Karya Tulis
324 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 118-120) Bab ke-171 8 Sifat Orang Kafir


8 Sifat Orang Kafir

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti." (QS. Ali-Imran [3] : 118)

 

Pertama : Larangan Berteman Dengan Orang Kafir

1)      Ayat ini menegaskan kembali tentang larangan untuk cenderung kepada orang-orang kafir, stelah sebelumnya terdapat ayat-ayat yang melarang orang-orang beriman untuk taat kepada Ahlul Kitab, tepat pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تُطِيْعُوْا فَرِيْقًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ يَرُدُّوْكُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ كٰفِرِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir setelah beriman." (QS. Ali-Imran [3] : 100)

2)      Al-Qhurtubi berkata, " Dalam ayat ini, Allah melarang orang-orang beriman untuk menjadikan orang-orang kafir, kaum Yahudi, dan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu sebagai teman-teman yang sangat akrab, dengan meminta saran dari mereka dan menyerahkan urusan orang-orang beriman kepada mereka."

3)      Orang-orang dahulu memberikan nasehat, " Setiap orang yang berbeda agama denganmu tidak layak bagimu untuk dijadikan teman dekat untuk mengobrol."

Salah seorang  penyair menulis

عن المرإ لا تسأل و سل عن قرينه

فكل قرين بالمقارن يقتدي

" Janganlah engkau tanya seseorang, tetapi bertanyalah kepada temannya.

Karena setiap teman akan mengikuti temannya. "

4)      Di dalam hadits Abu Hurairah Radiyallahu 'Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama seseorang tergantung dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian memerhatikan, siapa yang dia jadikan teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

 

Kedua : Arti "Bithanah"

1)      Kata (بَطَانَةً) asal dari (البَطْنُ) artinya batin lawan kata dari lahir. (al-bathna) sering juga diartikan perut, kaena dia berada di dalam, sedangkan (Azh-zhahru) sering diartikan punggung,karena dia yang Nampak dari luar.

Kemudian (بَطَانَةً) diartikan sebagai teman dekat seseorang yang diajdikan tempat curhatnya dan orang yang mengetahui rahasia-rahasianya.

2)      Di dalam hadits Abu Said al-khudri Radiyallahu 'Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,

مَابَعَثَ اللهُ مِنْ نَيِيٍ وَ لاَ اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيْفَةٍ إِلاَّ كاَنَتْ لَهُ  بِطَانَتَانِ : بِطَانَةٌ تَأْمُرهُ بِالْمَعْرُوْفِ وَ تَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَ بِطَانَةٌ تَأْمُرهُ بِالشَّرِّ وَ تَحُضُّهَ عَلَيْهِ وَ اْلَمَعْصُوْمُ مَنْ عَصَمَ الله

“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi dan mengangkat penggantinya dari seorang khalifah, melainkan baginya ada dua simpatisan; simpatisan yang memerintahkan kebaikan dan ia mendukung kebaikan tersebut dan adapula simpatisan yang memerintahkan keburukan dan ia mendukung keburukan tersebut. Sedangkan yang terjaga adalah orang yang dilindungi oleh Allah. ” (H.R. Bukhari dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah)

3)      Diriwayatkan bahwa Umar bin Al-Khaththab Radiyallahu 'Anhu, pernah dikatakan kepadanya , " Disini terdapat seorang pemuda (non muslim) dari Hirah yang cakap menghafal dan menulis , jika engkau berkenan menjadikannya sebagai sekretaris?" Umar menjawab, "Tidak karena jika demikian berate aku mengambil orang kepercayaan (Bithanah) dari kalangan non muslim."

4)      Suatu ketika Abu Musa Al-Asyari mengirim surat di dalamnya terdapat lapran keunagan yang sanga rapi sehingga Umar sangat kagum. Umar bertanya, " Dimana sekretarismu memebacakan laporan ini di depan penduduk?" Abu Musa menjawab, " Dia tidak bisa masuk masjid." Umar bertanya, " Kenapa, apakah dia sdang junub?" Abu Musa menjawab, "Tidak, tetapi dia beragama nasrani." Mendengar hal itu , Umar marah dan memerintahkan untuk memecat sekretaris dan mengantinya dengan sekretaris muslim.

