Karya Tulis
592 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3:152) Bab ke-182 Memetik Buah Sebelum Matang


 

Memetik Buah Sebelum Matang

 

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّٰهُ وَعْدَهٗٓ اِذْ تَحُسُّوْنَهُمْ بِاِذْنِهٖ ۚ حَتّٰى اِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِى الْاَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَآ اَرٰىكُمْ مَّا تُحِبُّوْنَ ۗ مِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الْاٰخِرَةَ ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۚ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah Rasul setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu, tetapi Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin.”

(QS. Ali-Imran [3]: 152)

Pertama : Allah Memenuhi Janji-Nya.

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan bahwa Allah sebagai pelindung yang akan menolong kaum muslimin. Pada ayat ini Allah kembali menegaskan bahwa Dia telah menolong kaum muslimin pada awal-awal Perang Uhud ketika kaum muslimin bbisa membunuh pemegang panji bendera pasukan musuh dan tujuh orang lainnya. Allah memberikan pertolongan ini karena kaum muslimin masih mengikuti dan mentaati Rasulullah, bersabar dalam mengahadapi musuh, serta tidak tergoda dengan dunia dan ghanimah.

2)      Membunuh dengan izin-Nya,

اِذْ تَحُسُّوْنَهُمْ بِاِذْنِهٖ ۚ

“ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya”

 

a)      Kata (الحس)  artinya menghabisinya dengan cara membunuhnya. Atau menghilangkan daya rasa dengan cara membunuhnya.

b)      Kata (بِاِذْنِه) artinya dengan izin-Nya menunjukkan bahwa keberhasilan kaum muslimin membunuh pembawa panji dan tujuh orang lainnya di awal-awal Perang Uhud  itu atas kehendak Allah, bukan karena kehebatan tentara pasukan Islam.

 

Kedua : Memetik Buah Sebelum Matang.

1)      Akan tetapi ketika kaum muslimin mulai tergoda dengan harta rampasan perang atau ghanimah dan berselisih diantara mereka serta tidak sabar dengan meninggalkan posisi yang ditetapkan Rasulullah, maka Allah mengundurkan kemenangan kaum muslimin yang sebenarnya sudah di depan mata.

2)      Mereka tergesa-gesa untuk memetk hasil peperangan Uhud padahal waktunya belum tiba, maka Allah menghukumnya dengan hilangnya kemenangan ersebut. Di dalam kaidah fikih disebutkan,

مَنِ اسْتَعْجَلَ شَيْئًا قَبْلَ أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ

“Barangsiapa yang tergesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu sebelum waktunya, maka dia akan diberi sanksi dengan tidak mendapatkan sesuatu yang dikejarnya.”

a)      Para Ulama menentukan kaidah fikih tersebut dengan ahli waris yang membunuh bapaknya, karena tergesa-gesa untuk mendapatkan warisan padahal waktuny belum tiba. Jika ia melakuan itu, maka dituntut dengan tidak mendapatkan warisan tersebut.

b)      Penerapan kaidah tersebut pada Perang Uhud bahwa sebagian kaum muslimin tergesa-gesa untuk mendapatkan kemenangan dan harta rampasan perang, padahal belum tiba saatnya. Maka Allah hukum mereka dengan hilangnya kemenangan dan harta rampasan perang.

 

Ketiga : Perselisihan Membuat Lemah.

حَتّٰى اِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِى الْاَمْرِ وَعَصَيْتُمْ

“sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah Rasul”

1)      Kata (فَشِلْتُمْ) artinya kalian takut dan menjadi lemah.

2)      Kata (تَنَازَعْتُمْ) artinya kalian berselisih, yaitu berselisih untuk tetap pada posisi yang telah dietapkan Rasulullah atau meninggalkannya. Atau bisa diartikan berselisih untuk berebut harta rampasan perang.

3)      Kata (وَعَصَيْتُمْ) artinya kalian berbuat maksiat dengan meninggalkan posisi di atas bukit sebagi penjaga pasukan islam, padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang untuk meninggalkannya.

4)      Sebagian ulama mengatakan bahwa dalam ayat ini terjadi taqdiru wa ta’khir, ( kata-kata yang dimajukan dan diakhirkan) mestinya urutannya sebagai berikut,

a)      Kalian berselisih (وَعَصَيْتُمْ)

b)      Kalian bermaksiat (تَنَازَعْتُمْ).

c)      Kalian takut dan lemah (فَشِلْتُمْ).

Pertama kalian berselisih tentang posisi yang telah ditetapkan Rasulullah. Hal itu menyebabkan kalian bermaksiat dengan meninggalkan posisi tersebut. Hal itu menyebabkan kalian menjadi takut dan lemah.

5)      Perselisihan membuat lemah, disebutkan juga di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ

“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.” (QS. Al-Anfal [8]: 46)

 

Keempat : Harta yang Menggelincirkan.

مِّنْۢ بَعْدِ مَآ اَرٰىكُمْ مَّا تُحِبُّوْنَ ۗ

“setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai.”

1)      Penyebab kaum muslimin berselisih dan bermaksiat pada Perang Uhud karena Allah memperlihatkan kepada mereka sesuatu yang mereka sukai. Yaitu kemenangan kaum muslimin dan kekacauan pasukan musuh serta terbunuhnya sebagian dari mereka.

2)      Kemenangan kaum muslimin dimulai dari terbunuhna pembawa panji pasukan musuh dan tujuh lainnya. Melihat hal itu pasukan Islam menyebar menjadi kelompok-kelompok dan bisa memukul mundur pasukan musuh. Melihat kekalahan pasukannya, mulailah pasukan kuda kaum musyrikin menyerang pasukan Islam tiga kali seranagn. Setiap mereka menyerang selalu di hadang oleh hujan anak panah dari atas bukit, mereka mundur lagi. Kemudian pasukan Islam balik menyerang mereka dan bisa membunuh sebagian mereka.

3)      Ketika asukan anah melihat kemenngan yang diraih teman-teman mereka, sebagian dari mereka berkata, “ Kenapa kita harus tetap berada diposisi ini, sedangkan kaum musyrikin telah terdesak mundur dan kalah ?” sebagian yang ain berkata, “Kita tidak akan melanggar perintah Rasulullah untuk tetap pada posisi kita disini.”

4)      Mereka bertengkar dan berselisih, kemudian bermaksiat kepada Rasulllah, sebagian besar dari mereka turun ke bawah. Sedangkan yang tetap diposisi tersebut hanyalah Abdullah bin Jubair dan beberapa sahabat. Akhirnya pasukan kuda kaum musyrikin mampu memukul pasukan Islam dari belakang tanpa ada perlawanan yang berarti, dan kalahlah pasukan Islam.

5)      Pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa di atas bahwa sebagian besar kaum muslimin mampu bersabar jika diuji dengan kesempitan dan musibah lainnya. Tetapi mereka tidak mampu bersabar jika diuji dengan kelapangan dan kekayaan.

Dalam hal ini Rasulullah bersabda,

 ما الفَقْرَ أخْشَى علَيْكُم، ولَكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ علَى مَن كانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا، وتُهْلِكَكُمْ كما أهْلَكَتْهُمْ.

“Tidaklah kemsikinan yang aku khawatirkan pada kalian, tetapi justru yang saya khawatirkan pada kalian adalah dibukakan untuk kalian dunia sebagaimana dibukakan, orang orang sebelum kalian, maka dunia itu menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.”

 

Kelima : Cinta Dunia.

مِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الْاٰخِرَةَ ۚ

“Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat.”

1)      Ayat ini menjelaskan penyebab perselisihan kaum muslimin yaitu sebagian kaum muslimin menginginkan dunia berupa harta rampasan perang.

