Tafsir An-Najah (QS.3: 92) Bab ke-163 Menginfakan Harta yang dicintai
Menginfakan Harta Yang Dicintai
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِه عَلِيْمٌ - ٩٢
"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui." (QS. Ali Imran [3] : 92)
Pertama : Hubungan Dengan Ayat Sebelumnya
1) Pada ayat sebelumnya, diterangkan bahwa orang-orang kafir yang masuk neraka, tidak bisa menebus dirinya dari api neraka walaupun membayar dengan harta yang senilai emas sepenuh bumi. Pada ayat ini dijelaskan kapan dan bagaimana sebaiknya menginfakan harta , supaya bermanfaat dan menyelamatkan diri dari api neraka.
2) Pada ayat-ayat sebelumnyaa, diterangkan bahwa ahlul kitab menganggap diri mereka adalah golongan Allah dimana para nabi berasal dari golongan mereka. Mereka juga mengklaim bahwa tidak akan disentuh api neraka kecuali hanya beberapa hair saja. Maka pada ayat ini dijelaskan bahwa klaim mereka harus dibukatikan dengan menginfakan harta yang mereka cintai di jalan Allah.
Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْٓا اِنْ زَعَمْتُمْ اَنَّكُمْ اَوْلِيَاۤءُ لِلّٰهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ - ٦
"Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai orang-orang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah, bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.’ " (QS. Al-Jumu'ah [62] : 6)
Ayat dalam surat Al-Jumua'ah ini juga meminta pembuktian bahwa orang-orang Yahudi adalah wali-wali Alalh dengan cara mereka berangan –berangan mati, tetapi mereka menolaknya.
3) Bakhil dan takut adalah ciri utama orang Yahudi dan orang munafik. Sedangkan ciri orang beriman adalah dermawan dan rindu bertemu Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَاَنْتُمْ اَشَدُّ رَهْبَةً فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنَ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ - ١٣ لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاۤءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ - ١٤
"Sesungguhnya dalam hati mereka, kamu (Muslimin) lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti. Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti." (QS. Al-Hasyr [61] : 13-14)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِه مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ - ٩٦
"Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah [2] : 96)
Allah juga berfirman
الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُوْنَ مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِه وَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًاۚ - ٣٧
"(yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan." (QS. An-Nisa [4] : 37)
Kedua : Menginfakan Harta Yang dicintai
1) Firman-Nya
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai."
Kata (الْبِرَّ) artinya yang lurus. Dari akar kata yang sama, terdapat beberapa istilah di bawah ini:
a) Al-birru artinya kebaikan atau kebajikan yan sangat luas.
b) Al-barru artinya daratan yang sangat luas.
c) Al-abrar artinya orang-orang yang kebaikannya sangat luas.
d) Birrrul walidain, artinya berbuat baik yang sangat banyak kepada kedua orangtua.
2) Firman-Nya
حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
"sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai."
- Kebaikan yang banyak yang akan mengantarkan ke surga tidak akan didapat kecuali seseorang mengorbankan apa yang dicintainya, yaitu mmengingatkan harta yang dicintainya yaitu menginfakan harta yang dicintainya di jalan Allah.
a) Perintah ini bertujuan untuk menguji kecintaan hamba kepada Allah, apakah cintanya benar dan sungguh-sungguh atau sekedar mengucapkan "Saya cinta Allah" atau "Saya beriman kepada Allah" padahal belum ingin diuji atau dibuktikan.
b) Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
الۤمّۤ ۗ – ١
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ – ٢
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ - ٣
"Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti" (QS. Al-Ankabut [29] : 1-3)
Ayat di atas menjelaskan bahwa untuk mendapatkan iman uyang benar harus diuji dulu.
c) Ini juga mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ - ٣١
"Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Ali-Imran [3] : 31)
Ayat di atas menjelaskan bahwa syarat cinta Allah adalah mengikuti petunjuk Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.
d) Allah Subhanahu wa Ta’ala juga Berfirman,
قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِه وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِه فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِه وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ - ٢٤
"Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. At-Taubah [9] : 24)
Ayat di atas menjelaskan bahwa cinta seseorang kepada Alalh, Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya harus melebihi cintanya kepada yang lain.
Ketiga : Contoh Dari Para Sahabat
Adapun mengenai infak dengan harta yang dicintai, terdapat beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits serta atsar sahabat yang menjelaskan ayat di atas.
1) Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّه مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا - ٨
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan," (QS. Al-Insan [76] : 8)
2) Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّه ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ
"Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya" (QS. Al-Baqarah [2] ; 177)
3) Abu Thalah Radiyallahu 'Anhu adalaah sahabat dari kaum Anshar yang paling banyak harta berupa kebun pohon kurma dan hartanya yang paling ia cintai dan paling berharga baginya adalah Bairuha' (sebidang kebun di Madinah) yang mengahadap ke masjid. Rasulullah sering masuk ke dalam kebun tersebut dan minum dari air yang terdapat di dalam kebun tersebut yang jernih dan segar. Lalu ketika ayat 92 surah Ali-Imran diturunkan, sesunguhnya Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman : " Kalian sekali-kali tidak sampaii kepada kebajikan ( yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yan kamu cintai." Abu Thalhah berkata : "Harta saya yan paling saya cintai adalah Bairuha', sekarang saya sedekahkan hanya untuk Allah dan saya jadikan sebagai simpanan amal di sisi-Nya. Maka sesuai dengan apap yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada baginda.' Lalu Rasulullah bersabda : "Hebat, hebat dan baik sekali, itu adalah harta yang membawa keuntungan, itu adalah harta yang membawa keuntungan, aku telah mendengar apa yang kamu katakana dan aku melihat sebaiknya harta itu kamuu sedekahkan kepada para kerabatmu." Lalu Abu Thalhah berkata : " Saya akan melaksanakannya wahai Rasulullah." Lalu Abu Thalhah memebagikannya kepada para kerabatnya dan kepada putra-putra pamannya (sepupu)."
Dalam riwayat Muslim, mereka adalah Hasan bin Tsabit dan Ubay.
4) Ketika ayat 92 surah Ali-Imran turun Zaid bin HAritsah datang menemui Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam sambil membawa kudanya yang bernama Sabal yang merupakan harta miliknya yang paling ia cintai. Lalu ia berkata kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. "Kuda ini saya sedehkankan." Lalu Rasulullah pun menerimanya, lalu selanjutnya beliau menaikkan putra Zaid bin Haritsah yang bernaman Usamah k eats pungung kuda tersebut. (maksudnya kuda yang idisedehkan Zaid Bin Haritsah tersebut, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam berikan kepada putranya yang bernama Usamah). Melihat hal itu, zaid bin Haritsah merasa agak bersdih, lalu Rasulullah berkata kepadanya : " Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menerima sedekah itu darimu."
5) Di dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan: "Umar berkata kepada Rasulullah, " Sesungguhnya bagian milikku dari harta rampasan perang yang ada di Khaibar adalah harta milikku yang paling saya cintai, sungguh saya ingin menyedekahkannya." Lalu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepadanya : "Tahanlah harta pokoknya dan sedekahkanlah hasilnya di jalan Allah."
6) Ibnu Umar memerdekakan hamba sahayanya yang bernama NAfi' yang ia beli dari Abdullah bin Ja'far seharga seribu dinar. Shafiyyah bint Bi 'Ubaid berkata : "Saya melihat ia Ibnu Umar memahami firman Allah Subahanahhu wa Ta'ala yaitu ayat 92 surah Ali-Imran.
7) "Abd bin Humaid dan Al-Bazzar meriwayatkan Ibnu Umar, ia berkata :"Saya mendengar ayat ini ayat 92 surah Ali-Imran lalu saya mengingat-ingat harta yang telah dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada saya. Lalu saya tidak menemukan dari harta tersebut yang lebih cinta dan lebih berharga bagi saya dari pada Marjanah (sahaya perempuan Romawi ), lalu say berkata : " Saya memerdekakannya hanya karna Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seandainya saya boleh menarik kembali apa yang telah saya seekahkan hanya karena Allah, maka sungguh saya akan menikahi Marjanah. Lalu saya menikahkannya dengan Nafi' (sahaya Umar yang sanagt ia cintai)."
8) Diantara sahabat yang mendapat jaminan surga karena menginfak harta yang dicintainya di jalan Allah adalah
a) Utsman bin Affan beliau menginfakan sepertiga hartanya di jalan Allah, menyediakan keperluan pasukan 'Usrah (Jaisy Al-Usrah) pada perang Tabuk, membeli sumur Ar-Rum untuk kepentinagn kaum muslimin dari infak-infak lainya. Maka Rasulullah memberikan kabar gembira kepadanya dengan surga.
b) Abdurrahman bin"Aub menginfakan harta yang sangat banyak di jalan Allah, sampai Rasulullah Shalallhu 'Alihi wa Sallam memberikan kabar gembira dengan surga.
Keempat : Surga dan Perjuangan
1) Menginfakan harta yang dicintai memang sangat berat di rasakan oleh jiwa manusia. Tetapi itu adalah salah satu jalan menuju surga, dan surga sendiri tidak bisa didapat kecuali dengan perjuangan dan sabar dalam menghadapi ujian.
Di dalam hadits,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.” (HR. Muslim)
2) Infak kadang dilakukan dengan cara terang-terangan, tapi tidak jarang pula dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ - ٢٧٤
"Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (QS. Al-Baqarah [2] : 274)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
وَالَّذِيْنَ صَبَرُوا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً وَّيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِۙ - ٢٢
"Dan orang yang sabar karena mengharap keridaan Tuhannya, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang men-dapat tempat kesudahan (yang baik)," (QS. Ar-Ra'du [13] : 22)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman
وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً
"Dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan," (QS. Fathir [35] : 29)
Apa hubungan tiga ayat di aats dengan ayat 92 surah Ali-Imran yang dibahas ini? Hubungannya bahwa sesorang yang menginfakan hartanya baik secara sembunyi-bunyi maupun terang-terangan, sesungguhnya Allah pasti mengetahuinya dan akan memberikan pahalanya.
***
Jakarta, Rabu 23 Maret 2022
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »