Karya Tulis
535 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 185-189) Bab ke-194 Setiap Jiwa Pasti Akan Mati


 

Setiap Jiwa Pasti Akan Mati

 

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. (QS. Ali-Imran [3]: 185)

 

Pelajaran (1) : Musibah dan Kematian.

1)      Sebagian para ulama mengaitkan ayat ini dengan Perang Uhud dan para syuhada yang gugur di dalamnya. Juga menyindir orang-orang munafik yang pulang ke kota Madinah sebelum terjadinya perang, bawa seandainya mereka tidak mati di medan perang, maka mereka akan mati di tempat lain. Karena setiap jiwa pasti akan merasakan kematian.

 

2)      Sebagian ulama lain mengaitkan aat ini dengan pernyataan kaum Yahudi menghina Allah dan menolak kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa mereka akan merasakan kematian dan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang mereka ucapkan dan perbuat selama hidup di dunia.

 

 

3)      Ayat ini dan ayat sesudahnya menggabungkan penyebutan tentang kematian dan msuibah mirip kandungannya dalam firman Allah surat Al-Anbiya,

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”(QS. Al-Anbiya [21]: 35)

 

Pesan dari kedua ayat tersebut (QS. Ali-Imran [3] 185-186) dan (QS. Al-Anbiyaa [21]: 35) bahwa dalam hidup ini setiap orang akan diuji, termasuk ditolak dakwahnya, dicaci maki, dihina dan dituduh gila bahkan diperangi serta diusir dari kampung halaman rumahnya. Semua ini menimpa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan umatnya. Tetapi semua itu hanya sebentar, karena setiap jiwa akan merasakan kematian dana kan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya pada hari kiamat.

 

Pelajaran (2) : Pahala yang disempurnakan.

 

وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ

“Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu.”

 

1)      Hasil kerja manusia (amal manusia) selama hidup di dunia akan diberikn upah (ganjarannya) secara sempurna pada hari kiamat , tanpa dikurangi sedikitpun dan tanpa dizalimi sedikitpun. Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala,

  فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ

  وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah [99]: 7-8)

 

Ini dikuatkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَلَا تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّمَّا يَعْبُدُ هٰٓؤُلَاۤءِ ۗمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا كَمَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُهُمْ مِّنْ قَبْلُ ۗوَاِنَّا لَمُوَفُّوْهُمْ نَصِيْبَهُمْ غَيْرَ مَنْقُوْصٍ

“Maka janganlah engkau (Muhammad) ragu-ragu tentang apa yang mereka sembah. Mereka menyembah sebagaimana nenek moyang mereka dahulu menyembah. Kami pasti akan menyempurnakan pembalasan (terhadap) mereka tanpa dikurangi sedikit pun.” (QS. Hud [11]: 109)

 

Juga dengan firman-Nya,

وَاِنَّ كُلًّا لَّمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ اَعْمَالَهُمْ ۗاِنَّهٗ بِمَا يَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

“Dan sesungguhnya kepada masing-masing (yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan memberi balasan secara penuh atas perbuatan mereka. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Hud [11]: 111)

 

2)      Hal ini berbeda dengan keberadaan hidup di dunia. Seriing terjadi pada banyak orang, mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, tetapi mendapatkan upah yang sangat sedikit yang tidak sesuai dengan kerjanya. Atau kadang gaji atau upahnya dipotong dengan berbagai potongan yang tidak lazim. Kadang pula orang yang berbuat jahat tidak ada yang berani menghukumnya karena dia punya kekuasaa, bahan sebaliknya orang yang baik dihukum karena difitnah  atau dizalimi penguasa.

 

Adapun di akhirat semuanya akan merasakan keadilan Allah, tidak akan ada satupun yang dizalimi.

 

 

Pelajaran (3) : Hakikat Kesuksesan.

 

 

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ

 

“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan.”

 

1)      Ayat ini menjelaskan hakikat keberuntungan, kemenangan dan keberhasilan. Kebanyakan manusia menganggap keberuntungan itu jika mendapatkan harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, istri yang cantik, rumah yang luas, mobil yang mewah dan nama yang terkenal.

Ayat ini meluruskan pemahaman yang slam tesebut, bahwa kesuksesan yang hakiki dan keberhasilan yang sesungguhnya adalah seseorang yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga.

 

2)      Dalam ayat ini disebutkan dua hal, yaitu dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Bukankan orang yang dimaukkan ke surga otomatis dia akan dijauhkan dari api neraka? Kenapa tidak cukup disebutkan saja, “Barang siapa yang di masukkan surga, sungguh dia telah beruntung.

