Karya Tulis
588 Hits

Tafsir An-Najah(QS. 3: 28-30)Bab ke-143 Larangan Memberikan Loyalitas


 

Larangan Memberikan Loyalitas kepada Orang-Orang Kafir

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ – ٢٨

“Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang kafir sebagai para wali dengan mengesampingkan orang-orang mukmin. Siapa yang melakukan itu, hal itu sama sekali bukan dari (ajaran) Allah, kecuali untuk menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Allah memperingatkan kamu tentang diri-Nya (siksa-Nya). Hanya kepada Allah tempat kembali.” ( QS. Ali-Imran [3] : 28)

Pertama, Sebab turunnya ayat

1)      Dari Ibnu Abbas Radiyallahu Anhu ia berkata al-Hayyay bin Amr sekutu Ka’ab bin Asyraf, Ibnu Abi Huqaiq dan Qais bin Zaid, mereka adalah orang-orang Yahudi, mereka berusaha untuk dekat dan selalu bergaul dengan sekelompok kaum muslimin dari kaum Anshar dengan ujuan untuk memalingkan mereka dari agama dan keimanan mereka. Lalu Rifa’ah bin Mundzir, Abdullah bin Jubair dan Sa’id bin Khaitsamah berkata kepada sekelompok kaum Anshar tersebut “Jauhilah orang-orang Yahudi itu, waspada dan berhati-hatilah terhadap sikap baik mereka tersebut, jangan sampai mereka berhasil memalingkan kalian dari agama dan keimanan kalian. “Namun, sekelompok kaum Anshar tersebut tidak menerima nasihat ini. Lalu Allah Subahanahu wa Ta’ala menurunkan ayat ini. (ali-Imran 28-30)

2)      Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu bahwa ayat ini turun berkaitan dengan diri “Ubadah bin Shamit” salah satu sahabat Anshar, personil perang Badar dan menjadi salah satu pemimpin kelompok. Ubadah bin Shamit memiliki beberapa sekutu dari kaum Yahudi. Lalu pada perang Al-Ahzab (Khandaq) Ubadah berkata” Wahai Rasulullah sesungguhnya saya memiliki sekutu dari kaum Yahudi sebanyak 500 orang. Saya berkeinginan untuk mengajak mereka berperang bersama kami untuk mengalahkan musuh” lalu Allah menurunkan ayat ini. (ali-Imran 28-30)

Kedua, Persesuaian dengan ayat sebelumnya

            Pada ayat sebelumnya, telah dijelaskan tentang kekuasaan Allah terhadap alam semesta ini, dan terhadap kehidupan manusia serta Dialah yang mengendalikan rezeki manusia. Maka pada ayat ini Allah melarang orang-orang beriman untuk menjadikan orang-orang kafir yang merupakan musuh Allah sebagai penolong mereka, teman dekat yang mengurusi masalah-masalah mereka. Hal itu karena bagi orang-orang beriman cukuplah Allah sebagai penolong mereka. Dialah yang memiliki kekuasaan penuh terhadap manusia. Sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kekuasaan mereka dan menggantinya dengan orang-orang beriman.

Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ رَاكِعُوْنَ

Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah). (QS. Al-Maidah [5] : 55)

Ini dikuatkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ

Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.(QS. Al-Baqarah [2] : 257)

Ketiga, Larangan memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir

1)      Ayat ini menunjukan larangan orang-orang beriman untuk memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir. Kata (اَوْلِيَاۤؤُ) jama dari – mengandung banyak arti di antaranya,

a)      Orang yang berwenang menangani urusan, seperti wali murid, wali nikah.

b)      Penolong seperti Allah wali orang-orang beriman, yaitu penolongnya

c)      Sahabat dekat.

d)      Pemimpin.

2)      Apa perbedaan antara Muwalah (menjadi wali) dengan Mu’amalah (pergaulan)?

Muwalah adalah menjadikan seseorang sebagai pemimpin, penolong, teman dekat, penanggung jawab terhadap urusannya, yang meyertakan---. Seseorang akan tergantung kepada walinya,  dia diatur dan diarahkan oleh walinya. Inilah makna muwalah kepada orang-orang kafir yang dilarang.

Adapun Mu’amalah adalah pergaulan seorang dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Pergaulan tersebut kadang diikat tali persaudaraan, kekerabatan, teman kerja, teman sekolah dan lainya, mu’amalah dengan orang kafir seperti seperti itu dibolehkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ – ٨

اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ - ٩

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS.Al-Mutahanah [60] 8-9)

Dua ayat diatas menerangkan perbedaan anatara Mu’amalah dan Muwalah. Ayat 8 membolehkan seorang bermu’amalah dengan orang-orang kafir yang tidak memusuhi umat Islam.

