Karya Tulis
585 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 179-180) Bab ke-192 Antara Yang Baik dan Buruk


 

Antara Yang Baik dan Yang Buruk

 

مَا كَانَ اللّٰهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلٰى مَآ اَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتّٰى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَجْتَبِيْ مِنْ رُّسُلِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ ۚ وَاِنْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَلَكُمْ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

 

“Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa, maka kamu akan mendapat pahala yang besar.”

(QS. Ali-Imran [3]: 179)

Pelajaran (1) : Fungsi ujian.

1)      Maksud ayat di atas bahwa Allah tidaklah membiarkan orang-orang beriman bercampur dengan orang-orang munafik tanpa bisa dibedakan antara dua kelompok tersebut. Oleh karenanya Allah menguji mereka dengan berbagai ujian, agar terlihat siapa yang benar imannya dan siapa yang berpura-pura beriman, padahal hatinya menyimpan kekafiran. Salah  satu ujian itu berupa Perang Uhud. Dengan adanya Perang Uhud, menjadi terlihat siapa yang benar imannya dan siapa yang berpura-pura atau munafik.

 

2)      Beberapa ayat yang menunjukkan bahwa dengan ujian bisa diketahui siapa yang benar dan tidak imannya adalah,

 

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْن

 

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”  (QS. Al-Ankabut [29]: 2-3)

 

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتّٰى نَعْلَمَ الْمُجٰهِدِيْنَ مِنْكُمْ وَالصّٰبِرِيْنَۙ وَنَبْلُوَا۟ اَخْبَارَكُمْ

 

“Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu.” ( QS Muhammad [47]: 31)

 

 

Pelajaran (2) : Membedakan yang baik dan yang buruk.

 

حَتّٰى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ

 

“Sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik.”

 

1)      Membedakan antara yang baik dan yang buruk adalah salah satu bagian dari ajaran Islam. Karena seorang muslim yang tidak bisa membedakan antara keduanya, dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam keburukan dan kebatilan. Pembeda antara keduanya disebut dengan Al-Furqan. Dan Al-Qur’an disebut juga Al-Furqan karena di dalamnya dijelaskan antara yang baik dan yang buruk atau antara ebenaran dan kebatilan.

 

2)      Orang yang bertaqwa kepada Allah, akan diberikan oleh Allah kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar.”  (QS. Al-Anfal [8]: 29)

 

3)      Umar bin Al-Khattab disebut Al-Faruq karena beliau diberi kemampuan oleh Allah, sehingga bisa membedakan antara Al-Haq dan Al-Batil.

 

4)      Orang-orang kafir membelanjakan harta mereka untuk menghalangi dari jalan alah, tetapi mereka dikalahkan dan dimasukkan ke dalam neraka. Tujuan Allah mnjadikan mereka seerti itu adalah untuk membedakan orang-orang yang baik dan orang-orang yang buruk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗفَسَيُنْفِقُوْنَهَا ثُمَّ تَكُوْنُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُوْنَ ەۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى جَهَنَّمَ يُحْشَرُوْنَۙ

لِيَمِيْزَ اللّٰهُ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيْثَ بَعْضَهٗ عَلٰى بَعْضٍ فَيَرْكُمَهٗ جَمِيْعًا فَيَجْعَلَهٗ فِيْ جَهَنَّمَۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

 

 

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan, agar Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang rugi.”  (QS. Al-Anfal [8]: 36-37)

 

5)      Allah melarang seorang muslim menikahi wanita musyrik. Dan wanita muslim tidak boleh dinikahi oleh laki-laki musyrik dan ahlul kitab. Orang musilim yang suci selayaknya tidak menikahi wanita yang tidak suci, yaitu yang sering berzina. Karena yang baik akan bersama dengan yang baik, begitupun sebaliknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ

 

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS. An-Nur [24]: 26)

 

6)      Di dalam masalah makanan, Allah menghalalkan makanan yang baik-baik, sebagaimana beberapa firman-Nya,

 

يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ

 

“Allah berfirman, “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(QS. Al-Mukminun [23]: 51)

 

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”

(QS. Al-Baqarah [2]: 172)

 

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللّٰهِ الَّتِيْٓ اَخْرَجَ لِعِبَادِهٖ وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزْقِۗ قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik?’ Katakanlah, ‘Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat.’ Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui.’” (QS. Al-A’raf [7]: 32)

 

Sebaliknya Allah mengharamkan makanan yang jelek-jelek (Al-Khabaits) Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤىِٕثَ

 

“dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka,”  (QS. Al-A’raf [7] : 157)

 

Begitu juga pemisahan anatara orang mukmin dengan orang kafir berlangsung sampai akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ

 

 “Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa.”  (QS. Yasin [36] : 59)

 

7)      Dalam masalah harta anak yatim dilarang menukar yang baik dengan yang buruk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاٰتُوا الْيَتٰمٰىٓ اَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيْثَ بِالطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَهُمْ اِلٰٓى اَمْوَالِكُمْ ۗ اِنَّهٗ كَانَ حُوْبًا كَبِيْرًا

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh, (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar.”

(QS. An-Nisa [4]: 2)

 

 

Pelajaran (3) : Membukakan ilmu ghaib.

 

وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ

 

“Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib,”

 

1)      Maksudnya bahwa Alah tidak menyebut nama orang-orang munafik satu persatu. Tetapi orang-orang beriman akan mengetahui mereka dari sela-sela peristiwa ujian yang Allah turunkan kepada orang-orang beriman secara umum. Seperti apa yang terjadi dalam Perang Uhud, orang-orang munafik mulai memperlihatkan diri dengan mundurnya mereka dari medan perang dan kembalinya mereka ke kota Madinah, padahal perang belum dimulai.

Begitu juga mereka yang senang dengan kekalahan kaum muslimin dan sedih ketika kaum muslimin menang. Ini merupakan tanda lain dari orang-orang munafik.

 

2)      Memilih Nabi dan Rasul.

 

وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَجْتَبِيْ مِنْ رُّسُلِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۖ

 

tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya.”

 

a)      Maksudnya bahwa Allah tidak memperlihatkan yang gaib kepada semua mnusia dengan tujuan untuk menguji mereka. Tetapi Allah memilih sipa yang dikehendaki-Nya untuk menjadi Rasul dan diberikan kepadanya wahyu atau sebagian kecil dari informasi gaib.

 

b)      Dalil lain bahwa Allah memilih siapa yang dikehendki-Nya menjadi Rasul adalah firman Allah,

 

وَاِذَا جَاۤءَتْهُمْ اٰيَةٌ قَالُوْا لَنْ نُّؤْمِنَ حَتّٰى نُؤْتٰى مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ رُسُلُ اللّٰهِ ۘ اَللّٰهُ اَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسٰلَتَهٗۗ سَيُصِيْبُ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا صَغَارٌ عِنْدَ اللّٰهِ وَعَذَابٌ شَدِيْدٌۢ بِمَا كَانُوْا يَمْكُرُوْنَ

 

 

“Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan.”  (QS. al-An’am [6] : 124)

 

c)      Dalil lain yang menunjukkan bahwa Allah memberitahukan sebagian yang gaib kepada para rasul adalah firman-Nya,

 

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ

 

اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ فَاِنَّهٗ يَسْلُكُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ رَصَدًاۙ

 

“Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.”

(QS. Al-Jinn [72]: 26-27)

 

Pelajaran (4) : Prasangka orang bakhil.

 

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

 

“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali-Imran [3]: 180)

 

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya dibicarakan tentang berjihad di jalan Allah dengan mengorbankan jiwa dan raga, seperti yang terjadi pada peristiwa Perang Uhud. Maka pada ayat ini Allah mengecam orang-orang munafik yang tidak mau berkorban dengan jiwa dan harta mereka.

 

2)      Kebanyakan orang yang kaya merasa bangga dan merasa beruntung jika bisa menumpuk harta kekayaannya. Semakin banyak harta yang dia tumpuk semakin menganggap hal itu baik, karena menunjukkan harta kekayaan semakin hari semakin bertambah.

 

Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ

 

“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”  (QS. Al-Fajr [89]: 15)

Juga dengan firman-Nya,

اَيَحْسَبُوْنَ اَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهٖ مِنْ مَّالٍ وَّبَنِيْنَ ۙ

نُسَارِعُ لَهُمْ فِى الْخَيْرٰتِۗ بَلْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

 

“Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-Mukminun [23]: 55-56)

 

3)      Mereka lupa bahwa apa yang mereka dapatkan dari kekayaan tersebutadalah semata karena pemberian dan karunia Allah, bukan karena kehebatan mereka. Ini dirunjukkan dalam firman-Nya,

 

بِمَا اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ

 

“apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya.”

 

Hal ini dikuatkan dalam firman-Nya,

 

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ثُمَّ اِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَاِلَيْهِ تَجْـَٔرُوْنَۚ

 

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.”

(QS. An-Nahl [16]: 53)

 

Juga dengan firman-Nya,

 

اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗ ۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ

 

“Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).”

(QS. Al-Mulk [67]: 21)

 

Pelajaran (5) : Dikalungkan di hari Kiamat.

 

1)      Harta yang mereka simpan tanpa ada bagian yang diinfakkan di jalan Allah, seperti zakat, infak, sedekah dan lainnya. Akan menjadi boomerang bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ

 

“padahal (kikir) itu buruk bagi mereka.”

 

Yaitu akan menjadi beban bagi mereka pada hari kiamat bahkan akan berubah menjadi ular yang akan dikalungkan di leher mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ

 

“Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat.”

 

2)      Di dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

 

من أتاه الله مالا فلم يؤد زكاته مثل له شجاع أقرع له زبيبتان يطوقه يوم القيامة فيأخذ بلهزمتيه (شد قيه) يقول: أنا مالك أنا كنزك ثم تلا هذه الأية

 

"Barang siapa yang telah diberi Allah harta, kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, akan diperlihatkan hartanya berupa ular sawah yang botak, mempunyai dua bintik hitam di atas kedua matanya, lalu dikalungkan kepadanya di hari kiamat nanti. Ular itu membuka rahangnya dan berkata: "Saya ini adalah hartamu saya ini adalah simpananmu". Kemudian Nabi membaca ayat ini. (HR Imam Bukhari dan Nasa'i dari Abu Hurairah)

 

 

3)      Ayat ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

يٰاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْاَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙفَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ

يَّوْمَ يُحْمٰى عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوٰى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْۗ هٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih. (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”  (QS. At-Taubah [9]: 34-35)

 

 

Pelajaran (6) : Allah sebagai pewaris.

 

1)      Orang-orang yang bakhil dengan harta merek, dan tidak mau mengeluarkan zakatnya di jalan Allah sebenarnya tidak mempunyai alasan untuk bakhil, karena perbendaharaan langit dan bumi ini milik Allah semua. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

“Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

2)      Sebagian ulama memahami dari ayat di atas bahwa Allah yang akan mewarisi apa yang ada di tangan penghuni langit dan bumi. Semua yang ada di alam semesta ini akan mati, hanyalah Dia yang hidup  berhak yang mewarisi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

وَاِنَّا لَنَحْنُ نُحْيٖ وَنُمِيْتُ وَنَحْنُ الْوَارِثُوْنَ

 

“Dan sungguh, Kamilah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi.”  (QS. Al-Hijr [15]: 23)

 

Ini dikuatkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

اِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْاَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَاِلَيْنَا يُرْجَعُوْنَ

 

“Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami mereka dikembalikan.”  (QS. Maryam [19]: 40)

 

3)      Adapun ayat lin yang menjelaskan hubungan infak dengan kepemilikan Allah apa yang ada di langit dan bumi adalah sebagai berikut,

 

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

وَمَا لَكُمْ اَلَّا تُنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ لَا يَسْتَوِيْ مِنْكُمْ مَّنْ اَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِيْنَ اَنْفَقُوْا مِنْۢ بَعْدُ وَقَاتَلُوْاۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

 

“Dan mengapa kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal milik Allah semua pusaka langit dan bumi? Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”  (QS. Al- Hadid [57]: 10)

 

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا تُنْفِقُوْا عَلٰى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ حَتّٰى يَنْفَضُّوْاۗ وَلِلّٰهِ خَزَاۤىِٕنُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَفْقَهُوْنَ

 

“Mereka yang berkata (kepada orang-orang Ansar), “Janganlah kamu bersedekah kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).” Padahal milik Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.”  (QS. Al-Munafiqun [63]:7)

 

4)      Tiga ayat di atas menjelaskan hubungan infak dengan perbendaharaan langit dan bumi yang dimiliki Allah. Sumuanya untuk memberikan motivasi bagi yang berinfak agar tidak khawatir hartanya akan habis karena Allah yang akan memberikan rezeki kepadanya.

 

5)      Ketiga ayat tersebu juga menyindir kaum munafikun yang salah sifat mereka adalah bakhil terhadap harta yang mereka miliki.

 

 

****

 

Jakarta, 11 April 2022.

 

KARYA TULIS