Ketiga : 8 Sifat Orang Kafir

Dalam ayat ( 118-120 ) dari surat Ali-Imran, Allah menjelaskan 8 sifat orang- orang kafir yang dilarang untuk dijadikan pemimpin dan teman dekat. Keterangan dari 8 sifat itu, tersebut dibawah ini :

Sifat pertama : Memberikan Mudharat Kepada Kaum Muslimin

Firman-Nya,

لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًا

" Mereka tidak heni-hentinya (menimbulkan) kemadharatan bagi kalian."

Kata (خَبَالًا) artinya kerusakan, kemudharatan. Maksudnya bahwa orang-orang non muslim, mereka walaupun tidak memerangi kaum muslimin secara lahir tetapi secara terus –menerus dan tidak henti-hentinya ingin menimbulkan mudharat kepada kaum muslimin.

Sifat kedua : Mengharap Kehancuran Kaum Muslimin

Firman-Nya,

وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ

" Mereka mengharap kehancuran kalian."

Kata (عَنِتُّمْ) berasal dari kata (العَنَتُ) ysng artinya kesusahan, ini seperti dalam firman-Nya,

ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ الْعَنَتَ مِنْكُمْ

 "(Kebolehan menikahi hamba sahaya) itu, adalah bagi orang-orang yang takut terhadap kesulitan dalam menjaga diri (dari perbuatan zina)" (QS. An-Nisa' [4] : 25)

Juga seperti dalam firman-Nya,

عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ

"Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami" (QS. At-Taubah [9] : 128)

 

Sifat ketiga : Kebencian Nampak Dari Mulut Mereka

Firman-Nya,

قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ

"Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka"

1)      Maksudnya mereka terus terang menyatakan kebencian kepada kalian melalui mulut mereka. Disini Allah menyebut "اَفْوَاهِ" (mulut) dan tidak menyebut lisan untuk menunjukan bahwa mereka banyak bicara dan bohong.

2)      Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْ

"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut (ucapan) mereka…." (QS. At-Taubah [9] : 32)

Juga dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْۗ

"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka…." (QS. Ash-Shaff [61] : 8)

3)      Firman-Nya,

قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ

"Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti."

Terdapat dua pelajaran dari penutup ayat ini.

a)      Ayat-ayat Al-Quran menjadikan orang-oorang yang memebacanya untuk selalu berfikir. Tidak berlebihan jika dikatakan, bahwa membaca, menghafal dan mempelajari Al-Quran membuat seseorang bertambah cerdas.

Sangat tepat jika beberpa perguruan tinggi memberikan beasiswa dan masuk tanpa tes kepada calon mahasiswa yang telah mampu mengahafal Al-Quran secara mutqin.

b)      Ayat di atas mengajak orang-orang beriman untuk selalu waspada, berhati-hati dan awas serta berfikir dalam pergaulan setiap hari, terutama kepada orang-orang non muslim.

Sifat keempat : Tidak Mencintai Kaum Muslimin

هٰٓاَنْتُمْ اُولَاۤءِ تُحِبُّوْنَهُمْ وَلَا يُحِبُّوْنَكُمْ وَتُؤْمِنُوْنَ بِالْكِتٰبِ كُلِّه وَاِذَا لَقُوْكُمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّاۖ وَاِذَا خَلَوْا عَضُّوْا عَلَيْكُمُ الْاَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ ۗ قُلْ مُوْتُوْا بِغَيْظِكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ ١١٩

"Begitulah kamu. Kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaimu, dan kamu beriman pada semua kitab. Apabila mereka berjumpa denganmu, mereka berkata, “Kami beriman.” Apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena murka kepadamu. Katakanlah, “Matilah kamu karena kemurkaanmu itu!” Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (QS. Ali-Imran [3] : 119)

1)      Ayat ini menunjukan keheranan atau kecaman kepada orang-orang beriman yang mencintai orang-orang kafir, padahal mereka tidak mencintai orang-orang beriman.

2)      Ayat ini juga menunujukan larangan mencintai orang-orang kafir yang memusuhi Islam. Terdapat banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan larangan tersebut, diantaranya :

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ يُوَاۤدُّوْنَ مَنْ حَاۤدَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَه وَلَوْ كَانُوْٓا اٰبَاۤءَهُمْ اَوْ اَبْنَاۤءَهُمْ اَوْ اِخْوَانَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْاِيْمَانَ وَاَيَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِّنْهُ ۗوَيُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُۗ اُولٰۤىِٕكَ حِزْبُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ࣖ

"Engkau (Nabi Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun mereka itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau kerabatnya. Mereka itulah orang-orang yang telah Allah tetapkan keimanan di dalam hatinya dan menguatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya. Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Mujadilah [58] : 22)

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ

"Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal)." (QS. Al-Baqarah [2] : 165)

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِه وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِه فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِه وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ

"Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (QS. At-Taubah [9] : 24)

3)      Ayat di ats juga menunjukan bahwa orang-orang kafir tidak mencintai orang-orang beriman. Jika ada sebagian yang menampakan kecintaan mereka kepada orang-orang beriman, itu hanya manis di mulut, pada hakikatnya hati mereka membencinya.

