Karya Tulis
852 Hits

Tafsir An-Najah (Qs.2:119-123) Bab 68 - Misi Yahudi dan Nasrani


MISI YAHUDI DAN NASRANI.

 

اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًاۙ وَّلَا تُسْـَٔلُ عَنْ اَصْحٰبِ الْجَحِيْمِ

وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ

اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَتْلُوْنَهٗ حَقَّ تِلَاوَتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ

وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ

“Sungguh, Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan engkau tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barangsiapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi. Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini (pada masa itu). Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela) orang lain sedikit pun, tebusan tidak diterima, bantuan tidak berguna baginya, dan mereka tidak akan ditolong.”

( QS Al-Baqarah [2] : 119-123 ).

 

Pelajaran dari ayat ayat diatas.

1)       Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin tidak mau beriman kepada kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka pada ayat ini dijelaskan bahwa Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam tidak akan ditanya tentang kekafiran mereka.

 

“ Sesungguhnya kami (Allah) telah mengutusmu ( wahai Muhammad) dengan kebenaran 

( Islam) untuk memeri kabar gembira (kepada orang orang beriman bahwa mereka akan mendapatkan pahala baik berupa Surga) dan memberikan peringatan (kepada orang orang kafir) kalau mereka tak mau beriman, mereka akan dimasukkan ke Neraka Jahim) ini seperti firmanNya,

 

قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا

 

“sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.” ( QS. Al-Kahfi  [18] : 2)

 

2)      Dan engkau Muhammad tidak ditanya tentang penduduk Neraka Jahim” maksudnya tugas Rasul hanya sekedar menyampaikan dakwah, memberi kabar gembira bagi yang mau beriman dan memperingatkan orang orang kafir akan adzab Allah yang pedih. Jika mereka mau masuk Islam, Alhamdulillah. Tetapi jika mereka tetap dalam kekafirannya, maka bukan tanggung jawab seorang Rasul. Jangan sedih kecewa dengan hal itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا

 

Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).  

( Qs. Al-Kahfi [18] : 6).

 

Begitu juga bukan tugas Rosul menurunkan petunjuk Allah kepada mereka, Allah Subhana wa Ta’ala  berfirman,

 

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَنْفُسِكُمْ ۗوَمَا تُنْفِقُوْنَ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ اللّٰهِ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ

 

“Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).” ( Qs. Al-Baqarah [2] : 272).

 

3)      Kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan ridho dengan apa yang dikerjakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Apapun mukjizat yang didatangkan kepada mereka, mereka tidak akan beriman, maka tugas Rasul terfokus kepada mencari ridho Allah bukan mencari ridho mereka.

 

4)      Ayat ini menjadi salah satu dasar untuk mengatakan bahwa mereka terus berusaha agar kaum Muslimin keluar dari agama  Islam dan berpindah ke agama mereka .

        Ini dikuatkan dengan firmanNya,

 

يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيْهِۗ قُلْ قِتَالٌ فِيْهِ كَبِيْرٌ ۗ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَكُفْرٌۢ بِهٖ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاِخْرَاجُ اَهْلِهٖ مِنْهُ اَكْبَرُ عِنْدَ اللّٰهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ اَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتّٰى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ اِنِ اسْتَطَاعُوْا ۗ وَمَنْ يَّرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَاُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

 

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidil haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” ( Qs. Al-Baqarah [2] : 217)

.

5)       Kewajiban untuk tetap istiqomah dalam agama Islam ini, karena ini adalah petunjuk Allah (Hudallah) yang hakiki, dimana setiap muslim selalu melakukannya setiap hari minimal 17 kali didaam solat.

 

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Qs. Al-fatihah [1] : 6).

 

6)      Larangan mengikuti hawa nafsu mereka setelah mengetahui bahwa Islam adalah yang paling benar, salah satu bentuk hawa nafsu mereka adalah mencampuradukan antara ajaran tiga agama ( Yahudi, Nasrani dan Islam). Atau sering dikenal dengan plurarisme agama. Jika umat Islam mengikuti hawa nafsu mereka dalam masalah keyakinan, maka Allah tidak akan menjadi penolong umat Islam lagi.

 

7)      Diantara ahlul kitab terdapat orang orang yang jujur dan baik. Mereka benar benar membaca ( Taurat dan Injil) dengan sebenar benar membacanya yaitu mengikuti dan mengamalkan isinya. Karena salah satu mereka (Tilawah) adalah mengikuti, sebagaimana firmanNya,

 

وَٱلْقَمَرِ إِذَا تَلَىٰهَا  , والشمس وضحاهاا.

 

“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya.”

(Qs. Asy-Syams  [91] : 1-2 )

 

 

Dan salah satu kandungandalam Taurat dan Injil adalah berita tentang kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebagai Nabi yang terakhir. Oleh karenanyanya yang benar benar membacanya akan mengikutinya diantaranya adalah Abdullah bin Salam dan Adi bin Hatim.

Ini dikuatkan dengan firmanNya,

 

اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهٰىهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤىِٕثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ وَالْاَغْلٰلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِهٖ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٗٓ ۙاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ࣖ

 

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung.”(Qs. Al A’raf [7] :157 )

 

8)      Menurut Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu bahwa yang dimaksud yang membacanya dengan bacaan yang sebenarnya adalah menghalalkan appa yang dihalalkanNya dan mengharamkan apa yang diharamkanNya serta membacanya sesuai dengan apa yang diturunkan Allah, tidak mengubah kalimat dari tempatnya, dan tidak menafsirkan satu kata pun yang tidak seharusnya.

 

Perkataan Ibnu Mas’ud diatas mengingatkan kita semua agar ketika membaca Al Quran jangan sekedar memperbaiki tajwid dan belajar makhroj saja tetapi juga dipelajari isinya dan kandungannya. Juga di tadaburi ayat ayatnya agar bisa memperbaiki perilaku kita sehari hari, inilah makna Al Quran sebagai hidayah manusia.

 

9)      Pada ayat 122 ini Bani Israil diingatkan oleh Allah lagi akan nikmat nikmat yang diberikan kepada mereka. Dan diantara nikmat itu bersama mereka dijadikan umat terbaik pada waktu itu, yaitu ketika mereka mau mengikuti petunjuk para Nabi yang diutus kepada mereka dan mengamalkan kitab kitab yang diturunkan kepada mereka . sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ مِّنْ رَّبِّهِمْ لَاَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْۗ مِنْهُمْ اُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ سَاۤءَ مَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ

 

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada sekelompok yang jujur dan taat. Dan banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Al Maidah [5] : 66)

 

10)    Sebagai penutup kelompok ayat ayat diatas tepatnya ayat 123, Allah mengingatkan bahwa dunia ini cepat atau lambat akan hancur dan fana. Serta berganti degan keidupan baru yang abadi, yaitu kehidupan Akhirat maka orang yag cerdas akan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari tersebut.

 

Hari itu  tidak seorangpun bisa menolong orang lain, tidak diterima suatu tebusan untuknya dan tidak bermanfaat untuknya syafaat apapun juga serta tidak akan ditolong, hal hal semacam itu yang biasa manusia lakukan di dunia. Tetapi di Akhirat tidak ada yang bermanfaat kecuali yan datang kepada Allah dengan hati yang bersih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ  , يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ

 

“(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asyu’ara[26] : 88-89).

 

Wallahu A’lam

****

 

 

Jakarta, Ahad, 16 Januari 2022.

KARYA TULIS