Tafsir An-Najah (Qs.2:130-134) Bab 73 - Wasiat Nabi Ibrahim
WASIAT NABI IBRAHIM
وَمَنْ يَّرْغَبُ عَنْ مِّلَّةِ اِبْرٰهٖمَ اِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهٗ ۗوَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
اِذْ قَالَ لَهٗ رَبُّهٗٓ اَسْلِمْۙ قَالَ اَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنْ
تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Dan orang yang membenci agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang shaleh. (Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserah dirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek-moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggung-jawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.”
( Qs. Al-Baqarah [ 2 ] : 130-134 )
1. Membenci Ajaran Nabi Ibrahim.
1) Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Salam seorang Yahudi yang sudah masuk Islam mengajak kepada keponakannya yang bernama Salamon dan Muhajir untuk masuk Islam. Beliau menerangkan kepada keduanya bahwa di dalam Taurat telah disebutkan akan datang Nabi yang terakhir yang bernama Ahmad ( Muhammad ), barang siapa yang beriman kepadanya, maka dia telah mendapatkan petunjuk, sedangkan yang tidak beriman, dia telah terkutuk. Mendengar penjelasan tersebut , maka Salamon langsung masuk Islam, sedangkan Muhajir enggan masuk Islam, maka turunlah ayat ini.
2) Siapa yang membenci ajaran Nabi Ibrahim maka sesungguhnya ia telah membodohi dirinya sendiri. Agama Ibrahim adalah Agama Tauhid, hanya menyembah kepada Allah serta menjauhi kesyirikan. Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلّٰهِ حَنِيْفًاۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ
“Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah).” (Qs. An-Nahl [ 16 ] : 120)
Ini dikuatkan dengan firman-Nya,
اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۚ
“Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.” (Qs. Al-An’am [ 6 ] : 79)
Sedang yang membenci ajaran Nabi Ibrahim adalah kaum Yahudi dan Nasrani, mereka mengklaim pengikut agama Ibrahim. Tetapi mereka membuat bid’ah baru yang bernama Agama Yahudi dan Agama Nasrani .
مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang Musyrik.” ( Qs. Ali-Imran [ 3 ] : 67)
Nabi Ibrahim telah dipilih oleh Allah menjadi orang shaleh di dunia dan di akhirat.
Ini mirip dengan firman-Nya,
وَاٰتَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ۗوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ ۗ
“Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang yang shaleh.” (Qs. an-Nahl [ 16 ] :122)
3) Salah satu kriteria hamba Allah yang menjadi pilihan-Nya adalah orang yang pasrah penuh kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala,
اِذْ قَالَ لَهٗ رَبُّهٗٓ اَسْلِمْۙ قَالَ اَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserah dirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”
( Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 131)
Inilah hakikat agama kepasrahan total kepada Allah. Pasrah kepada syariat-Nya dan pasrah kepada taqdir-Nya. Bahkan alam semesta pun ikut pasrah kepada-Nya baik secara pilihan maupun terpaksa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٗ ٓ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan? “ ( Qs. Ali-Imran [ 3 ] : 83 )
Berpegang Teguh kepada Islam.
1) Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’kub mewasiatkan ucapan ( aku pasrah kepada tuhan semesta alam) kepada anak-anaknya yaitu Ismail, dan Ishaq serta anak keturunannya, “Wahai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam agama bagi kalian. Maka janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam ini.”
Hal itu menunjukkan beberapa hal :
(a) Orang tua hendaknya berwasiat kepada anak-anaknya agar berpegang teguh terhadap agama Islam.
(b) Nabi Ibrahim dan Nabi-Nabi keturunannya sejak Nabi Ismail , Nabi Ishaq, Nabi Ya’kub, Nabi Yusuf, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Musa, Nabi Zakaria, Nabi Yahya sampai Nabi Isa mereka adalah Para Nabi yang beragama Islam.
(c) Kewajiban untuk mempertahankan ajaran agama Islam sampai akhir hayat . ini sesuai dengan firman-Nya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْن
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.
( Qs al- Imran [ 3 ] : 102)
Hal ini dikuatkan dengan firman-Nya :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.”
( Qs. al-Hijr [ 15 ] : 99 )
(d) Anjuran untuk selalu mengingat kematian karena setiap jiwa pasti akan mati, hanya saja waktunya tidak diketahui karena itu harus ada persiapan setiap jiwa untuk menghadapinya.
2. Wasiat Sebelum Mati
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنْ
” Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” ( Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 133 )
1) Nabi Yakub sebelum meninggal dunia berwasiat kepada anak-anaknya yang berjumlah 12 laki-laki sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” ( Qs. Yusuf [ 12 ] : 4)
Para Ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud sebelas bintang adalah saudara Nabi Yusuf, sehingga kalau ditambah dengan Nabi Yusuf semua anak Nabi Yakub adalah dua belas orang.
2) Wasiat Nabi Yakub kepada anak-anaknya adalah wasiat keagamaan bukan harta benda. Isi wasiat tersebut adalah pertanyaan kepada mereka.
مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ
“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”
Artinya Nabi Yakub sangat memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya, dan sangat khawatir dengan masa depan agama anak-anaknya.
Inilah yang harus diperhatikan para orang tua zaman sekarang kepada anak-anak mereka.
Sayangnya banyak dari kita temui di masyarakat, para orang tua lebih khawatir keadaan dunia anaknya daripada keadaan agama mereka. Sebagian dari mereka, sebelum meninggal dunia bertanya kepada anak-anak mereka “ apa yang kalian makan sepeninggalanku?”
Mereka khawatir anak-anaknya tidak makan tetapi tidak khawatir anak-anak mereka bermaksiat atau berbuat syirik setelah orang tua mereka meninggal.
3) Anak anak Nabi Yakub menjawab bahwa mereka menyembah Allah tuhannya bapak mereka Nabi Yakub dan tuhannya nenek moyang mereka yaitu, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, tuhan yang Maha Esa dan mereka pasrah kepada-Nya.
4) Ini mirip dengan pernyataan Nabi Yusuf salah satu anak Nabi Yakub, ketika beliau dalam penjara mendakwahi kedua temannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ اٰبَاۤءِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَۗ مَا كَانَ لَنَآ اَنْ نُّشْرِكَ بِاللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ ذٰلِكَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُوْنَ
“Dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” ( Qs. Yusuf [ 12 ] : 38 )
Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Yakub sudah mendidik anak-anaknya tentang Tauhid sejak mereka kecil, sehingga pendidikan tersebut membekas pada diri mereka dimana saja mereka berada, bahkan pada masa-masa sulit didalam penjara. Bahkan mampu mendakwahkan nilai-nilai tauhid kepada orang lain. Pendidikan agama yang ketat sejak dini kepada anak-anak ternyata terkesan dalam hati mereka sampai akhir hayat mereka.
Oleh karenanya Nabi Yakub meninggal dunia dalam keadaan tenang dan bahagia karena anak-anaknya masih berada di atas jalan yang lurus, jalan tauhid dan jauh dari kesyirikan.
3. Sama Amal Masing-Masing
تلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.”
( Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 134 )
Itulah cerita hidup orang-orang terdahulu. Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yaqub yang memegang teguh agama mereka hingga akhir hayat. Mereka akan mendapatkan pahala atas amal perbuatan mereka . sedangkan kalian wahai umat Islam, umat Yahudi dan umat Nasrani akan mendapat pahala sesuai dengan amal kalian.
Jika kalian memegang agama tauhid dengan baik sebagaimana mereka, kalian pun akan mendapat pahala seperti mereka. Tetapi jika kalian tidak mau bertauhid dan masuk Islam, maka cerita nenek moyang kalian tidak akan membantu kalian dari azab yang pedih. Dan pada hari kiamat kalian tidak ditanya tentang apa yang mereka kerjakan, yang akan ditanya adalah apa yang kalian kerjakan.
ومن بطع به عمله لم يسرع به نفسه
“Barang siapa yang lambat dalam beramal, maka tidak bisa dipercepat oleh nasab keturunannya” (HR. Muslim, No. 6299)
Wallahu A’lam
****
Jakarta, Rabu 19 Januari 2022.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »