Karya Tulis
756 Hits

Tafsir An-Najah (Qs.2: 138-141) Bab 75 - Celupan Allah


CELUPAN ALLAH

 

صِبْغَةَ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ صِبْغَةً ۖ وَّنَحْنُ لَهٗ عٰبِدُوْنَ

قُلْ اَتُحَاۤجُّوْنَنَا فِى اللّٰهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْۚ وَلَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُخْلِصُوْنَ ۙ

اَمْ تَقُوْلُوْنَ اِنَّ اِبْرٰهيمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطَ كَانُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ قُلْ ءَاَنْتُمْ اَعْلَمُ اَمِ اللّٰهُ ۗ وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهٗ مِنَ اللّٰهِ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

”Sibgah Allah.” Siapa yang lebih baik sibgah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah, Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri, Ataukah kamu (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya adalah penganut Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Kamukah yang lebih tahu atau Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan, Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.”

(Qs.Al-Baqarah [ 2 ] : 138-141)

 

1.    Arti Celupan (Shibghah)

 

(1)   Shibghah artinya celupan atau keadaan yang berlangsung dalam proses mewarnai, adapun yang dimaksud “Shibghah” disini adalah keimanan atau agama Allah (Islam). Ajaran-ajaran agama Allah yang mensucikan orang beriman dari kotoran syirik. Keimanan yang menghiasi seseorang dengan akhlak karimah dan keyakinan yang kuat sebagaimana celupan yang meresap ke dalam kain dan memberikan warna tertentu padanya.

Sebagian Ulama mempermitsalkan “Shibghah” ini seperti “Fitrah” Allah dimana Allah menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya, karakter dasar manusia.

(2)   Dahulu orang-orang Yahudi ketika mempunyai anak, ketika sudah berumur tujuh hari. Mereka memasukannya ke dalam air. Begitu juga kaum Nashrani, ketika salah satu diantara mereka melahirkan anak, tujuh hari kemudian, mereka mencelupkan anak tersebut ke dalam air yang disebut air baptis (Al-Ma’mudy) dengan maksud mensucikan anak itu, mereka menganggap baptis itu sebagai pengganti Khitan. Dengan demikian, anak tersebut telah menjadi seorang Nashrani, maka Allah menurunkan ayat ini, sebagai jawaban atas kebiasaan mereka, “Celupan Allah, dan siapakah yang lebih baik celupannya dari pada Allah?”

(3)      Dari keterangan diatas, sebagian Ulama berpendapat bahwa orang kafir yang masuk Islam wajib untuk mandi terlebih dahulu. Hal ini dikuatkan dengan beberapa Hadits yang menyebutkan bahwa Tsumamah bin Atsal ketika masuk Islam, di perintahkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk mandi.

Begitu juga yang terjadi pada Qais bin ‘Ashim ketika masuk Islam juga diperintahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk mandi.

 

2.    Kaum Yahudi Mendebat Tentang Allah

 

قُلْ اَتُحَاۤجُّوْنَنَا فِى اللّٰهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْۚ وَلَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُخْلِصُوْنَ ۙ

“Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri.” (Qs.al-Baqarah [ 2 ] : 139)

(1)       Kaum Yahudi mendebat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang Allah. Mereka menyatakan, “Kami lebih berhak untuk menjadi hamba Allah dari pada kalian. Karena kami adalah anak-anak Allah dari para kekasih-Nya. Nabi-nabi kami dan kitab suci kami lebih dahulu datang, sedang kalian pendatang dan orang baru “Dan kami belum pernah menyembah berhala seperti kalian (maksudnya sebagian sahabat yang dulu pernah menyembuh berhala).

(2)       Maka Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk menjawab pertanyaan mereka bahwa “ Rabb kita satu, yang paling penting adalah awal perbuatan kita, jika baik maka akan dibalas dengan kebaikan, jika jelek maka akan disiksa, tidak ada artinya bahwa Nabi dan kitab sucinya lebih datang duluan.

Kami berlepas diri dari kalian dan apa yang kalian sembah. Dan kalian juga berlepas dari diri kami. Masing-masing beramal sesuai dengan keyakinannya, ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ

“Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Yunus [ 10 ] : 41)  

Yang penting dalam hal ini adalah keikhlasan dalam beramal, semata-mata hanya untuk mencari Ridha Allah saja.

(3)       Dan kami mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya saja”

Didalam ayat ini, terdapat sindiran kepada kalian kaum Yahudi dan Nashrani bahwa mereka tidak ikhlas dalam beribadah, bagaimana mereke mengklaim bahwa mereka paling dekat dengan Allah?.

 

  1. Para Nabi Bukan Yahudi Dan Nashrani

 

 اَمْ تَقُوْلُوْنَ اِنَّ اِبْرٰهيمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطَ كَانُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ قُلْ ءَاَنْتُمْ اَعْلَمُ اَمِ اللّٰهُ ۗ وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهٗ مِنَ اللّٰهِ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

“Ataukah kamu (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya adalah penganut Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Kamukah yang lebih tahu atau Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Qs.al-Baqarah [ 2 ] : 140)

(1)    Pada ayat ini, Allah mengingkari klaim kaum Yahudi dan Nashrani bahwa Nabi Ibrahim serta para Nabi yang datang sesudahnya dan “Al-Asbath” adalah penganut agama Yahudi atau Nashrani mereka mengkalim hal itu. Apakah mereka lebih tahu dari pada Allah? Hal ini dikuatkan pada firman Allah Subhanahuwa Ta’ala  :

مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“ Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.” (Qs.Ali-Imran [ 3 ] : 67)

(2)    Ayat ini justru menunjukkan sebaliknya, bahwa Nabi Ibrahim adalah orang yang Hanif (Lurus), bertauhid, beragama Islam, bukan seorang Yahudi bukan juga seorang Nashrani, begitu juga Nabi Ismail, Ishaq, Ya’kub dan Al-Asbath, semuanya mereka beragama Tauhid, tidak ada satu pun dari mereka yang beragama Yahudi dan Nashrani.

(3)    Siapakah orang yang paling zalim dari pada orang yang menyembunyikan “persaksian” dari Allah yang dimilikinya.

Maksudnya bahwa kaum Yahudi dan kaum Nashrani mengetahui bahwa para Nabi yang disebut bukanlah beragama yahudi maupun Nashrani, tetapi beragama Islam, tetapi mereka menyembunyikan pengetahuan tersebut untuk kepentingan dunia. Maka tidak akan pernah terjadi dengan perbuatan mereka ini

Itulah orang-orang terdahulu yang sudah melakukan amal shaleh dan mendapatkan pahalanya dan kalian juga akan mendapatkan pahala atau siksaan sesuai dengan amal perbuataan yang kalian kerjakan. Kalian tidak akan ditanya tentang  perbuatan orang-orang yang sudah berlalu

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.”

(Qs.al-Baqarah [ 2 ] : 141)

Wallahu A’lam

****

 

Alhamdulillah selesai penulisan Tafsir “ An-Najah ” Juz 1 pada Hari Kamis tanggal 20 Januari 2022. Pukul 15.00 sore.

 

 

KARYA TULIS