hancur berkeping-keping dirobek-robek Allah melalui pasukan Islam dalam perang al-Qadisiyah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Waqqash.
(b) Dalam ayat di atas disandingkan antara malaikat Jibril dan Mikail. Hal itu menunjukkan bahwa kedua malaikat tersebut adalah berteman tidak bermusuhan, karena sama-sama utusan Allah yang membedakan keduanya hanyalah kaum Yahudi dengan dengan alasan yang mereka ada-adakan sendiri.
Orang orang yang sungguh membedakan antara rasul (utusan Allah) baik dari kalangan manusia atau malaikat akan diancam dengan adzab yang pedih dan merekalah sebenar-benarnya orang kafir. Ini sesuai dengan firman-Nya ,
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَيُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّفَرِّقُوْا بَيْنَ اللّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَّنَكْفُرُ بِبَعْضٍۙ وَّيُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَّخِذُوْا بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيْلًاۙ ۞اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ حَقًّا ۚوَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْن
“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain),” serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.” (Qs. an-Nisa: 150-151)
(c) Malaikat Jibril adalah salah satu wali Allah yang terbaik. Barang siapa yang memusuhi wali Allah, berarti ia telah mengumumkan peperangan kepada Allah.
Hal ini sesuai dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
“Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, Aku umumkan perang terhadapnya.” (HR. al-Bukhari)
(4) Doa Memohon Jalan Keluar dari Perselisihan
Dalam hal ini perlu disampaikan hadist yang menyebutkan tentang tiga malaikat, yaitu: Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Hadist ini sudah penulis sampaikan di dalam buku “Membuka Pintu Langit” beserta syarah hadist tersebut. Agar manfaatnya lebih menyebar penulis menukil ulang hadist dan syarahnya pada kesempatan ini.
اللَّهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنْ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Tuhan Jibril, Mika`il, dan Israfil; Maha pencipta langit dan bumi, Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang mereka perselisihkan, tunjukilah aku jalan keluar yang benar dari perselisihan mereka, sesungguhnya Engkau Maha pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, bagi siapa yang Engkau kehendaki.” (HR. Muslim, 1289. Dari Aisyah)
Hadits di atas adalah hadits tentang doa istiftah dalam shalat malam, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Salamah bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf bahwasanya beliau berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah Ummul Mukminin, ‘Doa apa yang dibaca oleh Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membuka shalat malamnya?’ Maka Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab bahwa Nabi membuka shalat malamnya dengan doa di atas.”
Doa ini seakan menjelaskan firman Allah,
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Qs. al-Baqarah: 213)
Pelajaran dari hadits di atas;
Tiga Pemimpin Malaikat
اللَّهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ
“Ya Allah,Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil.”
Dalam hadits di atas disebutkan tiga malaikat, Jibril, Mikail dan Israfil. Apa keutamaan dari ketiga malaikat ini? Jawabannya bahwa ketiga malaikat ini mengemban tugas yang paling penting di antara tugas para malaikat lainnya, yaitu menghidupkan sesuatu yang mati.
(a) Malaikat Jibril
Malaikat ini adalah pemimpin para malaikat, sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pemimpin para nabi. Malaikat Jibril bertugas menurunkan wahyu kepada para nabi. Dan wahyu adalah ruh atau nyawa bagi kehidupan hati. Tanpanya hati akan sakit, kemudian mati. Kalau hati mati maka kehidupan apapun tidak akan bermanfaat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Qs. asy-Syura: 52)
Ayat di atas menunjukkan secara jelas bahwa al-Qur’an adalah ruh atau nyawa, yaitu ruh bagi jiwa berupa cahaya yang menunjukkan kepada jalan yang lurus.
Tanpa al-Qur’an, jiwa akan sakit dan mati, sebagaimana firman-Nya,
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. al-An’am: 122)
Ayat di atas menunjukkan bahwa hati manusia bisa sakit bahkan mati dan tidak ada sarana yang bisa menghidupkan hati yang mati kecuali al-Qur’an.
Dari keterangan di atas menjadi jelas bahwa tugas Malaikat Jibril sangat mulia. Tak ayal jika beliau dijadikan pemimpin para malaikat.
(b) Malaikat Mikail
Malaikat Mikail bertugas menurunkan hujan dan membagikan rezeki kepada seluruh makhluk. Hujan berfungsi menghidupkan tanah yang tandus. Manusia tidak akan hidup jika berada di atas yang tandus kering kerontang tidak ada air. Bahkan pada tanah yang tidak tandus pun para petani akan gagal panen jika tidak hujan dan air. Ini juga berakibat matinya manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
Di daerah-daerah tandus wilayah Afrika sebanyak 25 juta jiwa melayang akibat kekeringan. Bahkan bantuan yang berupa 1,5 juta sapi, kambing dan domba yang diberikan kepada penduduk dilaporkan banyak yang mati karena kekeringan. PBB sendiri telah memprediksi sekitar 20 juta orang lainnya akan menghadapi bencana kelaparan akibat kekeringan di wilayah-wilayah seperti Kenya, Somalia dan Ethiopia. Menurut Wakil Direktur Kemanusiaan “Oxfam”, Jeremy Loveless bahwa hujan adalah harapan terakhir dari banyak orang. Subhanallah, bukanlah jauh-jauh sebelumnya Allah telah menjelaskan hal itu kepada umat manusia bahwa air adalah sumber kehidupan manusia di muka bumi ini, kalau tidak ada air maka tidak ada kehidupan.
Kalau saja orang-orang Afrika tersebut memahami al-Qur’an, tentunya mereka akan berharap kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Kalau saja seorang Loveless membaca al-Qur’an, dia akan tahu bahwa Allah-lah yang menurunkan air hujan agar bumi bisa hidup, darinya akan tumbuh pohon-pohon yang berbuah dan daun-daunnya pun bisa dimanfaatkan oleh manusia. Dengan air itulah Allah menghidupkan bumi dan menghidupkan seluruh makhluk yang hidup di dalamnya. Allah berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِ الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Fushilat: 39)
Keberkahan di langit, seperti hujan yang turun ke bumi memberikan kehidupan bagi mereka yang kehausan dan tertimpa musim paceklik dan kemarau yang berkepanjangan. Allah berfirman,
اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ ۞ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ ۞ فَانْظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ۞
“Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira. Padahal walaupun sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. ar-Rum: 49-50)
Para ulama menyebutkan bahwa kata (hujan) dalam al-Qur’an maknanya adalah rezeki. Sebagaimana di dalam firman Allah,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ۞ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارً ۞ وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku berkata (kepada mereka), Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (Qs. Nuh: 10-12)
Barakah dari bumi, maknanya tumbuh tumbuhan yang subur yang menghasilkan berbagai macam buah buahan dan sayur-sayuran untuk dimakan oleh manusia bahkan oleh binatang ternak, sebagaimana firman-Nya,
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ ۞ أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا ۞ ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا ۞ فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا ۞ وَعِنَبًا وَقَضْبًا ۞وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا ۞ وَحَدَائِقَ غُلْبًا ۞ وَفَاكِهَةً وَأَبًّا ۞ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ۞
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Kami-lah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian, dan anggur dan sayur-sayuran, dan zaitun dan pohon kurma, dan kebun-kebun (yang) rindang, dan buah-buahan serta rerumputan. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu.” (Qs. Abasa: 24-32)
Allah berfirman,
وَأَلَّوِ اسْتَقامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لأسْقَيْناهُمْ ماءً غَدَقاً
“Dan bahwasanya: jika mereka tetap istiqamah di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (Qs. al-Jin: 16)
Maksud air yang segar adalah rezeki dan harta yang berkah. ‘Umar bin al-Khaththab mengatakan: “Jika ada air berarti ada harta.”
(c) Malaikat Israfil
Malaikat Israfil bertugas meniup sangkakala, yang akan membangkitkan semua manusia dari alam kubur, menghidupkan kembali orang yang sudah mati untuk menuju Padang Mahsyar. Allah berfirman,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (Qs. az-Zumar: 68)
Ayat di atas menunjukkan bahwa pada tiupan sangkakala kedua (atau ketiga menurut sebagian ulama) semua manusia yang berada di alam kubur bangkit menuju Padang Mahsyar.
Kesimpulannya bahwa tiga malaikat yang disebut di dalam hadits di atas adalah para pemimpin malaikat yang bertugas menghidupkan sesuatu yang mati. Malaikat Jibril menghidupkan hati yang mati. Malaikat Mikail menghidupkan bumi yang mati. Sedangkan Malaikat Israfil menghidupkan manusia yang mati. Semuanya tentu atas izin dan perintah Allah subhanahu wa ta’ala
Wallahu A'lam
***
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »