Karya Tulis
492 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 130-133) Bab ke-174 Meninggalkan Harta Haram.

 

Meninggalkan Harta Haram.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 “ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali-Imran [3]: 130)

 

Pertama : Harta Haram Penyebab Kekalahan.

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya terdapat larangan untuk menjadikan orang-orang non muslim termasuk Yahudi sebagai teman dekat atau pemimpin dimana mereka mengetahui tentang rahasia-rahasia kaum muslimin. Maka ada ayat ini Allah melarang kaum muslimin untuk mengikuti jejak orang-orang Yahudi yang memakan dan melakukan transaksi riba.

2)      Ada ayat-ayat sebelumnya, dijelaskan tentang peristiwa Perang Badar dan Perang Uhud, dimana orang-orang musyrk mengerahkan kekuatan militer mereka untuk menyerang dan menghancurkan pasukan Islam. Kekuatan militer mereka dibangun dengan harta yang bersumber dari riba. Oleh karenanya pada ayat ini, Allah melarang orang-orang beriman mengikuti jejak mereka, yaitu melarang untuk makan dan melakukan transaksi riba.

3)      Meninggalkan riba adalah salah satu faktor kemenangan umat Islam dalam setiap peperangan melawan orang-orang kafir. Sebaliknya memakna riba menyebabkan kekalahan dalam setiap perang.

 

Di dalam hadist disebutkan,

 

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

 

“Jika kalian bertransaksi dengan jual beli (al-Inah), rela dengan pertanian, sibuk dengan peternakan, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimoakan pada kalian kehinaan, dan Allah tidak mencabutnya sampai kalian kembali kepada ajaran agama kalian”

 

4)      Salah satu faktor utama kekalahan pasukan Islam dalam Perang Uhud, adalah karena pasukan panah tergiur dengan ghanimah (harta rampasan perang), padahal Rasulullah telah melarang mereka untuk turun meninggalkan posisi mereka. Turunnya pasukan panah ke bawah untk mengumpulkan harta rampasan perang mirip dengan orang yang memakan riba, karena dia mengejar kekayaan dengan cara melanggar larangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

 

Kedua : Riba yang Berlipat Ganda.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً َ

      “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda.”

1)      Arti riba secara bahasa dan istilah telah dijelaskan pada ayat  275 dari surah Al-Baqarah silahkan dirujuk kembali.

2)      Adaun kalimat ( اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً) artinya berlipat ganda. Riba yang berlipat ganda adalah riba yang dilakukan oleh orang-orang Arab Jahiliyah, yaitu ketika seseorang meminjam uang kepada orang lain , dan pada waktu pembayaran sudah jatuh tempo, orang yang mempunyai piutang (yang diutangi) berkata kepada yang berutang, “ Kamu hanya punya dua pilihan membayar utang sekarang atau menambah jumlah harta yang harus kamu bayarkan (menambah bunga).” Jika dia tidak bisa membayar, maka dia akan menambah jumlah harta yang harus dibayar. Begitulah setiap jatuh tempo, sehingga harta yang dipinjam mulanya hanya sedikit, bisa berubah menjadi banyak dan berlipat ganda.

3)      Riba yang “berlipat ganda” bukanlah syarat dari laranan ini. Dan bukan berarti jika ribanya dengan bunga sedikit atau ringan, dibolehkan. “Berlipat ganda” dalam larangan ini sekedar menggambarkan kenyataan yang terjadi pada zaman jahiliyah. Intinya tambahan apapun dalam transaksi riba , bik sedikit maupun banyak hukumnya haram. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَاِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوْسُ اَمْوَالِكُمْۚ

 

“Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu..”

  (QS. Al-Baqarah [2]:279)

 

4)      Firman-Nya,

وَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ

“dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

 

a)      Perintah bertaqwa pada ayat ini untuk penegasan terhadap larangan memakan riba.

 

b)      Ayat ini juga menunjukkan bahwa taqwa tidak terbatas pada ibadah mahdha seperti shalat, puasa, dzikir, membaca al-Qur’an dan semisalnya. Tetapi taqwa mencakup bidang muamalat juga, seperti jujur dalam jual-beli dan meninggalkan transaksi ribawi.

c)      Jika seorang muslim meninggalkan transaksi ribawi dalam jual-beli, maka orang tersebut akan mendapatkan keberuntungn dunia berupa dilipatgandakan keuntungan jual-belinya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diberkahi harta dan keluarganya. Sedangkan keberuntungan akhirat berupa dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan dalam surga-Nya.

 

 

Ketiga : Berlindung dari Neraka.

 

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْٓ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ ۚ

 

      “Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan bagi orang kafir.”

(QS. Ali-Imran [3]: 131)

 

1)      Ayat ini sebagai penegasan tentang larangan riba, karena akan menyebabkan pelakunya masuk ke dalam neraka.

 

Imam Abu Hanifah berkata, “Ayat ini merupakan ayat al-Qur’an yang paling menakutkan, karena Allah mengancam orang-orang beriman dengan siksa neraka yang sebenarnya disediakan untuk orang-orang kafir.”

 

2)      Berkata Al-Qurthubi. “ Berkata mayoritas ulama tafsir, ‘ ancaman ini untuk orang-orang yang menghalalkan riba, karena barang siapa yang menghalalkan riba , dia telah kafir dan dikafirkan.’”

 

3)      Berkata Abu Bakar al-Qarraq, “ kami memilih dosa-dosa yang bisa mencabut keimanan dari diri seseorang. Dan kami tidak mendapatkan dosa yang aling ceat mencabut keimanan dari seseorang daripada dosa perbuatan zalim (menzalimi orang lain).”

 

Pemakan riba adalah salah satu perbuatan yang sangat menzalimi orang lain . orang-orang sekarang menyebutnya sebagai “lintah darat.”

 

4)      Ayat di atas menunjukkan bahwa mereka sudah ada sekarang, karena Allah telah menyediakannya untuk orang-orang kafir , sesuatu yang tersedia dan disediakan itu berarti wujudnya sudah ada.

 

Keempat : Taat Kepada Allah dan Rasul-Nya.

 

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَۚ

    “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.”

(QS.Ali-Imran [3]: 132)

 

1)      Ayat ini merupakan penegasan ketiga kalinya tentang larangan memakan riba dengan cara menaati Allah dan Rasul-Nya, maka Dia akan menurunkan rahmat dan kasih sayang-Nya di dunia dan akhirat.

 

2)      Rahmat Allah di dunia berupa bantuan dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan memudahkan segala urusannya dan memberikan solusi di dalam setiap problematika hidunya serta memberikan ketenangan di dalam jiwanya. Sedang rahmat Allah di akhirat, berupa surga-Nya yang luas seluas langit dan bumi.

 

 

Kelima : Menggapai Ampunan.

 

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

 

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali-Imran [3]: 133)

  1. 1)     Setelah menjelaskan keharaman riba. Pada ayat-ayat sebelumnya, pada ayat ini Allah memeritahkan orang-orang beriman untuk bersegera meraih ampunan Allah dan Surga-Nya. Ayat   sekaligus sebagai penegasan keempat kalinya tentang larangan riba dan bahwa memakan riba adalah dosa besar dimana pelakunya wajib bertaubat dan meminta ampun kepada Allah.

 

2)     Ayat-ayat yang serupa dengan ayat ini, diantaranya,

 

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

 

“Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”  (QS. Al-Hadid [57] : 21)

 

b)     Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ

 

“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,” (QS. Al-Maidah [5]: 48)

 

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu..” (

QS. Al-Baqarah [2]: 148)

 

3)     Dalam ayat ampunan Allah didahulukan penyebutannya sebelum surge, karena syarat seseorang masuk surga mendapat ampunan dari segala dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar.

Oleh karenanya, kita dapatkan doa-doa dalam al-Qur’an dan sunnah selalu didahului memohon amunan sebelum memohon Rahmat Allah, diantaranya adalah,

a)      Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala,

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

“Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf [7]:23)

b)     Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala,

قَالَ رَبِّ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِيْ بِهٖ عِلْمٌ ۗوَاِلَّا تَغْفِرْ لِيْ وَتَرْحَمْنِيْٓ اَكُنْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ

“Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang rugi.” (QS. Hud [11]: 47)

c)      Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala,

وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰحِمِيْنَ

“Dan katakanlah (Muhammad), “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik.”  (QS. Al-Mukminun [23]: 118)

 

 

4)     Firman-Nya,

وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ

  “dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”

Ayat di atas menunjukkan bahwa luas surga adalah seluas langit dan bumi.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya, bahwa Heraklius menulis surat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

   “Sesungguhnya kamu mengajak kepada yang luasnya seperti luas langit dan bumi. Lalu kalau begitu dimanakah neraka berada?” Rasulullah  menjawab, ‘Subhanallahu, lalu dimanakah malam, jika siang datang?.’”

 

5)      Firman-Nya,

اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنۙ

 

“yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.”

a)      Ayat di atas menunjukkan bahwa surga sudah tercipta dan sudah ada. Karena allah telah menyediakan untuk orang-orang yang bertaqwa sesuatu yang tersedia dan disediakan itu berarti wujudnya sudah ada.

b)      Ayat di atas juga menunjukkan bahwa orang-orang bertaqwa dijanjikan Allah bahwa mereka akan menjadi penghuni surga.

 

 

****

 

Jakarta, Rabu 30 Maret 2022.

 

KARYA TULIS