Karya Tulis
548 Hits

Tafsir An-Najah (QS. 2: 265-266) Bab ke-122 Mencari Ridha Allah


Mencari Ridha Allah

 

وَمَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ وَتَثْبِيْتًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۢ بِرَبْوَةٍ اَصَابَهَا وَابِلٌ فَاٰتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَيْنِۚ فَاِنْ لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka untuk mencari rida Allah dan memperteguh jiwa mereka adalah seperti sebuah kebun di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, lalu ia (kebun itu) menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, hujan gerimis (pun memadai).82) Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Baqarah [2]: 265)

Pertama : Agar teguh hati

 

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah menerangkan tentang batalnya sedekah yang disertai dengan Al-Mannu dan Al-Adza. Begitu juga sedekah yang diniatkan karena riya. Maka pada ayat ini Allah melarang orang orang beriman untuk mengikuti jejak mereka dan meniru perbuatan mereka. Serta menyuruh  agar menginfakkan harta semata-mata hanya karena mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

2)      Adapun makna  (  وَتَثْبِيْتًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ   ) adalah sebagai berikut,

 

a)      Seseorang kalau hendak bersedekah, dia melihat niatnya, jika karena Allah diteruskan sedekahnya. Tetapi jika bukan karena Allah dia urungkan sedekah tersebut.

b)      Dia membenarkan dan menyakini peritah bersedekah ini dari Allah.

c)      Dia mencari pahala di sisi Allah untuk menguatkan dirinya.

d)      Dia benar benar yakin dan teguh bahwa Allah akan memberikan pahala atas amal perbuatannya tersebut dengan pahala yang lebih banyak.

e)      Maknanya mirip dengan hadist,

 

“من صام رمضان إيمانا واحتسابا غُفِر له ما تقدَّم من ذنبه”

 

“Barang siapa yang berpuasa ( pada bulan ) ramadhan karena keimanan ( panggilan iman ) dan hanya mencari pahala di sisi Allah, maka diampuni dosa dosanya yang lalu.”

 

Kedua : Kebun di dataran tinggi              

 

كَمَثَلِ جَنَّةٍۢ بِرَبْوَةٍ اَصَابَهَا وَابِلٌ فَاٰتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَيْنِۚ فَاِنْ لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

 

“seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

1)      Makna (  بِرَبْوَة  ) adalah dataran yang agak tinggi sedikit, biasanya terdapat sungai yang mengalir dan tanah yang subur. (  رَبْوَةٍ  ) ini berasal dari kata  (  ربا - يربو  ) yang artinya berkembang atau bertambah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

فَعَصَوْا رَسُوْلَ رَبِّهِمْ فَاَخَذَهُمْ اَخْذَةً رَّابِيَةً

“Maka mereka mendurhakai utusan Tuhannya, Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.” (QS. Al-Haqqah [69]: 10)

( رَّابِيَة ) pada ayat diatas artinya tambahan jadi Allah mengadzab umat yang mendustakan para Rasul-Nya dengan adzab tambahan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

 

وَمَآ اٰتَيْتُمْ مِّنْ رِّبًا لِّيَرْبُوَا۠ فِيْٓ اَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُوْا عِنْدَ اللّٰهِ ۚوَمَآ اٰتَيْتُمْ مِّنْ زَكٰوةٍ تُرِيْدُوْنَ وَجْهَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُضْعِفُوْنَ

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).”  (QS. Ar- Rum [30]: 39)

 

2)      Tumbuh tumbuhan yang berada   dataran tinggi ketika di siram hujan yang deras, maka akan berlipat ganda hasilnya. Jikapun tidak kena siraman hujan deras, maka hujan gerimis pun memadai.

( طل )  adalah hujan gerimis. Berkata Ibnu Katsir, “Demikianlah amal seorang mukmin, tidak sia-sia, bahkan Allah menerimanya dan  akan diperbanyak  pahalanya, serta dikembangkan sesuai dengan jerih payah orang yang beramal.

 

3)      Di dalam hadist Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,

 

لا يَتَصَدَّقُ أحَدٌ بتَمْرَةٍ مِن كَسْبٍ طَيِّبٍ، إلَّا أخَذَها اللَّهُ بيَمِينِهِ، فيُرَبِّيها كما يُرَبِّي أحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، أوْ قَلُوصَهُ، حتَّى تَكُونَ مِثْلَ الجَبَلِ، أوْ أعْظَمَ

“Seseorang tidak bersedekah dengan satu biji kurma yang ia hasilkan dari jalan yang halal kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menerima dengan kanannya. Lalu Allah merawat dan menjaganya seperti halnya salah satu dari kalian merawat anak kuda taua anak unta miliknya, sehingga sedeah tersebut tumbuh dan berkembang hingga menjadi seppperti gunung atau bahkan lebih besar lagi.”  ( HR. Muslim)

 

Ketiga : Musibah di masa tua

 

اَيَوَدُّ اَحَدُكُمْ اَنْ تَكُوْنَ لَهٗ جَنَّةٌ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ لَهٗ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۙ وَاَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهٗ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاۤءُۚ فَاَصَابَهَآ اِعْصَارٌ فِيْهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ

 

“Adakah salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, sehingga terbakar. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 266)

 

1)      Ayat di atas memberi perumpamaan bagi orang-orang yang berinfak dan bersedekah kemudian diiringi dengan Al-Mannu dan Al-Adza sebagaimana yang disebutkan ayat sebelumnya. Tetapi juga mencakup perumpamaan amal orang munafik orang kafir yaitu seperti keadaan seseorang yang memiliki sebuah kebun yang sangat subur. Dia menanaminya dengan buah kurma dan anggur serta berbagai jenis buah-buahan lainnya. Kemudian ia mengalami usia lanjut. Padahal ia masih memiliki anak-anak yang masih kecil. Rezeki untuk dirinya dan anak-anaknya yang masih kecil tersebut hanyalah kebun itu saja. Kemudian Allah mengirim angin tornado yang membawa hawa yang sangat panas lalu membakar kebunnya tersebut. Padahal ia sudah lanjut usia dan tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menanami kebun itu kembali. Anak-anaknya yang masih kecil itupun tidak bisa membantu dan mencukupi kebutuhan ayahnya tersebut. Begitulah amal orang yang berinfak disertai Al-Mannu dan Al-Adza, amal orang munafik dan orang kafir, mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dan mengira membawa amal banyak, ternyata tidak ada  yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaikan kebun yang hangus terbakar, padahal mereka sangat membutuhkannya. Sedangkan mereka juga tidak bisa kembali lagi di dunia untuk beramal kembali.

 

2)       Banyak ayat ayat lain dalam Al-Quran yang menggambarkan keadaan orang seperti itu. Diantaranya,

 

a)      Firman-Nya,

 

وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا

 

“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan [25]: 23)

b)      Firman-Nya,

 

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَه فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ۙ

“Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. An-Nur [24] : 39 )

c)      Firman Allah,

 

مَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ اَعْمَالُهُمْ كَرَمَادِ ِۨاشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ يَوْمٍ عَاصِفٍۗ لَا يَقْدِرُوْنَ مِمَّا كَسَبُوْا عَلٰى شَيْءٍ ۗذٰلِكَ هُوَ الضَّلٰلُ الْبَعِيْدُ

“Perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” ( QS. Ibrahim [14] : 18 )

 

d)      Firman-Nya,

 

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا ۗ

اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَاۤىِٕهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًا

 

 

“Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya? (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi [18]: 103 -105)

3)      Hal ini dikuatkan oleh hadist Ibnu Abbas bahwa ia berkata,

 

“Pada suatu hari, Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu pernah berkaa kepada para sahabat nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam “Menurut kalian berkenaan dengan sapa ayat ini turun? , apakah ada salah satu seorang diantara kalian yang ingin mempunyai kebun kurma dan anngur mengalir di bawahnya sungai sungai?” Mereka menjawab : “Allahu A’lam ( Allahlah yang lebih mengetahui ).” Mendengar jawaban itu Umar bin Khattab ppun marah seraya berkata : “jawablah kami mengetahui atau kami tidak mengetahui.” Maka Ibnu Abbas berkata : “aku sedikit ragu mengenai tafsiran itu wahai amirul mukminin.” Lalu Umar berkata : “ Wahai keponakanku katakanlah dan janganlah engkau meremehkan dirimu.” Kemudian Ibnu Abbas berkata “ Ayat itu memberikan perumpamaan pada sebuah amal. “amal perbuatan apa ?” tanya Umar. Ibnu Abbas menjawab “ orang kaya yang beramal dengan ketaatan kepada Allah. Kemudian Allah mengirimkan syaitan keppadanya, maka ia pun banyak berbuat maksiat sehingga semua amalnya terhapus.” ( HR. al-Bukhari )

4)      Pada ayat disebut kebun kurma dan anggur, bukan yang lainnya, karena kedua pohon kurma dan anggur beserta buanya adalah yang paling mulia dan bermanfaat serta berkualitas dibanding dengan pohon-pohon lainnya. Selain di dalam ayat ini Allah juga sering menyebutkan keduanya di ayat ayat lain. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan di dalam kebun tersebut terdapat pohon-pohon lain. Ini di tunjukkan dalam firman-Nya,

 

له فيها من كل الثمرات

 

“ dia mempunyai di dalam kebun tersebut segala macam buah-buahan.”

 

5)      Berkata Az-Zujaj, “ Makna  (اِعْصَار ) adalah angin yang bertiup kencang yang memutar dari bumi ke arah langit seperti tiang besar.”  Pada zaman sekarang seperti angin tornado. Angin ini diiringi dengan hawa panas seperti api bisa membakar apa saja yang di depannya. Di dalam bahasa Arab disebut ( Az-Zuwai’ah), Al Jauhari mengatakan bahwa dia salah satu  pemimpin jin. Berkata Ibnu Atiyah “angin ini kadang bertiup pada musim yang sangat panas atau di musim yang sangat dingin.”

 

6)      Di dalam hadist disebutkan,

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنهم عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ : إذَا اشْتَدَّ الْحَرُّ فَأَبْرِدُوا بِالصَّلاةِ . فَإِنَّ شِدَّةَ الْحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ

 

Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhuma dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “ Jika panas menyengat, tundalah shalat hingga udara dingin, karena panas yang menyengat merupakan bagian dari tumpahan Neraka Jahannam.”

 

****

 

       Jakarta, Jumat 18 Februari 2022.

KARYA TULIS