Tafsir An-Najah (QS.3: 124-129) Bab ke-173 Bantuan Malaikat
Bantuan Malaikat
اِذْ تَقُوْلُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ اَلَنْ يَّكْفِيَكُمْ اَنْ يُّمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلٰثَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُنْزَلِيْنَۗ
"(Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) mengatakan kepada orang-orang mukmin, ‘Apakah tidak cukup bagimu bahwa Tuhanmu membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?’" (QS. Ali-Imran [3] : 124)
Pertama : Jumlah Malaikat
1) Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai ayat di atas, apakah pada peristiwa perang Badar atau perang Uhud?
Pendapat pertama: bahwa perkataan Rasulullah ini terjadi pada peristiwa perang badar. Diriwayatkan bahwa kaum muslimin memperoleh berita pada peristiwa perang Badar bahwa Kurz bin Jabir membantu orang-orang musyrik. Hal itu membuat kaum muslimin semakin berat. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Ali-Imran : 124) unutk menghibur dan menguatkan jiwa kaum muslimin. Kemudian sampailah kepada Kurz tentang kekalahan kaum musyrikin, maka Kurz pun tidak jadi membantu mereka dan Allah pun tidak perlu membantu dengan lima ribu malaikat dan sebelumnya pasukan Islam telah dibantu dengan seribu malaikat.
Pendapat kedua : bahwa perkataan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam ini terjadi pada peristiwa Perang Uhud. Hanyya saja bala bantuan ini tidak sampai lima ribu, karena pada peristiwa itu kaummuslimin melarikan diri. Bahkan tidak juga tiga ribu malaikat, bahkan sebagian ulama mengatkan tidak satupun malaikat yang membantu.
2) Berapa jumlah malaikat yang membantu kaum muslimin ?
Rabi' bin Anas berkata, " Allah membantu kaum muslimin dengan seribu pasukan, kemudian menjadi tiga ribu, hingga akhirnya menjadi lima ribu pasukan malaikat."
3) Bagaimana dengan firman Allah yang menyatakan bahwa malaikat yang memebantu kaum muslimn berjumlah seribu malaikat.
Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala,
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ
"(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu Dia mengabulkan(-nya) bagimu (seraya berfirman), “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu berupa seribu malaikat yang datang berturut-turut.”" (QS. Al-Anfal [8] : 9)
Jawabannya adalah bahwa pernyataan jumlah seribu malaikat itu tidak menafikan jumlah tiga ribu atau lima ribu malaikat. Hal itu karena firman-Nya, ( مُرْدِفِيْنَ ) "yang datang berturut –turut" artinya seribu malaikat tersebut diikuti malaikat lainnya yang berjumlah ribuan malaikat.
4) Kesimpulannya : bahwa firman Allah dalam (QS. Al-Anfal :9 ) yang menyatakan jumlah malaikat yang turun adalah seribu, tidaklah bertentangan dengan firman Allah dalam (QS. Ali-Imran : 124 dan 125) yang menyatkan bahwa jumlah malaikat yang turun adalah tiga ribu dan lima ribu malaikat.
Kedua : Sabar dan Teguh
بَلٰٓى ۙاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا وَيَأْتُوْكُمْ مِّنْ فَوْرِهِمْ هٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُسَوِّمِيْنَ
"“Ya (cukup).” Jika kamu bersabar dan bertakwa, lalu mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." (QS. Ali-Imran [3] : 125)
1) Ayat di atas menerangkan bahwa jika pasukan Islam bersabar dan bertaqwa kepada Allah, ketika musuh menyerang dari arah depan secara tiba-tiba maka Allah akan membantu mereka dengan lima ribu malaikat.
2) Firman-Nya,
وَيَأْتُوْكُمْ مِّنْ فَوْرِهِمْ
"lalu mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba," artinya ketika itu pasukan musuh (orang-orang musyrik) langsung datang menyerang kalian dari arah depann dalam keadaan marah dan dendam.