 

Sifat kelima : Beriman Dengan Sebagian Kitab

Firman-Nya,

وَتُؤْمِنُوْنَ بِالْكِتٰبِ كُلِّه

"Dan kamu beriman pada semua kitab"

Padahal orang-orang kafir dari Ahlul Kitab haya beriman dengan sebagian kitab. Mereka hanya beriman dengan sebagian Nabi, seperti Nabi Musa dan Nabi Isa, tetapi mengingkari Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Sedang kalian beriman kepada seluruh NAbi dan Rasul. Dari sini anatara kedua kelompok tersebut tidak ada titik temu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا نُؤْمِنُ بِمَآ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُوْنَ بِمَا وَرَاۤءَهٗ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَهُمْ ۗ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُوْنَ اَنْۢبِيَاۤءَ اللّٰهِ مِنْ قَبْلُ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ٩١

"Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah pada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an),” mereka menjawab, “Kami beriman pada apa yang diturunkan kepada kami.” Mereka ingkar kepada apa yang setelahnya, padahal (Al-Qur’an) itu adalah kebenaran yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang mukmin?”" (QS. Al-Baqarah [2] : 91)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

اَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍۚ

 "Apakah kamu beriman pada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar pada sebagian (yang lain)?" (QS. Al-Baqarah [2] : 85)

 

Sifat keenam : Pura-Pura Beriman

Firman-Nya,

وَاِذَا لَقُوْكُمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّاۖ

"Apabila mereka berjumpa denganmu, mereka berkata, “Kami beriman.”"

1)      Kalimat di atas dijadikan dalil oleh sebagian Ulama' bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang-orang munafik. Karena kalimatnya mirip dengan firman Allah,

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا

"Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.”" (QS. Al-Baqarah [2] : 14)

2)      Akan tetapi ayat ini jugabisa berlaku untuk Ahlul Kitab, dalilnya adalah firman Allah,

وَقَالَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اٰمِنُوْا بِالَّذِيْٓ اُنْزِلَ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوْٓا اٰخِرَه لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَۚ

"Segolongan Ahlulkitab berkata (kepada sesamanya), “Berimanlah kamu pada apa yang diturunkan kepada orang-orang yang beriman pada awal siang dan ingkarlah pada akhir (siang) agar mereka kembali (pada kekufuran)." (QS. Ali-Imran [3] : 72)

 

Ayat 72 ini menujukan bahwa dari kalangan Ahlul –Kitab terdapat orang-orang yang berpura-pura "beriman" atau "masuk Islam" untuk sementara waktu dengan tujuan menipu orang-orang beriman.

 

Sifat ketujuh : Sangat Marah Kepada Kaum Muslimin

Firman-Nya,

وَاِذَا خَلَوْا عَضُّوْا عَلَيْكُمُ الْاَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ

"Apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena murka kepadamu."

1)      Kalimat "menggigit ujung jari" sebagai ungkapan rasa marah atau penyesalan yang begitu besar. Tetapi tidak mampu melampiaskannya.

2)      Firman-Nya,

قُلْ مُوْتُوْا بِغَيْظِكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ

"Katakanlah, “Matilah kamu karena kemurkaanmu itu!” Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati."

Ada yang bertanya, "  Kenapa meeka tidak mati?" jawabannya ada dua

a)      Kalimat di atas adalah do'a atas mereka. Artinya, "Wahai Muhammad berdo'alah, semoga Allah melanggengkan kemarahan mereka sampai bertemu ajalnya." Dari sini bisa disimpulkan kebolehan mendo'akan atas mereka dengan jenis do'a seperti di atas. Tetapi bukan dengan melaknat mereka.

b)      Kalimat di atas untuk memberitahukan bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Maka, kematian lebih baik daripada hidup tersiksa dengan tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

3)      Hal ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

مَنْ كَانَ يَظُنُّ اَنْ لَّنْ يَّنْصُرَهُ اللّٰهُ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ اِلَى السَّمَاۤءِ ثُمَّ لْيَقْطَعْ فَلْيَنْظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُه مَا يَغِيْظُ

"Siapa yang menyangka bahwa Allah tidak akan menolongnya (Nabi Muhammad) di dunia dan di akhirat hendaklah merentangkan tali ke langit-langit (rumahnya untuk mencekik lehernya), lalu memutuskan tali tersebut. Kemudian, hendaklah dia memperhatikan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan (hatinya)?" (QS. Al-Hajj [22] : 15)

Ayat dalam surah Al-Hajj di atas menunjukan bahwa orang kafir sakit hati dengan pertolongan Allah kepada Nabi Muhammad shalallahu 'Alaihi wa Sallam atau sakit hati dengan kemenangan Islam. Maka Allah menyindirnya dengan memerintahnya untuk gantung diri sampai mati. Kalau sudah mati apakah sakit hatinya sudah hilang?

4)      Dalam beberapa penelitian bahwa orang yang sering marah dan kecewa akan mengganggu kesehatannya dan menunujukan imunitas (kekebalan) tubuhnya, sehingga terserang penyakit.

Oleh karenanya, unutk menjaga ketenangan hati dan kesehatan badan. Allah memerintahkan orang-orang beriman untk selalu mengendalikan emosi dan menahan amarah serta mudah memberi maaf kepada orang lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

"(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali-Imran [3] : 134)

Begitu juga diperintahkan untuk banyak berdzikir dan mengingat Allah.

Allah berfirman,

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ ٢٨

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram." (QS. Ar-Ra'du [13] : 28)

 

Sifat Kedelapan : Senang Dengan Musibah Yang Menimpa Kaum Muslimin.

 

اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۖ وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔا ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ ࣖ

"Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati. Adapun jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tidaklah tipu daya mereka akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi segala yang mereka kerjakan." (QS. Ali-Imran [3] : 120)

1)      Ini adalah sifat kedelapan orang-orang kafir yang dilarang unutk dijadikan teman dekat, yaitu mereka sedih ketika kaum muslimin mendapatkan kebaiakn dan kemenangan. Tetapi jika kaum muslimin ditimpa kejelakan dan musibah, mereka sangat senang dan gembira.

Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

اِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۚ وَاِنْ تُصِبْكَ مُصِيْبَةٌ يَّقُوْلُوْا قَدْ اَخَذْنَآ اَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَّهُمْ فَرِحُوْنَ

"Jika engkau (Nabi Muhammad) mendapat kebaikan (maka) itu menyakitkan mereka. Akan tetapi, jika engkau ditimpa bencana, mereka berkata, “Sungguh, sejak semula kami telah berhati-hati (dengan tidak pergi berperang)” dan mereka berpaling dengan (perasaan) gembira." (QS. At-Taubah [9] : 50)

2)      Firman-Nya,

وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔا ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ

"Jika kamu bersabar dan bertakwa, tidaklah tipu daya mereka akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi segala yang mereka kerjakan."

Untuk menangkal dan menghadapi makar dan rencana orang-orang kafir yang ingin memberikan mudharat dan mencelakakan kaum muslimin, Allah memberikan dua acara :

a)      Bersabar atas perilaku dan perbuatan mereka, ini sesuai dengan nasehat Nabi Musa kepada kaumnya ketika menghadapi kekjaman Fir'aun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهِ اسْتَعِيْنُوْا بِاللّٰهِ وَاصْبِرُوْاۚ

"Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah…." (QS. Al-A'raf [7] : 128)

b)      Bertaqwa kepada Allah dengan memperbanyak dzikir, tasbih, shalat, dan Al-isti'anah (memohon bantuan kepada-Nya).

Dua cara (jalan) yang Allah sampaikan dalam ayat ini seperti yang terdapat di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ ١٨٦

"Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. Kamu pun pasti akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan." (QS. Ali-Imran [3] : 186)

3)      Selain itu, Rasulullah shalallahu 'Alaihi wa Sallam, menganjurkan untuk berdo'a agar terhindar dari makan musuh.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، يَتَعَوَّذُ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Bahwasanya Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung  kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya takdir dan senangnya musuh (karena musibah yang menimpa umat Islam).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

***

  Jakarta, Senin 28 Maret 2022

 

 

KARYA TULIS