Sedangkan ayat 9 melarang seseorang ber-Muwalah kepada orang-orang kafir yang memusuhi umat Islam.

Keempat, Larangan mengabaikan orang-orang beriman.

مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ

“Jangan mengabaikan orang-orang beriman”

1)      Dampak dari memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir menyebabkan terabainya orang-orang beriman. Bahkan lebih fatal dari itu, mereka mengorbankan saudara seiman demi memulai keuntungan materi dari orang-orang kafir.

2)      Hampir setiap zaman, terdapat penghianat dari kalangan umat Islam dengan memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir mengorbankan saudaranya yang seiman pada zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, orang-orang munafik bekerjasama dengan orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan kaum Musyrikin untuk memberikan Madharat kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat-Nya.

Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,

الَّذِيْنَ يَتَرَبَّصُوْنَ بِكُمْۗ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِّنَ اللّٰهِ قَالُوْٓا اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْ ۖ وَاِنْ كَانَ لِلْكٰفِرِيْنَ نَصِيْبٌ قَالُوْٓا اَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا ࣖ - ١٤١

(yaitu) orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah mereka berkata, “Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?” Dan jika orang kafir mendapat bagian, mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman.(QS.An-Nisa [4] : 141)

Ayat diatas menjelaskan bahwa orang-orang munafik jika orang-orang kafir mendapatkan kemenangan dan orang-orang Islam mendapatkan kekalahan mereka senang dan gembira.

3)      Salah satu ciri orang munafik adalah menjadikan orang-orang kafir sebagai wali, penolong dan pemimpinnya demi mencari kemaslahatan dunia. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,

بَشِّرِ الْمُنٰفِقِيْنَ بِاَنَّ لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًاۙ – ١٣٨

الَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ اَيَبْتَغُوْنَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَاِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ - ١٣٩

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah.(QS. An-Nisa [4] : 138-139)

 

Ayat diatas menunjukan bahwa orang-orang munafik menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin mereka, karena mengharapkan kemuliaan disisi mereka. Mereka lupa bahwa kemuliaan ada disisi Allah dan Rasulnya dan orang-orang beriman. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,

يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ - ٨

Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (QS. Al-Munafiqun [63] :8)

4)      Sanksi dari Allah

وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْء

Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah,

Maka barang siapa yang berbuat seperti itu, yaitu menjadikan orang kafir sebagai pemimpin dan penolong serta teman dekat, niscaya dia tidak mendapatkan pertolongan dari Allah sedikitpun. Karena siapa yang berteman dengan musuh Allah dan melakukan indakan yang merugikan hamba-hamba Allah yang beriman, maka dia musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala juga.

Kelima, Hukum Taqiyah

اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً

            “kecuali kalian ingin menghindari sesuatu yang kalian takuti dari mereka”

1)      pada ayat ini disebutkan pengecualiaan dari larangan menjadikan orang kafir sebagai wali yaitu pada situasi dan kondisi bersiasat untuk menghindari sesuatu Madharat dari mereka. Pengecualiaan ini di kenal dengan istilah “Taqiyah” yang artinya berlindung diri dari kejahatan musuh.

2)      Taqiyah ini pernah dilakukan oleh Ammar bin Yasir, ketika di dipaksa untuk mengucapkan kata-kata yang bertentangan dengan syariat, dibawah anacaman pembunuhan. Beliau mengikuti keinginan orang-orang kafir tersebut dengan niat untuk menyelamatkan jiwanya. Kemudian turunlah firman Allah membenarkan sikapnya.

مَنْ كَفَرَ بِاللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِهٖٓ اِلَّا مَنْ اُكْرِهَ وَقَلْبُهٗ مُطْمَىِٕنٌّۢ بِالْاِيْمَانِ وَلٰكِنْ مَّنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗوَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ - ١٠٦

Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar. (QS. An-Nahl [16] : 106)

3)      Bertaqiyah dibolehkan selama tujuannya untuk kemashlahatan dakwah dan umat Islam. Karena jika semua Umat Islam terbunuh dan ditawan musuh, maka tidak ada lagi yang menyampaikan dakwah di tengah-tengah masyarakat. Pada akhirnya, lambat laun cahaya Islam akan padam.