3) Firman-Nya
يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُسَوِّمِيْنَ
"Niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." Artinya maka Allah akan membantu kalian dengan lima ribu malaikat yang membawa tanda.
a) Kata ( مُسَوِّمِيْنَ ) artinya membawa tanda. Ini seperti kata ( اسْمٌ ) yang artinya nama. Nama adalah tanda dan ciri seseorang yang membedakan dengan yang lain. Begitulah juga dalam firman Allah,
سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ
"Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya)." (QS. Al-Fath [48] : 29)
b) Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman
وَلَوْ نَشَاۤءُ لَاَرَيْنٰكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيْمٰهُمْ
"Seandainya Kami berkehendak, niscaya Kami menunjukkan mereka kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau benar-benar dapat mengenali mereka melalui tanda-tandanya…." (QS. Muhammad [47] : 30)
c) Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْمُتَوَسِّمِيْنَۙ ٧٥
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan (dengan saksama) tanda-tanda (itu)." (QS. Al-Hijr [15] : 75)
4) Para ulama berbeda pendapat tentang tanda yang dikenakan oleh malaikat pada perang badar.
a) Surban putih pada pundak mereka
b) Kain dari bulu berwarna putih pada jambul dan ekor kuda-kuda mereka.
c) Kuda mereka berwarna putih dan hitam.
d) Surban berwarna hitam.
e) Khusus malaikat Jibril menggunakan surban kuning seperti yang dipakai oleh Zubair bin Al-Awwam.
5) Dari keterangan di atas, dalam setiap peperangan dianjurkan bagi pasukann Islam untuk menggunakan tanda pengenal, sebagaimana malaikat menggunakan tanda pengenal. Tanda pengenal ini juga berfungsi membedakan pasukan Islam dengan pasukan musuh.
Ketiga : 6 Hikmah Pertolongan Allah
وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشْرٰى لَكُمْ وَلِتَطْمَىِٕنَّ قُلُوْبُكُمْ بِه ۗ وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِۙ ١٢٦
"Allah tidak menjadikannya (pertolongan itu) kecuali hanya sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)-mu dan agar hatimu tenang karenanya. Tidak ada kemenangan selain dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. Ali-Imran [3] : 126)
Ayat ini menjelaskan tujuan Allah memberikan pertolongan kepada pasukan Islam dengan menurunkan para malaikat, yaitu
1) Sebagai kabar gembira
بُشْرٰى لَكُمْ) ) "Sebagai kabar gembira bagi kalian" kabar gembira dalam peperangan sangat penting untuk meningkatkan semangat dan menguatkan kejiwaan pasukan. Khususnya jika pasukan musuh yang dihadapi jauh lebih besar jumlahnya. Tidak sedikit pasukan perang yang banyak jumlah personilnya dan lengkap peralatan perangnya mengalami kekalahan telak ketika melawan pasukan yang leibih sedikit jumlah personilnya dan lebih sederhana perlatan perangnya, hanya karena kelemahan mentaln pasukannya dan runtuhnya kejiwaan mereka. Salah satunya karena takut mati dan terlalu cinta pada dunia.
2) Agar hati tenang
( وَلِتَطْمَىِٕنَّ قُلُوْبُكُمْ بِه ) " Dan agar hati kalian tenang karenanya "
Ketenangan hati sangat berpengaruh pada kekuatan seorang prajurit dan ketepatan pukulannya, sedang seorang pemanah yang hatinya gelisah dan tidak fokus, maka anak panahnya akan meleset dan tidak mengenai sasaran begitu juga prajurit yang memebawa pedang, jika hatinya tidak tenang maka ayunan pedangnya tidak akan mengenai sasaran.
3) Kemenangan hanya dari Allah
وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِۙ
" Tidak ada kemenangan selain dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
a) Pasukan Islam harus meyakini bahwa kemenangan yang diraih dalam Perang Badar karena semat-mata bantuan Allah, bukan karena turunnya malaikat dan bukan keahlian strategi seorang komandan, serta bukan pula karena keberanian dan kehebatan prajurit-prajuritnya. Tetapi semata-mata bantian dari Allah saja.
b) Begitu juga yang akan terjadi dalam Perang Uhud. Jika umat Islam mendapatkan kemenangna itu semata-mata karena bantuan Allah. Tetapi jika mengalami kekalahan hal itu semata-mata karena maksiat dan dosa-dosa sebagian angota pasukan.
c) Ayat yang saam disebutkan Allah didalam surah Al-Anfal, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشْرٰى وَلِتَطْمَىِٕنَّ بِه قُلُوْبُكُمْۗ وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ࣖ
"Allah tidak menjadikannya (bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS. Al-Anfal [8] : 10 )
Dua ayat diatas, yaitu suarah Al-Anfal : 10 dan Surah Ali-Imran : 126, secara sekilas isinya sama, tetapi jika diteliti lebih mendalam terdapat bebrapa perbedaan redaksi, diantaranya :
- Didalam QS. Al-Anfal : 10 disebut kata ( بُشْرٰى ) tanpa menyebut ( لكم ) sedangkan didalam QS. Ali-Imran : 126 disebutkan kata ( لكم ).
