Tafsir An-Najah (QS.3: 75-77) Bab ke-159 Kecurangan Ahlul Kitab
Kecurangan Ahlul Kitab
وَمِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مَنْ اِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُّؤَدِّه اِلَيْكَۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ اِنْ تَأْمَنْهُ بِدِيْنَارٍ لَّا يُؤَدِّهٖٓ اِلَيْكَ اِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَاۤىِٕمًا ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَيْسَ عَلَيْنَا فِى الْاُمِّيّنَ سَبِيْلٌۚ وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
"Dan di antara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada (pula) di antara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya. Yang demikian itu disebabkan mereka berkata, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang buta huruf.” Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui." (QS. Ali Imran [3] : 75)
Pertama : Dua Kelompok Ahlul Kitab
1) Pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan sikap sebagian ahlul kitab kepada Rabb mereka, yaitu mengingkari ayat-ayat-Nya, mencampurkan adukan antara al-Haq dan al-Batil serta menyembunyikan kebenaran. Maka pada ayat ini dan selanjutnya, Allah menjelaskan sikap mereka terhadap sesama manusia, terutama kepada kaum Muslimin dalam mu'amalat, jual beli dan lainnya.
2) Dalam hal ini ada dua kelompok Ahlul kitab.
a) Kelompok yang memiliki amanah dan dapat dipercayai. Jika diberi amanah harta yang banyak (قنطار), mereka menunaikannya dengan baik.
Seperti Abdullah bin Salam yang dititipi uang sebanyak 12.000 uqiyah emas oleh seorang laki-laki Qurays, maka dia tunaikan dengan baik.
Begitu juga Samu'al bin 'Adiya, dia orang yang terkenal kejujuran dan amanahnya.
b) Kelompok yang tidak memilkkki amanat dan tidak bisa dipercaya. Jika dieberi amanat brupa harta walaupun sedikit, mereka tidak amanah dan mengkhianatinya. Serta tidak menunaikannya dengan baik. Harta yang diamanatkan kepada mereka sangat susah untuk diminta kembali, kecuali dengan terus menerus menagihnya.
Sperti Ka'ab bin Asyraf dan fanhash bin 'Azura, pernah dititipi amarah oleh seorang laki-laki Qurays, tapi mengingkarinya.
Kedua : Sikap Kepada Non Yahudi
ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْا لَيْسَ عَلَيْنَا فِى الْاُمِّيّٖنَ سَبِيْلٌۚ...
"…Yang demikian itu disebabkan mereka berkata, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang buta huruf…” (Qs Ali Imran [3] : 75)
1) Yang menyebabkan mereka berbuat khianat terhadap amanat yang dititipkan kepada mereka adalah anggapan mereka bahwa orang-orang ummiyah (orang-orang arab) tidak mempunyai kehormatan, tidak bernilai serta tidak memiliki hak apapun dihadapn orang Yahudi. Bahkan bukan sekedar orang Arab, tetapi setiap orang yang bukan dari kalangan Yahudi tidak ada kehormatan dan hak di hadapan mereka.
2) Bagi kaum Yahudi, harta non Yahudi boleh dirampas, atau dicuri dan diambil secara paksa. Mereka beranggapan bahwa Yahudi adlah umat pilihan dan bangsa paling unggul. Adapun umat yang lain diciptakan oleh Allah untuk berkhidmat dan menjadi budak umat Yahudi.
3) Kata (الأمين) adalah orang-orang yang tidak pandai membaca dan menulis. Orang0orang YAhudi menganggap orang-orang Arab (orang-orang musyirikin Mekkah) adalah orang-orang ummiyun yang bodoh. Tetapi kemudian orang-orang Arab yang sduah masuk Islampun dianggap seperti orang-orang Arab Jahiliyah bahkan seluruh manusia selain Yahudi dianggap "ummiyun" juga.
4) Firman-Nya,
وَيَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْ
" Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui." (QS. Ali Imran [3] : 75)
a) Sikap orang-orang Yahudi terhadap harta orang-orang selain Yahudi (non Yahudi) diatas adalah sikap yang mucul dari angan angan mereka sendiri, tetapi mereka mengklaim nbahwa ini ajaran Taurat.
b) Mereka bedusta terhadap Allah, karena keyakinan tersebut tidak terdapat di dalam kitab Taurat.
c) Sebenarnya mereka mengetahui bahwa hal itu tidak ada di dalam Taurat. Mereka sengaja membuat kebohongan terhadap Allah untuk kepentingan dan kesenangan dunia sesaat.
ketiga : Menepati Janji
بَلٰى مَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ وَاتَّقٰى فَاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ ٧٦
"Sebenarnya barangsiapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran [3] : 76)
1) Pada ayat sebelumnya, Allah telah menjelaskan kebohongan kaum Yahudi tentang harta non Yahudi. Maka pada ayat ini, Allah menjelaskan sikap yang benar bagaimana bermuamalat dengan orang lain dalam masalah harta.
2) Kata (بلى) maksudnya sekali-kali tidak, demikian sikap benar, tidak seperti yang dilakukan kaum Yahudi. Tetapi sikap yang benar adalah menyampaikann amanat kepada yang berhak.
3) Maka, barang siapa yang menepati janjinya ketika diberikan amanat dan disampaikan kepada yang berhak. Kemudian dia bertaqwa dan takut kepada Allah yang menjauhi sikap khianat,niscaya Allah akan mencintai dan meridhoinya, itulah sifat orang-orang bertaqwa.
4) Allah Swt memerintah umat Islam untuk menyampaikan amanat kepada yang terbebani amanat,
a) Sebagaimana di dalam firman-Nya,
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِه ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. An-Nisa [4] : 58)
b) Allah juga berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِۗ اُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيْمَةُ الْاَنْعَامِ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّى الصَّيْدِ وَاَنْتُمْ حُرُمٌۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ
"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki." (QS Al-Maidah [5] :1)
c) Salah satu sifat al-mukmin adalah menjaga amanat dan perjanjian yang sudah disepakati, Allah berfirman,
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ ۙ
"Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya," (QS. Al-Mukminun [23] : 8)
d) Begitu juga di dalam firman-Nya,
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَۖ
"Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya," (QS. Al-Ma'arij [70] : 32)
e) Sebaliknya Allah melarang untuk mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS. Al-Anfal [8] : 27)
f) Di dalam hadits disebutkan bahwa amanah merupakan barometer keimanan seseorang, sebagaiman yang tersebut di dalam hadits Ans bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا دِينَ لِمَنْ لا عَهْدَ لَهُ وَلا إِيمَانَ لِمَنْ لا أَمَانَةَ لَهُ
“ Tidak ada agama bagi yang tidak menepati janji, dan tidak ada iman bagi yang tidak mempunyai amanat “ ( HR Ahmad, hadist shahih )
Amanat telah diangkat dari manusia ini berdasarkan hadits
Ini berdasarkan hadist Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الْأَمَانَةُ، وَآخِرُ مَا يَبْقَى الصَّلَاةُ، وَرُبَّ مُصَلٍّ لَا خَيْرَ فِيهِ
“ Yang pertama kali diangkat dari manusia adalah amanat, dan akhir yang tersisa adalah sholat, dan boleh jadi orang yang sholat tidak ada kebaikan di dalamnya “ ( HR . Baihaqi di dalam Syu’abu al-Iman (4892) , dan ath-Thabrani di dalam Mu’jam ash-Shoghir (387) , berkata al-Haitsami di dalam Majma’ al-Bahrain (7/ 321 ): Di dalamnya terdapat Hakim bin Nafi’ dipercaya oleh Ibnu Ma’in dan dilemahkan Abu Zur’ah, selebihnya perawinya terpercaya. ).
Keempat : Menjual Janji Allah
اِنَّ الَّذِيْنَ يَشْتَرُوْنَ بِعَهْدِ اللّٰهِ وَاَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيْلًا اُولٰۤىِٕكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ وَلَا يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih" (QS. Ali Imran [3] : 77)
1) Pada ayat yang lalu, telah dijelaskan tentang pengkhiantan terhadap amanat yang dibelikan manusia atau perjanjian antara sesama manusia. Adapun ayat ini, dijelaskan pengkhianatan terhadap amanat dan perjanjian kepada Allah.
2) Kallimat (بعهد الله) arti "janji Allah". Janji Allah disini mencakup segala perjanjian yang telah terjadi antara manusia dengan Allah, yaitu pengakuan manusia sebagai hamba Allah, dan pengetahuan bahwa Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
a) Perjanjian ini telah disebut Allah dalam firman-Nya,
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ - ١٧٢
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”" (QS. Al-A'raf [7] : 172)
b) Ayat di atsa dikuatkan dengan hadits sayyidul istigfar, sebagaimana yang diriwayatkan
وعن شَدَّادِ بْنِ أَوسٍ - رضي الله عنه - ، عن النبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قال : (( سَيِّدُ الاسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُولَ العَبْدُ : اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إلهَ إلاَّ أنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ ، وأبُوءُ بِذَنْبِي ، فَاغْفِرْ لِي ، فَإنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلاَّ أنْتَ . مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِناً بِهَا ، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِي ، فَهُوَ مِنْ أهْلِ الجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ ، وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا ، فَمَاتَ قَبْلَ أنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أهْلِ الجَنَّةِ ))
" Dari Syadad bin Aus bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : ” Sayidul Istighfar adalah seorang hamba berdo’a : ” Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-ku, Tiada Ilah kecuali Engkau, Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu, aku akan berusaha memenuhi janji-janjiku kepada-Mu sekuat tenagaku, aku berlindung kepada-Mu dari apa perbuatan jelekku, aku mengakui akan nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku dan aku mengakui juga atas dosa yang pernah aku perbuat, maka ampunilah diriku, sesungguhnya tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah.”Barang siapa yang mengucapkan doa ini ( yaitu doa sayidul istihgfar ) pada siang hari dengan menyakini isinya, kemudian mati pada hari itu, sebelum datang waktu sore, niscaya dia termasuk ahli syurga. Dan barang siapa yang membacanya pada malam hari dengan menyakini isinya, kemudian dia mati sebelum datangnya pagi, niscaya dia termasuk ahli syurga” " ( HR Bukhari, no : 6306 )
3) Kalimat (وَ أَيْمَانِهِمْ) artinya sumapah-sumpah mereka. Yaitu mereka banyak bersumpah dengan nama Allah untuk menutupi kebohongan mereka. Banyak bersumpah termasuk sifat yang tidak baik. Sifat seperti ini banyak disebut dalam Al-Quran dalam bentuk kecaman diantarnya,
a) Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِيْنٍۙ
"Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina," (QS. Al-Qalam [68]: 10)
b) Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
سَيَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ لَكُمْ اِذَا انْقَلَبْتُمْ اِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوْا عَنْهُمْ ۗ فَاَعْرِضُوْا عَنْهُمْ ۗ اِنَّهُمْ رِجْسٌۙ وَّمَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ جَزَاۤءً ۢبِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, ketika kamu kembali kepada mereka, agar kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu berjiwa kotor dan tempat mereka neraka Jahanam, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. At-Taubah [9] : 95)
c) Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Munafikun: 2)
4) Kalimat (ثَمَنًا قَلِيْلًا) artinya "dengan harga yang sedikit". Maksudnya mereka kaum yahudi menjual janji allah dan sumpah mereka. Untuk ditukar dengan keuntungan dunia yang sedikit. Keuntungan dunia, walaupun berupa harta yang melimpah dan jabatan yang tinggi, serta kekuasaan yang luas, tetap disebut "sedikit" jika dibandingkann dengan kenikmatan surga di akhirta yang tiada habis-habisnya.
a) Allah berfirman tentang kenikmatan dunia dibandingkan kenikmatan akhirat
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗوَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ
"Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat." (QS. Ar-Ra'du [13] : 26)
b) Kemudian Allah menjelaskan kenikmatan surga di akhirat yang tiada habis-habisnya,
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَۗ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۗ اُكُلُهَا دَاۤىِٕمٌ وَّظِلُّهَاۗ تِلْكَ عُقْبَى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا ۖوَّعُقْبَى الْكٰفِرِيْنَ النَّارُ
"Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang yang ingkar kepada Tuhan ialah neraka." (QS Ar-Ra'du [13] : 35)
Kelima : 5 Hukuman Allah
اُولٰۤىِٕكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ
"mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat," (QS. Ali-Imran [3] : 77)
Ayat ini menjelaskan sanksi yang akan diterima di akhirat bagi yang menjual janji allah dan sumpah mereka dengan harga yang sedikit.
1) Mereka tidak mendapat bagian sedikitpun di akhirat, hal ini seperti di dalam beberapa firman Allah diantaranya,
a) Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ - ١٥اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ - ١٦
"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Hud [11] : 15-16).
b) Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ – ٢٠٠
"Maka di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun." (QS.Al-Baqarah [2] : 200).
2) Mereka tidak diajak bicara oleh Allah dan tidak menyapa mereka sama sekali. Artinya mereka tidak dipedulikan oleh Allah dan dibiarkan begitu saja.
3) Mereka tidak dilihat oleh Allah dengan penglihatan yang mengandung kasih saying
4) Mereka tidak disucikan oleh Allah dari dosa-dosa mereka dan tidak pula diampuni dari segala kesalahan yang selama ini mereka perbuat di dunia.
5) Mereka akan mendapatlan siksa yang pedih di dalam neraka.
***
Jakarta, Ahad 30 Maret 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »