Karya Tulis
598 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3:169-172) Bab ke-189 Pahala Bagi Para Syuhada’


 

Pahala Bagi Para Syuhada’

 

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati,”

 (QS. Ali-Imran [3]: 169)

Pertama : Mereka Masih Hidup.

1)      Pada ayat sebelumnya, dijelaskan bahwa orang-orang munafik, mengolok-olok orang-orang yang terbunuh dalam perang uhud dengan mengatakan, “Seandainya mereka mau mendengar dan ikut nasehat kami, niscaya tidak akan terbunuh dalam perang uhud.”

Pada ayat ini, Allah membantah perkataan mereka, bahwa para syuhada’ yang mati dijalan Allah hakikatnya mereka tidaklah mati, tetapi mereka masih hidup di sisi Allah dan diberikan kepada mereka rezeki yang terus mengalir.

2)      Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, Rasulullah bersabda,

‘Ketika saudara-saudara kalian terbunuh pada Perang Uhud, Allah jadikan ruh-ruh mereka di dalam tubuh burung-burung hijau yang minum dari sungai-sungai surga dan makan dari buahnya. Lalu burung-burung itu terbang ke peraduan di dalam lampu yang terbuat dari emas di bawah naungan Arasy. Ketika mereka mendapati makanan dan minuman mereka yang nikmat serta tempat istirahat yang bagus, mereka berkata, ‘Seandainya saudara-saudara kami tahu apa yang diberikan Allah kepada kami sehingga mereka tidak enggan untuk berjihad dan tidak mundur dari peperangan.’ Maka Allah berfirman kepada mereka, ‘Aku menyampaikan hal itu kepada saudara-saudara kalian.’

Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati….’ Dan ayat setelahnya.” At-Tirmidzi juga meriwayatkan dari Jabir riwayat yang semisal di atas. (62)

3)      Di dalam hadits Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

 

إنَّما نسمةُ المؤمنِ طائرٌ تعلَّقَ في شجرِ الجنةِ ، حتى يُرْجِعَه اللهُ تعالى إلى جسدِه يومَ يبعثُه

 

“Nafas seorang mukmin tidak lain adalah seekor burung yang menggantung di pohon-pohon surga, sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengembalikannya ke tubuhnya pada hari Dia membangkitkannya.” (HR. Ahmad ).

 

4)      Berkata Ibnu Katsir, “Seolah-olah syuhada’ itu terbagi menjadi beberapa kelompok, ada arwahnya berterbangan di surga, ada juga yang di atas sungai-sungai di pintu surga. Dan perjalanan mereka berakhir di sungai tersebut. Disana mereka berkumpul dan disana pula mereka diberi makan dan rezeki serta beristirahat.

 

Kedua : Mereka Bergembira.

 

فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah,” (QS. Ali-Imran [3]: 170)

1)      Para syuhada’ merasa gembira dengan apa yang Allah berikan kepada mereka berupa kemulian yang luar biasa, tempat tinggal yang indah serta rezeki yang terus mengalir tanpa hentinya.

Kata (مِنْ فَضْلِهِ) pada ayat menunjukkan bahwa apa yang diterima oleh para syuhada’ berupa kemuliaan dan kenikmatan yang luar biasa itu semuanya semata-mata dari karunia Allah, bukan karena kehebatan mereka. Ini berarti yang mendapatkan pahala seperti ini hanyalah orang-orang yang niatnya ikhlas karena mencari ridha Allah, ketika berjihad dan berperang, bukan karena ingin meraih kepentingan dunia yang sesaat.

2)      Para syuhada’ tersebut juga merasa gembira dengan saudara-saudara mereka yang masih hidup di dunia yang sedang berijtihad di jalan Allah dan belum menyusul mereka.

Mereka merasa gembira karena saudara-saudara mereka tersebut tidak akan khawatir dengan apa yang ada di depan mereka ketika mereka gugur, karena akan disediakan tempat mulia disisi Allah. Dan mereka tidak akan sedih dengan apa yang mereka tinggalkan di dunia dan apa yang sudah berlalu.

As-Saddi berkata, “Orang yang mati syahid akan di datangkan sebuah kitab yang didalamnya tercatat, “Akan datang kepadamu fulan pada hari ini dan ini, dan akan datang fulan pada hari ini dan ini, maka bergembiralah atas kedatangannya.”