Berkata Ibnu Mas’ud, “ Kami tidak menyadari bahwa diantara para sahabat Rasulullah ada yang menginginkan dunia kecuali setalah terjadi Perang Uhud. Mereka adalah pasukan pemanah yang meninggalkan posisi mereka untuk mengambil harta rampasan perang.

Di dalam sebuah atsar disebutkan,

حب الدنيا رأس كل خطيئة

“ Cinta dunia ( yang berlebihan) adalah pangkal dari segala kejahatan.”

Atau bisa dikatakan kaitannya dengan Perang Uhud, bahwa cinta dunia adalah pangkal dari segala kekalahan.

2)      Sebagian dari pasukan Islam ada yang menginginkan akhirat dan pahala dari Allah serta mati syahid. Mereka adalah yang tetap bertahan pada posisi mereka, sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah dan tidak bernai melanggarnya. Mereka adalah Abdullah bin Jubair.pimpinan pasukan pemanah dan beberapa sahabat yang bersamanya.

Pasukan berkuda kaum musyrikin yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal menyerang mereka dan membunuh Abdullah bin Jubair dan teman-temannya.

Keienam : Keinginan yang tidak Tercapai.

ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۚ

“Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu,”

1)      Maksudnya ketika kaum muslimin di awal-awal Perang Uhud bisa membunuh pemegang panji pasukan msuuh dan tujuh lainnya serta bisa memukul mundur mereka, maka kemenangan sudah ada di depan mereka. Tetapi kemudian Allah memalingkan dan membatalkan kemenangan yang hampir diraih tersebut. Itu semua bertujuan untuk menguji keimanan kaum muslimin untuk mengetahui siapa yang tetap teguh dan sabar daam mengahadapi musuh dan siapa yang rapuh kemudian melarikan diri.

2)      Dalam kehidupan manusia sehari hari hal ini biasa terjadi walau dalam bentuk lain. Seperti halnya seorang pengusaha yang sudah mendapatkan proyek yang bernilai ratusan juta umpamanya,tiba tiba pihak kedu membatalkannya secara sepihak. Hal itu merupakan bentuk ujian dari Allah untuk mengetahui kualitas imannya. Atau seseorang yang sudah diterma untuk bekerja disuatu perusahaan dengan gaji yang besar, namun tiba-tiba pihak perusahaan mencoret namanya. Ini juga ujian dari Allah untuk mengetahui kualitas keimanannya.

Begitu juga seorang laki laki yang melamar seorang wanita cantik yang menjadi pujaan hatinya. Dia telah menerima lamarannya, tiba-tiba keluarga besar wanita tersebut menolak dan membatalkan lamarannya. Sekali lagi itu adalah ujian dari Allah.

3)      Dalam hidup ini, yang diinginkan seseorang pasti tercapai dan tidak pula sesuatu pasti tercapai dan tidak pula sesuatu yang dia benci terhindarkan dari dirinya. Cara menghadapinya adalah memperkuat iman dengan takdir.

 

Ketujuh : Allah Maha Pemaaf.

 وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ

“tetapi Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin.”

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Maha Pengampun dan Pemaaf. Senang memaafkan kesalahan hamba-hambanya, agar mereka mau mengakui kesalahan dan kembali ke jalan yang benar.

Di dalam hadits Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarrkan doa Lailatul Qodar,

اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عني

"Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku,”

Dalam doa Al-Qur’an disebutkan,

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.’” (QS. Al-Baqarah [2] : 286)

Dan Allah memiliki karunia atas orang-orang beriamn, yaitu Allah banyak berbuat baik terhadap orang-orang beriman. Begitu juga pengalihan kemenangan Perang Uhud, sebenarnya untuk kebaikan kaum muslimin, hanya saja mereka tidak tahu dan tidak merasakannya.

 

****

Jakarta, Selasa 5 April 2022.

KARYA TULIS