4)      Ibnu Katsir berkata’ Maksud ayat diatas (Qs.ali-Imran 28) kecuali bagi orang yang berada di suatu negeri pada waktu tertentu, dan mereka merasa takut terhadap kejahatan orang-orang kafir. Maka baginya dibolehkan bersiasat kepada mereka secara lahirnya saja, bukan secara batin. Sebagaimana Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu ‘Darda, ia berkata’ sesungguhnya kami menapakkan wajah cerah kepada beberapa orang kafir, sedang hati kami melaknat mereka.

5)      Firman-Nya

وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ

Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat Kembali

Pada ayat ini Allah memepringatkan kepada orang-orang beriman akan siksa-Nya. Ini mengandung anacaman yang berat bagi yang melanggar larangannya.

Keenam, Allah Maha Mengetahui

قُلْ اِنْ تُخْفُوْا مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ اَوْ تُبْدُوْهُ يَعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗوَيَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya.” Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

1)      Ayat diatas ditunjukan kepada dua kelompok dari umat Islam.

a)      Kelompok yang menjadikan orang kafir sebagai wali, bahwa Allah mengetahui apa yang mereka lakukan, baik secara sembunyi-sembunyi atau secara terang-terangan. Baik ketika mereka melakukan mufakat dengan orang kafir di malam hari maupun di siang hari.

Ini sesuai dengan firman Allah Subahanahu wa Ta’ala

عٰلِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيْرُ الْمُتَعَالِ – ٩

سَوَاۤءٌ مِّنْكُمْ مَّنْ اَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهٖ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍۢ بِالَّيْلِ وَسَارِبٌۢ بِالنَّهَارِ - ١٠

(Allah) Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata; Yang Mahabesar, Mahatinggi. Sama saja (bagi Allah), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya dan siapa yang berterus terang dengannya; dan siapa yang bersembunyi pada malam hari dan yang berjalan pada siang hari.(QS. Ar-Ra’d [13] : 9-10)

b)      kelompok yang melakukan “Taqiyah” Allah tahu isi hati mereka. Apakah benar-benar “Taqiyah” yang mereka lakukan untuk kepentingan dunia atau untuk kepentingan dakwah dan maslahat kaum Muslimin.

 

 

2)      Keadaan jiwa pada hari kiamat

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا ۛوَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوْۤءٍ ۛ تَوَدُّ لَوْ اَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهٗٓ اَمَدًاۢ بَعِيْدًا ۗوَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ ࣖ -

(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan (hari) itu. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.(QS. Ali-Imran [3] : 30)

 Ayat di atas menyebutkan dua jiwa.

a)      Jiwa yang berbuat baik dan beramal shalih selama hidup di dunia. Ketika melihat amal kebaikannya. Dihadirkan di hadapannya pada hari kiamat, dia ingin amal kebaikannya tersebut berada di sisinya setiap waktu tanpa di pisahkan walau sekejab.

b)      Jiwa yang berbuat jahat dan ingkar kepada Allah selama hidup di dunia, ketika melihat semua perbuatan jahatnya. Dihadirkan dihadapannya pada kami kiamat, pada saat itu dia berharap antara dia dan perbuataan jahatnya jaraknya sangat jauh.

Ayat diatas mirip dengan firman Allah Subahanahu wa Ta’ala

وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا ࣖ

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun.(QS.Al-Kahfi [18] : 49)

Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa amal seseorang dihadirkan pada hari kiamat.

3)      Sifat (Rauf)

وَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ

“Allah Maha Penyanyang terhadap hamba-hamba-Nya”

a)      Sifat (رَءُوْفٌۢ) adalah kasih sayang yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai hubungan dekat dengan Sang Pemberi Kasih Sayang.

Sifat ini mirip dengan sifat (رَّحِيْمِ) yaitu Maha Penyayang khusu kepada hamba-hamba yang dekat dengan Allah. Bedanya kalau (رَءُوْفٌۢ) penekananya kepada pemberi kasih sayang, sedang (رَّحِيْمِ) penekanannya kepada orang yang mendapatkan kasih sayang.

b)      Kata (بِالْعِبَادِ) maksudnya adalah hamba-hambanya yang taat kepada-Nya, yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya penolong baginya, serta tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai wali dan teman dekat mereka.

 

****

Jakarta, Kamis, 10 Maret 2022

 

KARYA TULIS