Tafsir An-Najah (Qs. 2: 211-213) Bab ke- 101 Manusia dalam Satu Agama
MANUSIA DALAM SATU AGAMA
سَلْ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ كَمْ اٰتَيْنٰهُمْ مِّنْ اٰيَةٍ ۢ بَيِّنَةٍ ۗ وَمَنْ يُّبَدِّلْ نِعْمَةَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُ فَاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُوْنَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۘ وَالَّذِيْنَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
“Tanyakanlah kepada Bani Israil, berapa banyak bukti nyata yang telah Kami berikan kepada mereka. Barangsiapa menukar nikmat Allah setelah (nikmat itu) datang kepadanya, maka sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya, Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari Kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan, Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
(QS.Al-Baqarah [2] : 211-213)
1. Mengganti Nikmat
1) Maksudnya ayat diatas ada dua penafsiran
Pertama, betapa banyak orang-orang Bani Israel ketika Bersama Nabi Musa, mereka menyaksikan tanda-tanda kebenaran yang dibawa Nabi Musa dan mukjizat-mukjizat yang menyertainya, seperti tongkat, tangan yang bersinar, pembelahan laut, pemukulan batu, awan yang menaungi mereka, turunnya makanan (manna) dan (salwa), dan tanda-tanda lainnya. Tetapi mereka berpaling darinya.
Kedua, betapa banyak ayat-ayat didalam Taurat dan Injil dan mukjizat serta tanda-tanda yang menunjukan kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada dihadapan merela, tetapi mereka menutupinya.
2) Kemudian Bani Israel mengganti nikmat tersebut, yaitu nikmat diutusnya para Rasul dan nikmat Islam, mengganti nikmat tersebut dengan kekufuran dan mendustakan para Rasul serta mendustakakn Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hal ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ بَدَّلُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ كُفْرًا وَّاَحَلُّوْا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِۙ
جَهَنَّمَ ۚيَصْلَوْنَهَاۗ وَبِئْسَ الْقَرَارُ
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan ingkar kepada Allah dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? yaitu neraka Jahanam, mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS.Ibrahim [14] : 28-29)
3) Allah mengancam orang-orang yang menggantikan nikmat Allah tersebut dengan adzab yang keras (Qs.Al-Baqarah : 211) dan (Qs.Ibrahim : 28-29)
4) Menunjukan bahwa nikmat ada dua, nikmat lahir dan nikmat batin. Nikmat lahir berupa harta, istri, kesehatan. Sedang nikmat batin berupa ilmu, kebahagian, dan yang paling penting nikmat iman dan Islam sebagaimana yang disebutkan pada ayat diatas.
2. Orang bertaqwa diatas orang Kafir
زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُوْنَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۘ وَالَّذِيْنَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari Kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS.Al-Baqarah [2] : 212)
1) Firmannya (زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا) bukti setelah menyebutkan nikmat berupa Islam dan diutusnya para Nabi yang didustakan Bani Israel, pada ayat ini Allah menyebutkan nikmat lahir yang diberikan kepada orang-orang kafir berupa kekayaan, jabatan, istri, anak, pengikut.
2) Firmannya (وَيَسْخَرُوْنَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا) orang-orang kafir menganggap bahwa nikmat dunia adalah satu-satunya bentuk kebahagian, sehingga mereka memandang hina orang-orang beriman yang tidak punya harta dan jabatan, atau mereka yang menginfakkan hartanya dijalan Allah ini seperti kaum Nuh yang menghina pengikut Nabi Nuh yang terdiri dari orang-orang awam dan miskin. Allah Subhanahu wa Ta’ala
فَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ مَا نَرٰىكَ اِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرٰىكَ اتَّبَعَكَ اِلَّا الَّذِيْنَ هُمْ اَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِۚ وَمَا نَرٰى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍۢ بَلْ نَظُنُّكُمْ كٰذِبِيْنَ
“Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta.” (QS.Hud [11] :27)
3) Firmannya
وَالَّذِيْنَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ
- Orang-orang yang bertaqwa berada diatas mereka (orang-orang kafir) pada hari kiamat.
- Disebut orang-orang bertaqwa disini maksudnya adalah orang-orang beriman yang bertaqwa. Karena banyak orang beriman tetapi belum sampai derajat bertaqwa. Oleh karenanya, seperti didalam fiman-Nya,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS.Ali-Imran [3]: 102)
Juga dalam firman-Nya
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”. (QS.Al-Ahzab [33]: 70)
- Orang-orang bertaqwa mereka berada diatas orang-orang kafir pada hari kiamat
Maksud “diatas mereka” pada ayat tersebut ada dua makna
pertama, maksudnya derajat mereka diatas derajat orang-orang kafir pada hari kiamat. Karena orang bertaqwa di surge sedang orang kafir di neraka.
Kedua, maksudnya tempat mereka lebih tinggi dari tempat orang kafir pada hari kiamat. Karena Surga letaknya dilangit, sedang mereka ada dalam kerak bumi yang paling rendah.
4) Firman-Nya
وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
- Ayat ini ada dua makna
pertama, Allah memberikan rezeki kepada orang-orang beriman pada hari kiamat tanpa perhitungan, yaitu tiada henti-hentinya.
Kedua, Allah memberikan rezeki kepada orang-orang beriman khususnya mereka yang miskin dan lemah di dunia tanpa hisab.
- Adapun makna “tanpa hisab” pada ayat ini juga ada dua
pertama, memang bagi Allah ketika memberikan rezeki kepada hamba-Nya, memberinya tanpa hisab, karena kekayaan-Nya yang tanpa batas
kedua, maksudnya bahwa rezeki Allah kepada orang beriman kadang datang tanpa disangka-sangka sebagaimana firman-Nya
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS.At-Talaq [65] : 3)
3. Manusia dalam satu Agama
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
“Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.” (QS.Al-Baqarah [2]: 213)
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً
“ Dahulu manusia adalah umat yang satu”
1) Maksud ayat diatas bahwa dahulu manusia adalah umat yang memeluk agama yang satu, yaitu agama Islam. Mereka taat dan tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka memegang syari’at
2) Hanya saja para ulama berbeda pendapat maksud “manusia” pada ayat diatas.
Pendapat pertama, maksudnya adalah masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh. Yang menurut Ibnu Abbas tentang waktu antara kedua Nabi tersebut adalah 10 Abad.
Pendapat kedua, maksud “manusia” pada ayat diatas adalah Nabi Nuh dan para pengikutnya yang ikut menaiki kapal demi selamat dari banjir.
3) Pada ayat diatas terdapat kalimat yang tidak disebut yaitu “kemudian mereka berselisih” kalimat lengkapnya adalah “Dahulu manusia berada pada agama yang satu yaitu agama Islam kemudian meeka berselisih”
4) Kapan mereka mulai berselisih?
Jawabannya,menurut pendapat pertama, pada zaman Nabi Nuh, sebagian dari mereka mulai menyembah berhala, sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
وَقَالُوْا لَا تَذَرُنَّ اٰلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ەۙ وَّلَا يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًاۚ
“Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa‘, Yagus, Ya‘uq dan Nasr.” (QS.Nuh [71]: 23)
4. Ketika manusia berselisih
فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ
”Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.”
1) Sejak manusia mulai berselisih, Allah mulai mengutus para Nabi kepada mereka. Rasul pertama yang diutus adalah Nabi Nuh ‘Alaihi assalam, didalam hadits tentang syafaat “Manusia pada saat itu (dipadang mahsyar) berkata kepada Nabi Nuh “Engkau adalah Rasul pertama”
2) Menurut Al-Qurthubi jumlah semua Nabi adalah 124.000 (seratus dua puluh empat ribu) Nabi dan yang status Rasul diantara mereka berjumlah 313 (tiga ratus tiga belas) orang. Dan yang Namanya disebut didalam Al-Quran berjumlah 18 orang.
3) Tugas para Nabi dan Rasul ada dua. Yaitu memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dan beramal shaleh dengan pahala dan Surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan yang kedua adalah memberikan peringatan kepada yang tidak mau beriman bahwa mereka akan mendapatkan adzab yang pedih . ini sesuai dengan firman-Nya
قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ
مَّاكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ
وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًاۖ
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik, . mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya, Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, “Allah mengambil seorang anak.” (QS.Al-Kahfi [18]: 2-4)
4) Para Nabi tersebut diturunkan kepada mereka kitab, agar mereka menghukumi perselisihan manusia dengannya,
Disebut “Al-Kitab” dalam bentuk tanggal, padahal maksudnya adalah kitab-kitab yang diturunkan kepada para Rasul bukan satu kitab saja. Hal itu untuk menunjukan bahwa kitab-kitab itu walaupun jumlahnya banyak tetapi inti dan isinya sama, memerintahkan untuk menyembah hanya kepada Allah saja dan beriman kepada para Rasul.
5) Firman-Nya
وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ
- Justru yang berselisih adalah orang-orang yang telah diberikan (Ahlul kitab), karena kedengkian yang ada didalam hati mereka, terutama terhadap kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kedengkian itu muncul karena mereka khawatir kedudukan terhormat yang selama ini akan
hilang. Dengan kedatangan Nabi yang bukan berasal dari kalangan Bani Israel. Jadi kedengkian itu muncul karena faktor dunia.
6) Perselisihan diantara mereka juga muncul akibat kedengkian diantara para pemuka agama itu sendiri (بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ)
Para pemuka agama sangat rentan dimasuki rasa dengki didalam hati mereka bahkan antar sesame sendiri. Hal itu juga dipicu oleh cinta dunia yang berlebihan, seperti mencari popularitas, kedekatan dengan penguasa, berebut pengikut dan pengaruh, mencari harta yang lebih, bahkan tidak sedikit karena wanita.
Hal -hal yang disebutkan diatas tidak hanya berlalu pada para pemuka agama Yahudi dan agama Nashrani, tetapi penyakit kedengkian dan cinta dunia itu kadang juga menjangkiti para pemuka agama Islam.
Perpecahaan diantara para pemuka agama tersebut kadang malah tidak terjadi pada kalangan awam, karena tidak ada benturan kepentingan didalam aja.
5. Allah pemberi petunjuk
فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ
“Maka dengan kehendak-Nya,Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan.”
1) Dalam perselisihan manusia Allah membimbing dan memberikan hidayah kepada orang-orang beriman dan menunjukan kebenaran kepada mereka.
2) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan doa memohon jalan keluar dari perselisihan didalam Aisyah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam jikan bangun malam dan mengerjakan shalat beliau berdoa dengan doa sebagai berikut
اللَّهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ
“Ya Allah, Tuhan Jibril, Mika`il, dan Israfil.”
3) Umar bin Al-Khatahtab Radhiyallahu anhu juga pernah berdoa agar ditunjukan kebenaran dari kebatilan
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula untuk menyingkirkannya.”
4) Firman-Nya
وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
“Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
a. Maksud hidayah (petunjuk) pada ayat diatas adalah hidayah taufik tidak ada yang bisa memberikan hidayah taufik kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala
b. Ini sesuai dengan firman-Nya
اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS.Al-Qashash [28]: 56)
****
Jakarta, Kamis 3 February 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »