Karya Tulis
565 Hits

Tafsir An-Najah QS. 3: 64-68) Bab ke-157 Kalimatin Sawa'


 

Kalimatin Sawa'

قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِه شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ

"Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai Ahlulkitab, marilah (kita) menuju pada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, (yakni) kita tidak menyembah selain Allah, kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling, katakanlah (kepada mereka), ‘Saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.’" (QS. Ali-Imran [3] : 64)

 

Pertama : Yahudi Madinah

1)      Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat 1 sampai ayat 63 diturunkan berkenaan dengan delegasi Nashrani Najran yang dating kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihih wa Sallam. Mengajak berdebat tentang Nab Isa 'Alaihis Sallam.

Perdebatan tersebut berakhir dengan tantangann dari Nabi Shalallahu 'Alaihih wa Sallam kepad mereka untuk "bermubahalah" tetapi mereka menolaknya karena takut mendapatkan musibah. Dengan demikian bias disimpulkan perdebatan tersebut selesai dengan kemenangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kekalahan telak bagi delegasi Nashrani Najran dan mereka bersedia membayar jizyah (upeti) kepada Nabi Shalallahu 'Alaihih wa Sallam.

2)      Adapun ayat ini dan selanjutnya diturunkan berkenaan dengan ahlul kitab secara umum yang mencakup Yahudi dan kaum Nashrani. Hal ini menunjukan betapa semangat uletnya Rasulullah saw dalam menyampaikan dakwah kepada semua kalangan. Sebagian Ulama, bahwa yang dimaksud ahlul kitab disini adalah mereka yang berada di kota Madinah, terutama dari kalangan Yahudi.

3)      Kenapa ayat ini ditujukan kepada kaum Yahudi Madinah ? karena mereka menjadikan para pendeta mereka seperti Tuhan. Mereka mentaati apa yang disampaikan oleh para pendeta mereka secara mutlak, walau para pendeta tersebut menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah atau mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal ini juga pernah disinggung oleh Allah di dalam firman-Nya,

اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَه عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ٣١

"Mereka menjadikan para rabi (Yahudi) dan para rahib (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Allah325) serta (Nasrani mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam. Padahal, mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan." (QS. At-Taubah [9] : 31)

4)      Ayat (64) dari surat Ali Imran di atas juga pernah disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihih wa Sallam dalam suratnya yang dikirim ke penguasa Romawi Heraklius yang isinya sebagai berikut :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ: سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ، يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ ” وَ {يَا أَهْلَ الكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}

" Bismillahir rahmanir rahiim…

Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya

Kepada Heraclius, raja Romawi

Salaamun ‘ala manit-taba’al huda, amma ba’du

(keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, selanjutnya)

Saya mengajak Anda dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Anda akan selamat. Allah akan memberikan pahala kepada-Mu dua kali. Jika Anda berpaling (tidak menerima) maka Anda menanggung semua dosa kaum Arisiyin. Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64)." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kedua : Kandungan Ayat

Adapun kandungan ayat (64) diatas adalah sebagai berikut :

1)      Pernyataan tentang ke-Esaan Allah dan larangan berbuat syirik atau menyekutukan Allah dalam beribadah.

2)      Larangan menjadikan satu sama lain Tuhan selain Allah.

3)      Dua poin di atas adalah kalimat sawa' (pernyataan yang adil dan sama ) di mana tidak ada perselisihan antara ajaran Islam dan ajaran di dalam kitab Taurat dan Injil yang dibawa oleh para Nabi, termasuk yang dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi Isa Alaihis Sallam.

4)      Jika mereka menolak pernyataan tersebut, maka tetaplah berada di atas ajaran Islam dan berserah diri kepada Allah. Sebagimana yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim.

Ketiga : Berdebat Tentang Nabi Ibrahim

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمَآ اُنْزِلَتِ التَّوْرٰىةُ وَالْاِنْجِيْلُ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِه اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ٦٥

"Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu berbantah-bantahan) tentang Ibrahim? Padahal, Taurat dan Injil tidak diturunkan, kecuali setelah dia (Ibrahim). Apakah kamu tidak mengerti?" (QS. Ali-Imran [3] : 65)

1)      Dari Ibnu Abbas berkata "orang-orang Nashrani Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul bersama RAsulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Lalu mereka saling berbantah dan berdebat. Para pendeta Yahudi berkata : "Ibrahim tidak lain adalah seorang Yahudi." Lalu orang-orang Nashrani Najran berkata : "Ibrahim tidak lain adalah seorang Nashrani." Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat ini.

2)      Ayat ini menunjukan bagaimana kefanatikan golongan tanpa dasar ilmu menyebutkan seseorang tidak bisa berfikir jernih dan tertutup akal sehatnya, seperti yang menimpa Rombongan Nashrani Najran dan Yahudi Madinah. Mereka masing-masing mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Nashrani atau beragama Yahudi, padahal kitab  Taurat dan Injil tidak turun kecuali setlah Nabi Ibrahim meninggal dunia. Secara akal sehat, tidak mungkin Nabi Ibrahim memluk agama yang kitab sucinya sesudah beliau meninggal dunia.

3)      Diriwiyatkan bahwa rentang waktu antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Musa adalah 700 tahun atau 1000 tahun. Dan rentang waktu antara Nabi Musa dan Nabi Isa adalah 1000 tahun juga.

Keempat : Berdebat Tanpa Ilmu

هٰٓاَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ حَاجَجْتُمْ فِيْمَا لَكُمْ بِه عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِيْمَا لَيْسَ لَكُمْ بِه عِلْمٌ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ٦٦

"Begitulah kamu. Kamu berbantah-bantahan tentang apa yang kamu ketahui,96) tetapi mengapa kamu berbantah-bantahan (juga) tentang apa yang tidak kamu ketahui?97) Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS. Ali-Imran [3] : 66)

1)      Ayat lanjutan dari ayat sebelumnya, mengecm perbuatan kaum Yahudi dan Nashrani yang memperdebatkan hal-hal yang tidak mereka ketahui.

2)      Maksud ayat di atas bahwa sekiranya mereka (kaum Yahudi dan Nashrani) berdebat dan berbantah-bantahan teerhadap sesuatu yang mereka ketahui seperti masalah-masalah agama yang ada di dalam kitab suci mereka tentunya itu lebih baik. Itupun belum tentu perdebatannya benar.

3)      Tetapi anehnya, skearang mereka berdebat tentang sesuatu yang mereka tidak memiliki ilmu sama sekali, yaitu tentang agama Nabi Ibrahim yang tidak terdapat di dalam kitab suci mereka baik di dalamm Taurat maupun Injil.

4)      Yang mengetahui agama Nabi Ibrahim itu hanyalah Allah sedangkan mereka tidak mengetahui sama sekali. Mestinya mereka menunggu petunjuk dan apakah dari Allah tentang agama Nabi Ibrahim.

5)      Ayat di atas mennunjukan larangan berdebat tentang sesutau yang seorang tidak mempunyai ilmu di dalamnya. Terdapat beberapa ayat dan hadits yang menunjukan hal tersebut diantaranya :

a)      Firman Allah

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِه ۙ وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَامِ ٢٠٤

"Di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Nabi Muhammad) dan dia menjadikan Allah sebagai saksi atas (kebenaran) isi hatinya. Padahal, dia adalah penentang yang paling keras." (QS. Al-Baqarah [2] :204)

Kalimat (اَلَدُّ الْخِصَامِ) dalam ayat di atas adalah orang yang suka berdebat dan suka bedebat dan susah mengalah jika berselisih

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا ٥٤

"Sungguh, Kami telah menjelaskan segala perumpamaan dengan berbagai macam cara dan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini. Akan tetapi, manusia adalah (makhluk) yang paling banyak membantah." (QS. Al-Kahfi [18] : 54)

Ayat di atas mengecam manusia yang sering membantah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَقَالُوْٓا ءَاٰلِهَتُنَا خَيْرٌ اَمْ هُوَ ۗمَا ضَرَبُوْهُ لَكَ اِلَّا جَدَلًا ۗبَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُوْنَ ٥٨

"Mereka berkata, “Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu, kecuali dengan maksud membantah saja. Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar." (QS. Az-Zukruf [43] : 58)

Ayat ini juga mengecam kaum yang sering berdebat dan membunuh

c)      Hadits Nabi,

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

"Aku akan menjamin rumah di pinggir surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik." (HR. Abu Daud)

d)      Hadits Nabi,

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ ثُمَّ قَرَأَ  (مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ)

 “ Tidaklah suatu kaum menjadi sesat setelah mereka berada di atas hidayah, kecuali karena mereka diberi kecintaan kepada perdebatan, kemudian beliau membaca ayat :  Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. ( Qs. az-Zukhruf : 58 ) ( HR. At-Tirmidz )

 

Kelima : 3 Sifat Nabi Ibrahim

مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ٦٧

"Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang hanif) lagi berserah diri (muslim). Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik." (QS. Ali-Imran [3] : 67)

1)      Pada ayat sebelumnya Allah mengecam tentang perdebatan mereka yang yang tidak berlandaskan ilmu. Sedangkan dalam ayat ini, Alalh membantah isi perdebatan mereka bahwa Nabi Ibrahim beragama Yahudi atau beragama Nashrani.

2)      Pada ayat ini Allah menyebutkan 3 sifat Nabi Ibrahim :

a)      Nabi Ibrahim seorang yang hanif. Hanif adalah condong kepada kebenaran jika beliau diantara kebatilan dankebenaran, belaiu tidak bersikap netral atauacuh tak acuh, tetapi beliau akan meninggalkan kebatilan dan akan condong dan membla kepada kebenaran.

Begitu seorang muslim, tidak boleh bersikap netral dalam menghadapi perselisihan umat di dalam kehidupan di dunia ini. Dia harus meninggalkan kebatilan dan condong serta membela kebenaran. Ini dikuatkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ ٣٠

"Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.588) Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar-Rum [30] : 30)

Ayat ini memerintahkan setiap muslim uuntuk menghadapkan wajahnya kepada agama yang Tauhid.

b)      Nabi Ibrahim adalah seorang muslim. Muslim adalah orang yang memasrahkan dirinya kepada Allah, taat kepada segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Muslim juga berarti orang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.

c)      Nabi Ibrahim bukanlah orang yang musyrik, yaitu menyembah Allah dan menyembah selain Allah. Beliau tidak pernah menyembah berhala, bahkan beliau lah yang menghancurkan berhala-berhala yang di buat olehh bapaknya sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَتَاللّٰهِ لَاَكِيْدَنَّ اَصْنَامَكُمْ بَعْدَ اَنْ تُوَلُّوْا مُدْبِرِيْنَ ٥٧ فَجَعَلَهُمْ جُذٰذًا اِلَّا كَبِيْرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ اِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ ٥٨

" (Nabi Ibrahim berkata dalam hatinya,) “Demi Allah, sungguh, aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya.” Dia (Ibrahim) lalu menjadikan mereka (berhala-berhala itu) hancur berkeping-keping, kecuali (satu patung) yang terbesar milik mereka agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya." (QS. Al-Anbiya' [21] : 57-58)

3)        Ayat lain yang menunjukan bahwa Nabi Ibrahim adalah seorang muslim dan ajarannya sama dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah firman Allah,

وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗهُوَ مَوْلٰىكُمْۚ فَنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ ࣖ ۔ ٧٨

" Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu dan (begitu pula) dalam (kitab) ini (Al-Qur’an) agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka, tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah pada (ajaran) Allah. Dia adalah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong." (QS. Al-Hajj [22] : 78)

Keenam : Para Pengikat Nabi Ibrahim

اِنَّ اَوْلَى النَّاسِ بِاِبْرٰهِيْمَ لَلَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ وَهٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۗ وَاللّٰهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ ٦٨

"Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya, Nabi ini (Nabi Muhammad), dan orang-orang yang beriman. Allah adalah pelindung orang-orang mukmin." (QS. Ali-Imran [3] : 68)

1)      Sebab turunnya ayat

"Orang-orang yahudi mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihih wa Sallam: "Sungguh demi Allah, wahai Muhammad, sungguh kamu telah mengetahui bahwa kamilah orang-orang yang lebih berhak dengan agama Ibrahim dari pada kamu dan selain kamu. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Yahudi, dan kamu tidak lain hanya karena merasa iri dan dengki saja." Lalu Allah menurunkan ayat ini.

2)      Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa kaum Yahudi mengklaim bahwa Nabi Ibrahim bergama Yahudi dan kaum Nashrani juga mengklaim bahwa Nabi Ibrahim beragama Nashrani. Tujuannya adalah untuk mengisyaratkan bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yaitu agama Islam bukan agama yang benar dan tidak sesuai dengan ajaran Nabi Ibrahim.

Maka pada ayat ini Allah membalas dengan tegas klaim Yahudi dan Nashrani dan menyatukan bersama orang yang paling dekat dengan Nabi Ibrahim yaitu Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihih wa Sallam dan  orang-orang yang beriman kepadanya (umat islam).

3)      Disebutkan pada ayat tersebut "Orang-orang yang mengikutinya". Yaitu yang mengikuti ajaran Nabi Ibrahim baik dair sisi Aqidah maupun syariat.

a)      Dari sisi Aqidah, yaitu Tauhid, menyembah kepada Allah dan tidak mensyirikkannya dengan sesuatu apapun juga.

Dalam hal ini hanya umat Islam saja yang telah melaksanakannya. Adapun kaum Yahudi dan Nashrani, mereka sudah melenceng dari ajaran Tauhid, karena mereka menyatakan Uzair adalah anak Allah dan Al-Masih adalah anak Allah. Sebagaimana firman-Nya,

وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ِۨابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِاَفْوَاهِهِمْۚ يُضَاهِـُٔوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُ ۗقَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۚ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ ٣٠

"Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang yang kufur sebelumnya. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?" (QS. At-Taubah [9] : 30)

b)      Adapun dari sisi Syariat, yaitu ibadah, haji, khitan, kurban, dan lainnya.

Dalam hal ini, juga hanya umat Islam saja yang telah melaksanakannya. Salah satu dalil perintah untuk mengikuti Aqidah dan syariat nabi Ibrahim adalah firman Allah,

ثُمَّ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ اَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ١٢٣

"Kemudian, Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), ‘Ikutilah agama Ibrahim sebagai (sosok) yang hanif dan tidak termasuk orang-orang musyrik.’" (QS. Ali-Imran [3] : 123)

 

 Jakarta, Jum'at 18 Maret 2022

 

KARYA TULIS