 

Ketiga : Allah Tidak akan Menyia-nyiakan Amal Shalih.

 

يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ

Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah,”

 (QS. Ali-Imran [3]: 171)

1)      Para syuhada juga bergembira dengan nikmat dari Allah dan karunia-Nya, berupa surga dan kenikmatan-kenikmatan di dalamnya.

Abdurrahman bin Zaid Aslam berkata, “Ayat ini mencakup orang-orang mukmin secara keseluruhan baik yang mati syahid atau tidak. Dalam Al-Qur’an tidak sedikit, Allah menyebutkan karunia dan pahala yang diberikan kepada para Nabi, tetapi hal itu juga diberikan kepada orang-orang beriman yang datang sesudah mereka.

2)      Mereka juga bergembira, ternyata amal shalih mereka diterima Allah dan tidak disia-siakannya. Allah berfirman di penutupan ayat ini,

وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.

 (QS. Ali-Imran [3]: 171)

Ayat ini dikuatkan dengan ayat-ayat lain yang serupa kandungannya. Diantaranya,

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’la,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, (QS. At-Taubah [9]: 120)

Ayat ini juga dalam rangka menerangkan keutamaan jihad di jalan Allah.

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’la,

أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ

Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, (QS. Ali-Imran [3]: 195)

Ayat ini juga masih berbicara tentang keutamaan mati syahid di jalan Alah.

 

Keempat : Mereka Menyambut Panggilan Allah dan Rasul-Nya.

الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ ۚ

(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). (QS. Ali-Imran [3]: 172)

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya, telah dijelaskan kelompok orang-orang munafik yang kembali lagi ke kota Madinah tanpa ikut berperang bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tanpa luka sedikitpun, maka pada ayat ini Allah menjelaskan kelompok lainnya yang sangat berbeda dengan kelompok pertama. Kelompok ini adalah mereka yang menjawab (menyambut) panggilan. Allah dan Rasul-Nya untuk kembali menghadapi pasuka kaum musyrikin. Padahal mereka masih dalam keadaan lelah, dan sedih serta mengalami luka-luka yang berat akibat kekalahan dalam perang uhud.

Walaupun demikian, mereka tetap berangkat ke medan jihad untuk meraih pahala besar yang disediakan Allah bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

2)      Diriwayatkan bahwa Abu Sufyan dan orang-orang musyrik dalam perjalanan pulang dari perang uhud, tiba di suatu tempat antara Mekkah dan Madinah yang bernama Ar-Rauha’. Mereka merasa menyesal belum bisa mengalahkan kaum muslimin secara telak dan membiarkan sisa pasukan Islam hidup. Maka mereka ingin kembali lagi ke Madinah untuk menghabisi tentara kaum muslimin yang masih tersisa.

Berita tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka beliau ingin tetap menghadapi mereka. Pada hari Ahad, setelah peristiwa perang uhud, beliau mengumumkan dan mengajak kaum muslimin untuk berangkat dan berjihad lagi. Menghadapi pasukan kaum musyrikin. Beliau bersabda, “Tidak pergi bersama kami, kecuali orang-orang yang ikut serta dalam perang uhud.” Mereka yang berjumlah 200 orang akhirnya berangkat ke suatu tempat yang bernama “Hamra’ Al-Asad” sekitar 8 mil dari kota Madinah. Di tempat itu, pasukan Islam menanti, tetapi Abu Sufyan pemimpin pasukan musyrikin enggan untuk melanjutkan rencananya, karena Allah telah menurunkan “rasa takut” ke dalam hati mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjadikan Ibnu Maktum sebagai Amir Madinah. Beliau tinggal di Hamra’ Al-Asad hari Senin, Selasa, dan Rabu. Kemudian beliau dan pasukannya pulang ke Madinah.

3)      Paling tidak dua pelajaran dalam peristiwa “Hamra’ Al-Asad” di atas,

 

a)      Allah memalingkan Abu Sufyan dan para pemimpin pasukan musyrikin, sehingga tidak ada satupun yang terdetik ataupun terlintas dalam benak dan pikiran mereka untuk menghabisi sisa-sisa pasukan islma yang masih hidup, ataupun untuk masuk ke kota Madinah. Padahal waktu itu asukan islam dalam keadaan sangat lemah dan kota Madinah tidak dijaga oleh pasukan islam. Inilah salah satu pertolongan Allah yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya.

b)      Ketika Abu Sufyan dan para pemimpin pasukan musyrikin berniat  kembali ke madinah untuk memerangi kaum muslimin, tiba-tiba ada perasaan “takut” dan “gentar” dalam hati mereka. Ini adalah bentuk pertolongan Allah yang lain kepada kaum muslimin.

 

Hal ini sesuai dengan hadits Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

 

عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما- أنّ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- قال: «أُعْطِيتُ خمسا, لم يُعْطَهُنَّ أحد من إلى قومه المؤمنين الموافقين له، بشريعة مَن قبلَه من الرُّسل"> الأنبياء قبلي: نُصِرْتُ بالرعب مسيرة شهر, وجُعِلَت لي الأرض مسجدا وطَهُورا, فأَيَّمَا رجل من أمتي أدركته الصلاة فَلْيُصَلِّ, وأُحِلَّت لي المغانم, ولم تحلَّ لأحد قبلي, وأُعْطِيتُ الشفاعة، وكان النبي يُبْعَثُ إلى قومه خاصة, وبُعِثتُ إلى الناس عامَة

 

“Dari Jābir bin Abdillah -Raḍiyallāhu 'Anhumā-, bahwasanya Nabi -Shallallāhu 'Alaihi wa Sallam- bersabda, ‘Aku diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku. Aku diberi kemenangan dengan kegentaran (musuh) sejauh perjalanan satu bulan dan bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan bersuci. Maka siapa saja dari umatku yang mendapati waktu salat, hendaknya ia melaksanakan salat. Juga dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak dihalalkan untuk seorang pun sebelumku. Aku juga diberi syafaat, dan seorang Nabi itu diutus kepada kaumnya secara khusus, sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.’"  (HR. Bukhari Muslim).

 

4)      Firman-Nya,

مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ ۚ

“Sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). (QS. Ali-Imran [3]: 172)

Kata (الْقَرْحُ) pada ayat tersebut artinya sakit yang teramat sangat dan luka tubuh yang sangat parah pada Perang Uhud. Firman-Nya,

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ

 

“Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.” (QS. Ali-Imran [3]: 172)

Kata (ihsan dan taqwa) dalam ayat ini ditafsirkan dengan menaati perintah Allah dan rasul-Nya, walaupun dalam keadaan susah payah dan mengalami luka-luka yang berat.

Kata (أَجْرٌ عَظِيمٌ) artinya pahala yang besar, yaitu surga. Jadi surga tidak bisa dicapai hanya dengan duduk manis tanpa perjuangan dan pengorbanan.

5)      Peristiwa “Hamra’ Al-Asad” dalam ayat diatas memberikan pesan pentingnya umat islam mempersiapkan kekuatan untuk membuat gentar pasukan musush. Hal ini terlihat dalam beberapa poin di bawah ini,

a)    Firman Allah Subhanahu wa Ta’la,

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ

 

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi (QS. Al-Anfal [8]: 60)

 

Ayat di atas memerintahkan umat Islam untuk mempersiapkan kekuatan dengan tujuan membuat gentar musuh-musuh Islam.

 

b)      Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam peristiwa “Hamra’ Al-Asad,”

 

من ينتدب لهؤلاء حتى يعلموا أن بنا قوة

“Siapa yang ingin berangkat (bersamaku) untuk menghadapi mereka (pasukan musyrikin) agar mereka mengetahui bahwa kita mempunyai kekuatan.”

 

c)      Dalam peristiwa umrah pertama kali kaum muslimin di hadapan kaum musyrikin di Mekkah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan para sahabat ketika melakukan thawaf mengitari Ka’bah, untuk berlari-lari kecil (langkah pendek) pada tiga putaran  pertama dan membuka kain pitiran bagian kanan tubuh, agar terlihat lengan tangan-tangan kanan mereka di hadapan kaum musyrikin. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa kaum muslimin adalah orang-orang yang kuat. Walaupun baru datang dari Madinah dan menempuh perjalanan beberapa hari lamanya, tetapi mereka masih bisa berlari-lari kecil dan terlihat otot-otot lengan mereka.

 

 

****

Jakarta, Sabtu 9 April 2022.

KARYA TULIS