Karya Tulis
633 Hits

Tafsir An-Najah (QS. 3: 27) Bab ke-142 Kekuasaan Allah di Alam Semesta


 

Kekuasaan Allah di Alam Semesta

تُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ٢٧

“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali-Imran [3]: 27)

 

Pertama, Penyesuaian dengan Ayat sebelumnya

            Pada ayata sebelumnya, Allah menunjukan kekuasaan-Nya pada kehidupan manusia sehari-hari, yaitu kekuasaan dan kemuliaaan. Begitu juga tentang kebaikan-kebaikan yang diberikan kepada manusia atau dengan istilah lain, Allah menetapkan sunnatullah (hukum-hukum-Nya) pada kehidupan manusia. Adapun pada ayat ini, Allah menunjukan kekuasaan-Nya dan hukum-hukum-Nya di alam semesta yang manfaatnya juga dikembalikan kepada manusia itu sendiri.

            Allah ajarkan ayat ini masih dalam bentuk doa yang setiap muslim dianjurkan untuk memanjaatkannya setiap saat.

Kedua, Malam sebelum siang

Firman-Nya

تُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ

“Engkau masukkan malam ke dalam siang”

 

1)      Pada ayat diatas penyebutan malam didahulukan dari pada siang, karena malam ada terlebih dahulu dari pada siang, pada asalnya alam ini gelap, kemudian Allah menciptakan matahari, maka datanglah siang. Oleh karena perubahan hari pada kalender Hijriyah (Qomariyah) dimulai dari tenggelamnya matahari atau ketika datangnya malam. Dikatakan “ malam Jum’at” yaitu mulainya hari jum’at dimulai dari tenggelamnya matahari pada hari kamis. Maka tidak dikatakan “Kamis malam” karena hari kamis sudah selesai ketika matahari terbenam.

Dalam kalender Masehi (Syamsiyah) perpindahan hari dimulai setelah jam

11.59 tepatnya jam 00.00. Ini pun terjadi pada malam hari. Kalau menggunakan kalender Masehi (Syamsiyah) seseorang masih bisa mengatakan “Kamis malam” selama belum memasuki jam 00.00 yang lebih tepatnya dan sesuai dengan ayat Al-Qur;an bahwa perubahan hari dimulai dari tenggelamnya matahari.

2)      Adapun maksud “Allah memasukkan malam kedalam siang” adalah Allah mengurangi waktu malam dan waktu yang terkurangi tersebut di masukan ke dalam siang dan begitu sebaliknya. Sehingga kadang malam menjadi pendek dan siang menjadi panjang. Ini terjadi pada musim panas kadang malam menjadi lebih panjang dan siang menjadi lebih pendek ini terjadi pada musim dingin. Kemudian di kembalikan lagi seperti semula, sehingga panjang waktu malam dan siang menjadi sama dan seimbang.

            Terkadang di beberapa wilayah, keterpautan anatara waktu malam dan siang sangat panjang dan di wilayah lain justru keterpautan antara keduanya sangat pendek, seperti di negara-negara khatulistiwa.

            Terkadang pula keterpautan antara malam dan siang tergantung pada musim di wilayah tersebut, seperti musim dingin, musim panas, musim semi, musim gugur. Semuanya itu di dalam kekuasaan dan kehendak Allah Subahanhu wa Ta’ala.

 

Ketiga, Allah mengidupkan dan mematikan

وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ

“Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup”

1)      Ayat ini menerangkan kekuasaan Allah di alam semesta yang kedua yaitu mengidupkan sesuatu yang mati dan mematikan sesuatu yang hidup. Ini mencakup makna hakiki dan mujazi (Makna sebenarnya atau tidak sebenarnya).

Contoh makna hakiki sebagai berikut,

  1. Allah mengeluarkan anak ayam dalam keadaan hidup dari telur yang merupakan benda mati. Dan sebaliknya mengeluarkan telur (Sesuatu yang mati) dari ayam (Sesuatu yang hidup)
  2. Allah mengeluarkan anak manusia (Sesuatu yang hidup) dari sperma sebaliknya (Sesuatu yang mati) dan mengeluarkan sperma dari laki-laki
  3. Allah mengeluarkan biji-bjian dari tangkai dan mengeluarkan tangkai dari biji-bijian
  4. Bisa juga diartikan bahwa Allah menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada, dan mematikan manusia yang hidup, kemudian menghidupkan manusia yang mati di alam kubur untuk dibangkitkan pada hari kiamat. Ini sesuai dengan firman Allah

كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ٢٨

“Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan?” (QS. Al-Baqarah [2]: 28)

 

Ayat diatas menunjukan bahwa setiap manusia pasti melalui 4 fase.

-          Mati (Belum diciptakan)

-          Hidup (di dunia)

-          Mati (di alam kubur)

-          Hidup (di Akherat)

Ini dikuatkan dengan firman Allah

قَالُوْا رَبَّنَآ اَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَاَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوْبِنَا فَهَلْ اِلٰى خُرُوْجٍ مِّنْ سَبِيْلٍ ١١

“Mereka menjawab, “Wahai Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka, adakah jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (QS. Ghafir [40]: 11)

 

2)        Adapun mereka Majazi, yaitu menghidupkan hati yang mati dan memberikan hidayah kepada orang yang sesat.

Adapun dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا يَّمْشِيْ بِهٖ فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهٗ فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكٰفِرِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ١٢٢

“Apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, seperti orang yang berada dalam kegelapan sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah, dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am [6]: 122)

Maksud ayat diatas bahwa orang yang hatinya mati karena kekafiran kemudian Allah menghidupkannya dengan Islam, apakah sama dengan orang yang terus menerus dalam gelapnya kekafiran, seperti Hamzah bin Abdul Muttalib dan Umar bin Al-Khattab yang Allah berikan hidayah kepada mereka berdua. Begitu juga mencakup orang kafir yang hatinya mati melahirkan orang-orang yang beriman.

3)        Sebagian Ulama menafsirkan ayat 27 dalam surat Ali-Imran di atas bahwa sesuatu yang hidup dan berkembang dengan memakan sesuatu yang mati, seperti halnya seorang bayi yang hidup dan berkembang dengan memakan susu yang merupakan benda mati. Dan Allah mengeluarkan yang mati dari yang hidup, seperti seorang ibu mengeluarkan air susu.

Keempat, Allah pemberi rezeki.

وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”

1)      Ayat ini menunjukan kekuasaan Allah yang ketiiga sekaligus memberikan dan menanamkan optinisme yang lebih dalam kepada setiap jiwa yang beriman bahwa tidak satupun makhluk di dunia ini kecuali Allah telah menjamin rezekinya.

Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ ٦

“Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Hud [11]: 6)

 

2)      Adapun makna ayat di atas minimal ada dua.

  1. Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa memperhitungkan berapa banyak pemberian itu. Karena Dia Maha Kaya, Pemilik peradaban langit dan bumi.
  2. Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa dia menduga kehadiran rezeki tersebut. Ini sesuai dengan firman Allah Subahanahu wa Ta’ala

فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ٣

“Apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, rujuklah dengan mereka secara baik atau lepaskanlah mereka secara baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil dari kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Yang demikian itu dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq [65]: 2-3)

 

 

****

Jakarta, Rabu, 9 Maret 2022

 

 

 

 

KARYA TULIS