Karya Tulis
550 Hits

Tafsir An-Najah (QS. 3: 7) Bab ke-131 Ayat Muhkamah dan Mutasyabihat


 

Ayat Muhkamah dan Mutasyabihat

 

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرَّاسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

 

“Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.” (QS. Ali-Imran [3]: 7)

 

Pertama : Pengertian muhkamat dan mutasyabihat.

1)      Ayat di atas menjelaskan kandungan Al-Qur’an yang terdiri dari ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat. Adapun pengertian muhkamat dan mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat di dalamnya, tetapi pengertian yang lebih kuat bahwa, ayat muhkamat adalah ayat yang jelas dan teags maksudnya. Ayat yang telah diketahui maksud dan tafsirnya dan tidak ada perbedaan pendapat di dalam pemahamannya. Contoh ayat-ayat muhkamat,

 

a)      Surah Al-Fatihah.

b)      Surah Al-Ikhlas.

c)      Surah Al-An’am ayat 151 – 153 yang berisi tentang tauhid, birrul walidain, larangan membunuh anak, mendekati zina, membunuh orang lain, memakan harta anak yatim, mengurangi timbangan, perintan menepati janji, dan lain-lain.

 

d)      Surah Al-Isra ayat 23  yang berisi tentang perintah untuk bertauhid dan berbakti kepada orang tua.

 

2)      Adapun ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang kandungan makna dan maksudnya tidak bisa dipahami secara jelas dan pasti. Contoh ayat-ayat mutasyabihat :

a)      Huruf- huruf yang terputus di awal surah seperti, (الم), (الر), ( حم), (يس), (ق), (ص).

 

b)      Ayat-ayat sifat seperti,

اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى

 

“ Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Thaha [20]: 5)

 

c)      Ayat- ayat yang berhubungan dnegan kejadian di masa mendatang seperti datangnya hari kiamat, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa dan lain-lain.

 

Kedua : Hati yang condong.

 

فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ

    “Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya,”

 

1)      (زَيْغٌ) artinya miring atau condong digunakan untuk penglihatan, hati dan mata hati.

Disebutkan di dalam  firman Allah, Subhanahu wa Ta’ala,

 

 اِذْ جَاۤءُوْكُمْ مِّنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ اَسْفَلَ مِنْكُمْ وَاِذْ زَاغَتِ الْاَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوْبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ الظُّنُوْنَا۠ ۗ

 

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 10)

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

اَجَعَلَ الْاٰلِهَةَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۖاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

 

“Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.” (QS. Shad [38]: 5)

 

2)      Ayat ini ditujukan untuk orang-orang Nasrani, Najran yang datang ke Madinah , karena hati mereka condong kepada kebatilan dengan menafsirkan ayat-ayat yang masih belum jelas untuk menguatkan keyakinan mereka bahwa Isa adalah anak Tuhan seperti apa yang terdapat dalam firman Allah,

 

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ ۘ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلً

 

“Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga,” berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung.” (QS. An-Nisa [4]: 171)

 

Padahal maksudnya bahwa Nabi Isa itu seorang manusia yang Allah ciptakan dengan tiupan roh dari-Nya dan dengan kalimat (Kun Fayakun) sebagaimana Allah menciptakan Nabi Adam. Sebagaimana di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

 

“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.”  (QS. Ali-Imran [3]: 59)

 

3)      Ayat ini juga ditujukan kepada semua kelompok kafir, zindiq, ahli bid’ah dan aliran-aliran sesat lainnya yang sengaja menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an menurut hawa nafsu mereka dan ingin menjerumuskan orang lain ke dalam jurang fitnah dalam masalah agama. Kadang mereka mengklaim bahwa pandangan mereka berdasarkan

Al-Qur’an sebagaimana yang dilakukan oleh Nasrani Najran.

 

4)      Untuk menghindari dari penafsiran sesat dari ayat-ayat mutasyabihat. Seseorang harus mempunyai ilmu dan mengambil seluruh ayat-ayat Al-Qur’an serta menggabungkan satu dan lainnya. Tidak boleh hanya sekedar mengambil potongan ayat Al-Qur’an tetapi meninggalkan ayat-ayat yang lain.

 

Sikap semacam ini dilakukan oleh orang-orang Yahudi Madinah dan dikecam oleh Allah di dalam firman-Nya,

 

ثُمَّ اَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ تَقْتُلُوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُوْنَ فَرِيْقًا مِّنْكُمْ مِّنْ دِيَارِهِمْۖ تَظٰهَرُوْنَ عَلَيْهِمْ بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۗ وَاِنْ يَّأْتُوْكُمْ اُسٰرٰى تُفٰدُوْهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ اِخْرَاجُهُمْ ۗ اَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍۚ فَمَا جَزَاۤءُ مَنْ يَّفْعَلُ ذٰلِكَ مِنْكُمْ اِلَّا خِزْيٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُرَدُّوْنَ اِلٰٓى اَشَدِّ الْعَذَابِۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

 

“Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu), dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka dalam kejahatan dan permusuhan. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”  (QS. Al-Baqarah [2] : 85)

 

5)      Maka seorang muslim yang masih awam ketika belajar agama hendaknya belajar di bawah bimbingan seorang guru yang memahami isi Al-Qur’an secara utuh.

 

Ketiga : Orang-orang yang mendalami ilmu.

 

وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرَّاسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ

 

“padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an),’

 

1)      Sebagian sahabat seperti Ubay bin Ka’bah, Ibnu Umar dan Aisyah ketika membaca ayat ini, mereka berhenti (waqaf) pada lafdzu jalalah sedangkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَالرَّاسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ

“Adalah susunan kata-kata yang baru.”

 

Artinya bahwa yang mengetahui takwil dan tafsir ayat-ayat mutasyabihat hanya Allah, tidak ada yang lain-Nya.

 

2)      Tetapi sebagian sahabat dan ulama lain berpendapat bahwa waqaf pada ayat ini pada lafadz,

 

وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرَّاسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ

 

Artinya, bahwa tidak ada yang mengetahui takwil dan tafsir ayat-ayat mutasyabihat kecuali hanya Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya.

Berkata Ibnu Abbas, “Saya adalah termasuk yang mendalami ilmunya dan mengetahui takwilnya.’

 

Ini sesuai dengan doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi  wa Sallam untuk Ibnu Abbas,

 

للَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّين ، وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيل

 

 

Ya Allah, berilah kepadanya pemahaman yang mendalam terhadap agama, dan ajarkan kepadanya ilmu takwil (tafsir).” (HR. Al-Bukhari)

 

Pada ayat ini Allah memuji orang-orang yang mendalam ilmunya. Jika mereka tidak tahu tentang takwil ayat, dimana letak pujian Allah kepada mereka.

 

Begitu juga dikatakan, “Apa kelebihan orang-orang yang mendalam ilmunya, jika ilmunya sama dengan yang lain?

 

3)      Apa hikmah adanya ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al-Qur’an, padahal Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia, sebagaimana firman-Nya,

 

بِالْبَيِّنٰتِ وَالزُّبُرِۗ وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

 

      “(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl [16] : 44)

Jawabannya bahwa hikmah dibalik itu ada dua,

a)      Untuk menampakkan keutaman ilmu dan ulama, karena kalau semua ayat jelas dan gambling tidak akan nampak antara ulama dan bukan ulama.

 

b)      Untuk mengetahui dan membedakan antara orang yang kuat imannya dan orang yang lemah imannya.

 

4)      Firman-Nya,

كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

 

“semuanya dari sisi Tuhan kami. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.”

 

a)      Maksudnya, bahwa orang-orang yang mendalam ilmunya menyatakan, “Semuanya  (yaitu  ayat muhkamat dan ayat mutasyabihat) dari tuhan kami.

 

b)      Bahwa keduanya ( muhkamat dan mutasyabihat ) semuanya baik dan benar. keduanya saling menguatkan dan membenarkan.

 

 

c)      Mereka mengembaikan ayat-ayat mutasyabihat kepada ayat-ayat muhkamat karena dia adalah dasar dan pokok Al-Qur’an.

 

d)      Tidaklah bisa memahami dan mengambil pelajaran dari itu semua kecuali orang-orang yang cerdik cendekia, yaitu orang-orang yang berakal.

 

****

 

Jakarta, Sabtu 26 Februari 2022.

 

KARYA TULIS