Tafsir An-Najah (Qs.2:114-115) Bab 66 - Penghalang Orang Shalat
PARA PENGHALANG ORANG SHALAT DI MASJID
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰهِ اَنْ يُّذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗ وَسَعٰى فِيْ خَرَابِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ مَا كَانَ لَهُمْ اَنْ يَّدْخُلُوْهَآ اِلَّا خَاۤىِٕفِيْنَ ەۗ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْيٌ وَّلَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat azab yang berat,Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
(Qs.Al-Baqarah [2] : 114-115)
1.Sebab turunnya Ayat
Ada beberapa versi tentang turunnya ayat diatas.
1) Ayat ini turun berkenaan dengan Bukhtanasar seorang Romawi, yang beragama Nashrani dan pasukan-Nya menyerbu Bani Israel, membunuh para laki-laki dan menawan para wanita, merubuhkan Baitul Maqdis dan melemparkan bangkai ke dalamannya, serta mengubah kitab Taurat.
2) Ayat ini turun berkenaan dengan Bakhtansir (Nebukadnezer) dan pasukannya, mereka menyerbu kaum Yahudi dan merubuhkan Baitul Maqdis. Mereka dibantu oleh kaum Nashrani dari bangsa Romawi
3) Ayat ini turun berkenaan dengan kaum Musyrikin Mekkah yang menghalangi Kaum Muslimin yang hendak melakukan sholat di Masjidil Haram
4) Ayat ini turun berkenaan dengan kaum Musyrikin mekkah yang menghalangi Rosulullah dan kaum Muslimin yang hendak melakukan umrah pada peristiwa shalhu hudaibiyah (perdamaian hudaibiyah)
2.Kedzaliman para penghalang orang shalat di Masjid
1) Ayat diatas menunjukan bahwa prbuataan yang paling dzalim adalah menghalangi manusia dari beribadah kepada Allah di masjid-masjid dengan cara merobohkan atau menonaktifkan fungsinya serta menghalangkan syiar-syiar agama darinya. Perbuataan ini menyebabkan manusia lama-lama lupa terhadap Allah sebagai pencipta. Akhirnya terjadi maksiat dan kesyirikan, padahal kesyirikan adalah kedzaliman yang pasti besar juga.
Firman-Nya مسا خد اللة) (masjid-masjid Allah. Disini menisbatkan masjid milik Allah, sebagaimana didalam firman-Nya
وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًاۖ
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah.”(Qs.Al-jinn [72] : 18).
Hal itu karena didalam masjid seseorang tidak boleh menyembah selain Allah, maksudnya bahwa masjid-masjid Allah adalah tempat untuk menegakkan Tauhid.
Inilah yang dimaksud bahwa salah satu fungsi masjid yang paling utama adalah menyebut, memuji, mengagungkan dan mensucikan nama Allah.
2)
اُولٰۤىِٕكَ مَا كَانَ لَهُمْ اَنْ يَّدْخُلُوْهَآ اِلَّا خَاۤىِٕفِيْنَ
“Merekalah orang orang yang tidak sepantasnya masuk kedalam masjid Allah, kecuali dengan rasa takut.” (Qs.Al-Baqarah [2] : 114)
Ada beberapa penafsiran pada ayat diatas,diantaranya,
a) Ayat tersebut berbentuk berita, tapi maksudnya adalah perintah, artinya perangilah mereka, sehingga kalian bisa menguasai masjid Allah, maka jangan izinkan mereka masuk ke dalamnya kecuali dalam keadaan takut kepadamu. Setelah umat Islam membuka kota Mekkah, semenjak itu orang-orang Musyrik tidak boleh masuk kedalam Masjidil Haram.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfiman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْمُشْرِكُوْنَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هٰذَا ۚوَاِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيْكُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖٓ اِنْ شَاۤءَۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa), karena itu janganlah mereka mendekati Masjidilharam setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Qs.At-Taubah [9] : 28)
ini termaksud bentuk kehinaan mereka di dunia dan di akhirat mereka akan mendapatkan adzab yang pedih.
b) Jika ayat diatas ditafsirkan Baitul Maqdis maka maknanya sebagai berikut, “ ketika orang orang Romawi merobohkan Baitul Maqdis,kemudian Bitul Maqdis dikuasai umat Islam, maka mereka tidak masuk ke dalamnya kecuali dalam keadaan takut di penggal lehernya, atau takut dengan pembayaraan jizyah yang harus dilaksanakan”
3. Shalat menghapa Kearah manapun?
وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْم
“Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”(Qs.Al.Baqarah [2] : 115)
Para ulama berbeda pendapat tentang ayat diatas.
1) Ayat diatas turun kepada orang yang sholat tidak menghadap kiblat pada waktu malam gelap gulita. Diriwayatkan dari Amir bin Rabi’ah bahwasammya ia berkata “suatu kaum Bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melakukan safar diwaktu malam gelap gulita, kami tidak tahu kemana arah kiblat. Setiap dari kita shalat sesuai dengan posisinya. Ketika pagi hari kita sampaikan kepada Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka turunlah ayat ini (HR.At-Tirmidzi)
Dari sini para ulama fiqih mengatakan jika seseorang sholat tidak menghadap kiblat karena gelap(atau karena tak tahu arah kiblat) kemudian ternyata salah, maka sholatnya sah dan tidak perlu mengulangi sholat lagi.
2) Ayat ini turun untuk siapa saja yang sedang musafir dan ingin sholat sunnah, dia dibolehkan sholat menghadap kea rah mana saja. Diriwayatkan bahwa Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ketika melakukan safar dari Mekkah ke Madinah, beliau sholat diatas kendaraannya mengikuti arah kendaraan tersebut. (HR.Muslim)
Hanya saja sebagian ulama, seperti Imam Malik mensyaratkan jarak perjalanan yang ditempuh harus jarak dibolehkan qashar Sholat (±80km).
3) Dahulu kaum Yahudi senang ketika Rosulullaah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap Baitul Maqdis. Ketika beliau diperintahkan sholat menghadap ka’bah, kaum Yahudi bertanya “kenapa harus menghadap arah kiblat, maka turunlah ayat ini”
4) Mayoritas ulama mengatakan bahwa ayat ini Mansukh( dihapus). Hal itu, karena dahulu ketika di mekkah Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Sholat menghadap Baitul Maqdis dengan cara menghadap wajahnya ke ka’bah yang kearah Baitul Maqdis. Setelah hijrah ke Madinah, beliau menghadap ke Baitul Maqdis selama 16 atau 17 bulan lamanya. Maka turun ayat ini (QS.Al-Baqarah : 115) setelah itu turun perintah untuk menghadap ke ka’bah. Sehingga ayat 155 dinasakh (dihapus) dengan ayat 150 dari surat Al-Baqarah
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۙ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ وَلِاُتِمَّ نِعْمَتِيْ عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَۙ
“Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.”(Qs.Al-Baqarah [2] :150)
4.Keringanan dari Allah
1) ayat 115 diatas sebagai bentuk keringanan dari allah kepada umat Islam, yaitu ketika masjid ditutup atau di robohkan, atau dikuasai orang-orang kafir maka umat Islam boleh sholat ditempat manapun juga.
2) Ketika seseorang dalam perjalanan, atau dalam keadaan gelap gulita atau dalam kondisi tidak tahu kiblat maka hendaknya tetap sholat kearah yang diyakini, jika kemudian salah, maka sholatnya tetap sah dan tidak perlu mengulanginya lagi.
Wallahu A’lam
****
Jakarta, Kamis, 14 January 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »