Karya Tulis
968 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 2 :148-150) Bab 79- Berlomba-lomba dalam Kebaikan


BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN

 

وَلِكُلّٖ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ أَيۡنَ مَا تَكُونُواْ يَأۡتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١٤٨ وَمِنۡ حَيۡثُ خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۖ وَإِنَّهُۥ لَلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ١٤٩ وَمِنۡ حَيۡثُ خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيۡكُمۡ حُجَّةٌ إِلَّا ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنۡهُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡهُمۡ وَٱخۡشَوۡنِي وَلِأُتِمَّ نِعۡمَتِي عَلَيۡكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٥٠ 

“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Makaberlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.”

( Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 148-150 )

 

1.      Tugas Rasul

 

Ayat diatas mengandung beberapa pelajaran diantaranya :

1)     Setiap umat mempunyai Wijhah atau kiblat dimana Allah yang memalingkan-Nya. Kaum Yahudi diarahkan kiblatnya menghadap Baitul Maqdis yaitu ke arah barat. Kaum Nasrani memiliki kiblat sendiri yaitu menghadap timur. Sedangkan Kaum Muslimin memiliki kiblat menghadap ke Ka’bah tidak perlu di perdebatkan.

2)     Yang paling penting dalam beragama yaitu bersegera melakukan kebaikan. “ Al-khairat ” disini artinya kebaikan-kebaikan, tidak hanya satu kebaikan. Dan salah satu kebaikan itu adalah segera melaksanakan shalat dengan menghadap kiblat.

Perintah untuk bersegera dalam melakukan kebaikan terdapat pada ayat –ayat lain, diantaranya :

a)   Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

 

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

 

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,” ( Qs. Ali-Imran [ 3 ] : 133)

 

b)     Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

 

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

“Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” ( Qs. al-Hadid [ 57 ] : 21)

c)    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ

Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.”

 ( Qs. al-Anbiya [ 21 ] :  90 )

Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa salah satu penyebab terkabulnya doa adalah bersegera mengerjakan kebaikan.

d)     salah satu sahabat yang sering bersegera di dalam kebaikan adalah Abu Bakar Ash-Shidiq. Disebut Abu Bakar karena kecepatan dan kesegeraannya  dalam berbuat baik. Bakar artinya pergi pada waktu pagi-pagi benar yaitu melaksanakan kebaikan sebelum yang lainnya. Salah satu Hadist yang menyebutkan bersegeranya Abu Bakar Ash-Shidiq dalam kebaikan adalah apa yang disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata :

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

 

“Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya: "Siapakah di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa?" Abu Bakar menjawab, "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah menghantarkan jenazah?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah memberi makan orang miskin?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?" Abu Bakar menjawab, "Aku." Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah semua itu ada pada seseorang kecuali dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim, 1707)

3)      Adapun firman Allah yang kandungannya mirip dengan ayat diatas

 ( Qs. Al-Baqarah [2] : 148 ) adalah :

 

وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ

“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,” ( Qs. al-Maidah [ 5 ] : 48 )

Ayat diatas mengandung beberapa hal :

a)     Allah menurunkan kepada Nabi Muhammad Al-Quran sebagai pembenar dari kitab-kitab sebelumnya termasuk di dalamnya pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis menjadi menghadap ke  Ka’bah.

b)     Larangan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan umatnya untuk mengikut kemauan dan hawa nafsu Ahlul Kitab yang memalingkan dari apa yang diturunkan oleh Allah.

c)      Setiap umat mempunyai aturan dan jalannya sendiri-sendiiri, termasuk di dalamnya arah kiblat.

d)     Tujunnya agar Allah menguji amal perbuatan masing-masing dari umat ini.

e)     Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

f)       Dan pada akhirnya, kalian semua akan di kembalikan kepada Allah dan diberikan ganjaran sesuai dengan amalnya masing-masing.

 

 2. Pengulangan Perintah

 

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاِنَّهٗ لَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۙ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ وَلِاُتِمَّ نِعْمَتِيْ عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

 

“Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.” ( Qs. al-Baqarah [ 2 ] : 149-150 )

1)        Para ulama menjelaskan bahwa perintah untuk menghadap Masjidil Haram terulang dua kali pada ayat 144. Dan terulang sebanyak tiga kali pada ayat 149 dan 150. Apa hikmah di balik pengulangan tersebut?

2)        Para Ulama berbeda pendapat di dalam menyebut hikmah di balik pengulangan tersebut diantaranya,

a)     Bahwa hal itu dimaksudkan sebagai penekanan  karena ia merupakan penghapusan hukum yang pertama kali terjadi dalam Islam.

b)     Perintah itu turun dalam beberapa kondisi,

Pertama, di tujukan kepada orang orang yang menyaksikan Ka’bah secara langsung.

Kedua,bagi orang-orang yang berada di Mekkah, tetapi tidak menyaksikan Ka’bah secara langsung.

Ketiga,di tujukan  bagi orang-orang yang berada di negara lain.

 

c)       Menurut Al-Qurthubi ayat ini turun dalam beberapa kondisi,

Pertama, di tujukan  kepada orang-orang yang menyaksikan Ka’bah secara langsung.

Kedua, di tujukan kepada orang-orang yang berada di Mekkah dan di tempat lain.

Ketiga, di tujukan kepada orang-orang yang melakukan sabar, merekapun di wajibkan menghadap kiblat dalam shalat.

 

d)       Diulangi perintah untuk berpindah kiblat karena sangat berat bagi jiwa. Karena Kaum Muslimin sudah terbiasa shalat menghadap Baitul Maqdis, maka untuk mengubahnya membutuhkan waktu dan pengulangan berkali-kali.

 

4. Penyempurnaan Nikmat Dan Hidayah

Diantara hikmah pemindahan kiblat dan pengulangannya sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat diatas adalah,

1)     Agar tidak ada hujjah bagi Ahlul Kitab dan Kaum Musyrikin terhadap kalian. Bagaimana keterangannya ? Ahlul kitab sudah mengetahui di dalam kitab suci mereka bahwa akan diutus Nabi di akhir zaman dari Nabi Ibrahim dan Ismail. Nabi ini akan menghidupkan kembali agama ( tauhid ) nenek moyangnya diantaranya akan menghadapkan wajahnya ke arah ka’bah ketika shalat. Ka’bah yang telah di bangun Nabi Ibrahim dan Ismail.

Jika Nabi Muhammad tetap menghadap ke Baitul Maqdis maka akan ada celah untuk direbut oleh Ahlul Kitab. Ketika beliau berpindah ke arah Ka’bah, maka tidak ada alasan lagi bagi Ahlul Kitab untuk mendebat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Kecuali orang-orang zalim, mereka tetap mendebat Nabi Muhammad , siapa ynag dimaksud orang-orang zalim pada ayat ini?  Yang dimaksud adalah orang-orang Musyrikin yang tidak mempunyai pegangan apapun. Mereka tidak punya kitab dan tidak punya Nabi. Sehingga komentar mereka tidak perlu di tanggapi dan di takuti. Apa komentar mereka? Mereka berkata, “ Muhammad telah beralih ke kiblat kita dan sebentar lagi akan berarih ke agama kita.”

Komentar-komentar itu tidak perlu di takuti, yang perlu ditakuti hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2)     Penyempurnaan Nikmat Allah

Pemindahan kiblat ke Ka’bah adalah nikmat Allah yang begitu besar. Hal itu karena beberapa hal :

a)     Ka’bah adalah peninggalan nenek moyang Nabi Muhammad yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Alaihima As-Salam.

b)     Allah menjadikan hati kaum Muslimin condong kepada Ka’bah, bahkan yang bukan kaum Muslimin, maka kecondongan mereka akan memberi manfaat-manfaat  dunia dan akhirat . Ka’bah menjadi pusat umat Islam bahkan  menjadi pusat di dunia.

c)      Nabi Muhammad adalah seorang Nabi berbangsa Arab dari keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Di turunkan kepadanya Al-Quran yang berbahasa arab dan di jadikannya Ka’bah  Kiblat Umat Islam. Tentunya sebagian dari keluarga dan kerabatnya sangat senang dengan pengalihan kiblat ini. Intinya bahwa pemindahan kiblat merupakan nikmat yang besar kepada Bangsa Arab dan Kaum Muslimin.

 

3)      Petunjuk Dari Allah

Pemindahan kiblat merupakan salah satu bentuk petunjuk dari Allah kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan umat Islam ini akan lebih kuat dan lebih baik di masa-masa mendatang dengan di jadikan Ka’bah sebagai kiblat kaum Muslimin.

Wallahu A’lam

****

Jakarta, Ahad 23 Januari 2022.

 

 

 

 

 

KARYA TULIS