Hikmahnya bahwa dalam Perang Badar (QS. Al-Anfal : 10) kemenangan pasukan Islam merupakan berita gembira unutk semuanya kaum muslimin dan terbukti kemenangannya. Sedangkan didalam ( QS. Ali-Imran : 126 ) disebutkan ( لكم ) karena berita gembira ditujukan kepada pasukan Islam pada Perang Uhud, yanag kemudian malaikat tidak turun karena pasukan Islam tidak sabar dan bertaqwa, sehingga kemenanganpun menjadi tertunda dan berubah menjadi kekalahan.
- Di dalam (QS. Al-Anfal [8] : 10 ) pada Perang Badar, pasukan Islam belum pernah mempunyai pengalaman turunnya malaikat dan kemenangan dalam perang besar. Maka ( به ) didahulukan sebelum ( قُلُوْبُكُمْ ) agar hati mereka tentram dengan mendengar turunnya malaikat. Begitu juga perlu ada penegasan dengan ( إٍنَّ ) supaya tidak ada keraguan pada diri pasukan Islam akan pertolongan Allah.
Berbeda redaksi ( QS. Ali-Imran [3] : 126) ( به ) nya diakhirkan setelah قُلُوْبُكُمْ ) ) dan juga tidak ada penegasan dengan ( إنّ ), karena sebelumnya sudah mempunyai pengalaman turunnya malaikat pada Perang Badar dan pertolongan Allah.
d) Dengan mengetahui perbedaan dua ayat tersebut, seorang penghafal Al-Quran tidak akan salah di dalam menghafal dua ayat yang mirip tersebut. Sekaligus bisa merenungi dan mentadaburi makna keduanya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوْا خَاۤىِٕبِيْنَ ١٢٧
" (Hal itu dilakukan) untuk membinasakan segolongan orang yang kufur atau untuk menjadikan mereka hina sehingga mereka kembali tanpa memperoleh apa pun." (QS. Ali-imran [3] : 127)
Ayat ini lanjutan dari sebelumnya tentang Allah memberikan kemenangan umat Islam dalam perang Badar.
4) Membinasakan Orang Kafir
لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا
Kata ( لِيَقْطَعَ ) artinya memotong, sedangkan kata ( طَرَفًا )artinya ujung. Jadi yang dipotong adalah ujung orang-orang kafir, tidak semua orang kafir. Maksud di dalam Perang BAdar yang terbunuh adalah petinggi-petinggi orang-orang kafir, seperti Abu Jahal, Utbah bin Nabi'ah dan Umayah bin Khalaf. Serta 70 orang lainnya yang tewas. Sedangkan 70 orang tertawan.
5) Menghinakan Orang Kafir
أوْ يَكْبِتَهُمْ " Atau menjadi mereka terhina ", kata ( يَكْبِتَهُمْ ) artinya menghinakan dan menjadikan mereka sedih. Ada yang mengatakan kata ( كبت ) asalnya (كبد ) huruf ( د ) diganti ( ت ). Kata ( كبد ) artinya hati, yaitu membuat hatinya sakit, sedih dan marah.
Salah satu bentuk kehinaan mereka adalah tertawanya prajurit mereka dengan jumlah 70 tawanan. Dan menjadikan orang kafir pulang tanpa memperoleh apa-apa.
فَيَنْقَلِبُوْا خَاۤىِٕبِيْنَ
"Sehingga mereka kembali tanpa memperoleh apa pun."
Dalam Perang Badar, mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, baik berupa kemenagan ataupun hata rampasan perang, justru yang mereka dapatkan adalah kekalahan dan kehinaan. Dalam Perang Uhud pun sebenarnya orang-orang kafir tidak mendaptkan kemenangan mutlak, karena pasukan Islam masih ada, walaupun banyak yang syahid. Karena sebelumnya pasukan Islam menglahkan pasukan kafir. Jadi Perang Uhud hasilnya seimbang. Bahkan tujuan utama pasukan kafir untuk memadamkan Islam belum berhasil.
Keempat : Hidayah di Tangan Allah
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ
"Hal itu sama sekali bukan menjadi urusanmu (Nabi Muhammad), apakah Allah menerima tobat mereka atau mengazabnya karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim." (QS. Ali-Imran [3] : 128)
Sebab turunnya ayat :
1) Dari Ibnu Abbas Radiyallahu 'Anhu bahwa Perang Uhud, gigi depan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam mengalami keretakan. Kepala beliau yang mulia terluka sampai darahnya menetes di wajah beliau. Lalu beliau berkata : " Bagaimana akan selamat suatu kaum yang berani melakukan hal ini terhadap nabi mereka, padahal ia mengajak mereka kepada Tuhan mereka." Lalu turunlah ayat ini ( HR. Muslim)
2) Dari Ibnu Umar ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : "Ya Allah, Alknatilah si fulan, ya Allah laknatilah Harits bin Hisyam, ya Allah laknatilah Suhail bin Amr, ya Allah laknatilah Shafwan bin Umayyah." Lalu Allah menurunkan ayat ini, kemudian setelah itu taubat mereka diterima oleh Allah Subahanhu wa Ta'ala. (HR. Al-Bukhari)
3) Surah Ali-Imran ayat 128 di atas mempunyai dua sebab tuurunnya ayat, semuanya adalah hadits shahih. Bagaimana cara menggabungkan kedua riwayat tersebut ?
Al-Hafiz ibnu hajar berkata : " cara menyingkronkan kedua hadits ini adalah bahwa setelah apa yang Rasulullah alamai pada Perang Uhud, maka di dalam shalat, beliau mendoakan keburukan atas orang-orang yang tersebutkan di dalam hadits di atas. Lalu turunlah ayat ini berkaitan dengan dua hal yang dijelaskan oleh kedua hadits di atas, yaitu luka yang dialamai Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam pada Perang Uhud da do'a beliau unutk keburukan atas mereka.
4) Ayat di atas menjelaskan bahwa kewajiban seorang Rasul adalah berdakwah dan menyampaikan risalah. Adapun hidayah mutlak di tangan Allah. Seorang rasul juga tidak boleh mendoakan buruk kepada orang yang menyakitinya secara fisik maupun non fisik dan juga kepada orang yang belum mau menerima dakwahnya. Karena barangkali orang-orang yang menyakitinya atau belum mau menerima dakwahnya, di masa mendatang bisa berubah pkirannya atau bertaubat, sehingga memmluk Islam.
Inilah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid, Abu Sufyan, Harits bin Hisyam, Suhail bin Amr dan Shafwan bin Umayah serta Ikrmah bin Abu Jahal. Maka dahulu sangat kuat permusuhan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan merekalah yang menyerang pasukan Islam dalam Perang Uhud, terutama Khalid bin walid sehingga pasukan Islam mengalami kekalahan.
5) Setelah turun ayat ini, Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tidak pernah lagi mengutuk seseorang dan tidak lagi mendoakan keburukan orang lain.
Suatu ketika para sahabat meminta beliau mendoakan keburukan orang-orang yang berbuat jahat kepada umat Islam, beliau menjawab :
قَالَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً (رواه مسلم)
"Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus untuk menjadi rahmat.”" (H.R. Muslim)
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Milik Allahlah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali-Imran [3] : 129)
- Ayat ini dijadikan penutup dalam pembicaran perang Badar dan perang Uhud bagian pertama. Di dalamnya terdapat penjelasan sekaligus pemberitahuan kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dan kepada umat Islam secara keseluruhan. Bahwa segala urusan semuanya di tangan Allah dan semua yang ada di langit dan bumi adalah milik-Nya, termasuk orang-orang kafir yang menentang dakwah Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam.
- Allah lah yang mempunyai kekuasaan mutlak ats semua makhluk-Nya. Dia akan mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya, termasuk pemimpin-pemimpin kafir yang menyerang umat Islam dalm perang Uhud. Sebagian mereka pada akhirnya bertaubat dan memluk Islam, bahkan keislaman mereka menajdi baik. Mereka menajdi pembela-pembela Islam terbaik, seperti Khalid bin Walid dan beberapa sahabat lainnya.
Begitu juga Allah berkuasa unutk menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, termasuk di dalamnya musuh-musuh Islam yang terbunuh di dalam perang Badar dan perang Uhud, seperti Abu Jahal, Umayah bin Khalab, Utbah bin Nabi'ah dan lainnya.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah menutup ayat ini dengan kedua Nama-Nya tersebut untuk mendorong agar siapa yang dianiaya atau menjadi korban kejahatan orang-orang kafir agar memberikan maaf juga, jika mereka sudah bertaubat dan masuk Islam.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »