Karya Tulis
322 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 176-178) Bab ke-191 Jangan Bersedih


 

Jangan Bersedih.

وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْكُفْرِۚ اِنَّهُمْ لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ اَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِى الْاٰخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌۚ

“Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir; sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah. Allah tidak akan memberi bagian (pahala) kepada mereka di akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar.” ( QS. Ali-Imran [2] : 176 )

 

Pelajaran (1) : Mereka bersegera kepada kekafiran.

1)      Pada ayat yang lalu disebutkan orang-orang yang bersegera menyambut ajakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam berjihad menegakkan kalimat Allah, memerangi musuh-musuh Islam, kaum musyrikin Quraisy. Maka pada ayat ini Allah menyebutkan kelompok sebaliknya, yaitu mereka yang bersegera menuju kepada kekafiran atau membela orang-orang kafir.

 

2)      Kekalahan kaum muslimin dalam Perang Uhud dan kemenangan kaum musyrikin mendorong kaum munafikin untuk semakin  menyebarkan kebohongan untuk membela orang-orang kafir. Mereka berkata, “Seandainya Muhammad seorang nabi, tentunya dia tidak akan mengalami kekalahan seperti ini. Dia hanyalah orang yang ingin mencari kekuasaan, terkadang menang dan terkadang kalah.”

 

Hal hal seperti inilah yang membuat sedih Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ayat ini turununtuk menghibur Nabi Muhammad agar tidak sedih dan berhenti memikirkan orang-orang yang belum mau beriman.

 

Pelajaran (2)  : Larangan bersedih.

 

1)      Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang melarang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersedih memikirkan orang-orang yang belum mau beriman kepadanya. Diantaranya,

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْۘ اِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

“Dan janganlah engkau (Muhammad) sedih oleh perkataan mereka. Sungguh, kekuasaan itu seluruhnya milik Allah. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Yunus [10]: 65)

 

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

۞ يٰاَيُّهَا الرَّسُوْلُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْكُفْرِ مِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِاَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوْبُهُمْ ۛ وَمِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا ۛ سَمّٰعُوْنَ لِلْكَذِبِ سَمّٰعُوْنَ لِقَوْمٍ اٰخَرِيْنَۙ لَمْ يَأْتُوْكَ ۗ يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ مِنْۢ بَعْدِ مَوَاضِعِهٖۚ يَقُوْلُوْنَ اِنْ اُوْتِيْتُمْ هٰذَا فَخُذُوْهُ وَاِنْ لَّمْ تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُوْا ۗوَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ فِتْنَتَهٗ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهٗ مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَمْ يُرِدِ اللّٰهُ اَنْ يُّطَهِّرَ قُلُوْبَهُمْ ۗ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْيٌ ۖوَّلَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

 

“Wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataan-perkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka mengatakan, “Jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah) terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah.” Barangsiapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya). Mereka itu adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk menyucikan hati mereka. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan di akhirat akan mendapat azab yang besar.” (QS. Al-Maidah [5]: 41)

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا

 

“Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).”  (QS. Al-Kahfi [18] : 6)

 

d)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرٰتٍۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَصْنَعُوْنَ

 

“Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat..”  (QS. Fathir [35] : 8)

 

Pelajaran (3) : Tidak memberikan mudharat.

 

لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗ

“Sedikitpun mereka tidak memberi mudharat terhadap Allah.”

 

1)      Maksud ayat ini bahwa orang-orang yang bersegera menuju kepada kekafiran tidak akan mempengaruhi agama Allah, dan kekuasaan Allah. Di dalam (QS. Yunus [10]: 65) disebutkan bahwa kekuasaan seluruhnya milik Allah. Dan di dalam (QS. Fathir [35] : 8)disebutkan bahwa Allah menyesatkan siapa sajayang dikehendaki-Nya dan memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Jadi, sekali lagi kekufuran mereka tidak akan mempengaruhi agama Allah dan kekuasaan-Nya sedikitpun. Bahkan Allah berfirman menantang orang-orang yang bersegera kepada kekafiran.

 

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا

 

“Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. Al-Kahfi [18]: 29)

 

2)      Di dalam hadist Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah bersabda, bahwa Allah berfirman,

 

يا عبادي لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم ما زاد ذلك في ملكي شيئا

 

 “Wahai hamba-Ku, jika kalian (makhluk alam semesta) semua sejak pertama ada sampai yang paling terakhir, baik manusia maupun jin, berperilaku paling shalih, itu tidak akan menambah sedikit-Pun dari kekuasaan-Ku.” (HR. Muslim)

 

3)      Pengulangan ayat sebelumnya,

 

اِنَّ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْاِيْمَانِ لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

 

“Sesungguhnya orang-orang yang membeli kekafiran dengan iman, sedikit pun tidak merugikan Allah; dan mereka akan mendapat azab yang pedih.” (QS. Ali-Imran [3]: 177)

 

1)      Kandungan ayat inisecara umum sama dengan kandungan ayat sebelumnya yang membedakan antara kedua ayat ini adalah,

a)      Ayat sebelumnya pembicaraanya untuk menghibur Rasul agar tidak bersedih.karena orang-orang bersegera keada kekafiran. Sedangkan ayat ini fokus pembicaraannya keada orang-orang yang lebih cenderung keada kekafiran.

 

b)      Ayat sebelumnya hanya berbicara tentang orang-orang yang bersegera keada kekafiran. Sedangkan ayat ini berbicara tentang orang-orang kafir secara umum, baik yang bersegera maupun yang  tidak.

 

Pelajaran (4) : Belum tentu baik.

 

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ خَيْرٌ لِّاَنْفُسِهِمْ ۗ اِنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ لِيَزْدَادُوْٓا اِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ

 

“Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan.” (QS. Ali-Imran [3]: 178)

1)      Ayat ini membantah dugaan orang-orang kafir yang menang dalam Perang Uhud bahwa kemenangan tersebut baik bagi mereka, tetapi yang benar bahwa kemengan mereka itu hanya bentk penangguhan sementara untuk hidup di dunia. Bahkan kemenangan itu akan menambah dosa mereka setelah itu mereka akan disiksa di akhirat dengan siksa yang menghinakan.

2)      Bantahan ini juga berlaku bagi orang-orang munafik yang pulang ke kota Madinah sebelum terjadi Perang Uhud, janganlah mereka menduga bahwa selamatnya mereka dari luka dan pembunuhan dalam Perang Uhud baik bagi mereka. Tetapi itu hanya penangguhan sementara, agar dosa mereka bertambah, kemudian di akhirat mereka mendapatkan siksa yang menghinakan.

 

Ayat ini juga berlaku bagi orang-orang kafir secara umum sejak ayat ini turun hingga zaman sekarang.

 

3)      Terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal ini, diantaranya :

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

فَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ

 

“Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir.”  (QS. At-Taubah [9]: 55)

 

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

وَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَاَوْلَادُهُمْۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ

 

“Dan janganlah engkau (Muhammad) kagum terhadap harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya dengan itu Allah hendak menyiksa mereka di dunia dan agar nyawa mereka melayang, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah [9] : 85)

 

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

اَيَحْسَبُوْنَ اَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهٖ مِنْ مَّالٍ وَّبَنِيْنَ ۙ

نُسَارِعُ لَهُمْ فِى الْخَيْرٰتِۗ بَلْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

 

“Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-Mukminun [23]: 55-56 )

 

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang kafir mengira banyak harta dan anak sebagai tanda kebaikan bagi mereka. Padahal itu untuk menambah dosa di dunia dan siksa, sementara mereka tidak menyadari hal itu.

 

****

Jakarta, Ahad  10 April 2022.

 

 

KARYA TULIS