Jawabannya,

 

a)      Terkadang seseorang berbut maksiat sehingga masuk neraka, kemudian mendapat syafaat untuk keluar darinya.

b)      Sebagian yang ain dimasukkan ke dalan nerka terlebih dahulu setelah itu baru dmasukkan ke dalam surga, maka perlu disebutkan keduanya yaitu di jauhkan dari api neraka, dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

 

3)      Hal ini mirip dengan firman-Nya,

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”(QS. Al-Baqarah [2]: 201)

 

Pada ayat ini disebutkan permohonan supaya dilindngi dari api neraka. Karna kebaikan di akhirat didapat oleh seseorang setelah melalui siksa api neraka terebih dahulu untuk membersihkan dosa-dosanya maka doa di atas adalah permohonan kebaikan di akhirat tanpa melalui siksa api neraka terlebih dahulu.

 

 

Pelajaran (4) : Kesenangan yang Menipu.

 

وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”

 

1)      Penutup ayat ini disebutkan untu menepis tanggapan sebagian orang bahwa harta, tahta dan ketenaran, wanita, fasilitas, anak  dan banyaknya pengikut adalah tanda kesuksesan dan keberuntungan, karena semua itua adalah kesuksesan dan keberuntungan yang menipu

(مَتَاعُ الْغُرُوْر). Menipu karena sifatnya hanya sementara, tidak langgeng dan tidak memuaskan, serta kesenangan yang sangat terbatas.

 

  1. 2)      Suatu ketika Umar bin Abdul Aziz menangis, maka para sahabatnya bertanya tentang penyebabnya, maka beliau menjawab : “Saya merenungi tentang dunia dan kenikmatan dan syahwatnya, maka saya mendapatkan pelajaran darinya, yaitu ketika syahwat dunia sudah terpenuhi, maka muncullah kepahitannya. Maka jika hal ini tidak bisa menjadikan pelajaran bagi seseorang, paling tidak sebagi peringatan bagi yang ingat mengingat.”   

 

 

Pelajaran (5) : Tiga Macam Ujian.

 

لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

“Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.” (QS. Ali-Imran [3]: 186)

1)      Dalam ayat ini Allah memberitahukan kepada kaum muslimin secara umum, bahwa mereka akan iuji oleh Allah dalam tiga hal: agama, jiwa dan harta. Hal itu agar kaum muslimin kuat mental dan jiwa mereka di dalam menghadapi ujian-ujian tersebut.

2)      Ayat di atas dimulai dengan ujian yang paling ringan yaitu ujian dalam harta, seperti kehilangan harta, terjadinya pencurian dan perampokan. Begiru juga perintah untk bezakat, infak dan sedekah di jalan Allah.

3)      Kemudian diteruskan dengan ujian yang lebih berat dari itu, yaitu ujian dalam jiwa, seperti luka, cacat, ditawan musuh, disiksa bahkan samoai kehilangan nyawa dan terbunuh di jalan Allah.

4)      Kemudian yang paling berat bagi seorng muslim adalah ujian dalam agama. Yaitu akan mendengr ejekan, olok-olokan, kata-kata yang menyakitkan dan penghinaan terhadap Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Seperti perkataan Yahudi bahwa Allah miskin, ingin meminjam uang kepada hamba-Nya, dan perkatan sejenisnya.

 

Termasuk ujian agama adlaah adanya usaha-usaha yang sangat massif dan gencar untuk memurtadkan kaum muslimin dari agamanya.

 

Pelajaran (6) : Sabar dan Takwa.

 

Bagaimana cara menghadapi tiga bentuk ujian di atas ?

 

وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

 

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”

 

Menurut ayat di atas untuk menghadapi tiga macam ujian adalah dengan bersabar dan bertakwa.

Petama:  Bersabar di dalam menghadapi musibah dunia, baik yang menimpa harta, maupun jiwa. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

 

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157)

 

Kedua: Bertakwa dalam arti terus meningkatkan ibadah dan taqarrab kepada Allah dengan berbagai amal shaleh. Ini untuk menghadapi musibah agama.

 

1)      Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّكَ يَضِيْقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُوْلُوْنَۙ

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِّنَ السَّاجِدِيْنَۙ

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ

“Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau di antara orang yang bersujud (salat), Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.” (QS. Al-Hijr [15]: 97-99)

 

Ayat ini memerintahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk banyak bertasbih dan bersujud serta ibadah sampai ajal menjemput, ketika mendapatkan tekanan dari orang-orang kafir.

 

2)      Hal ini dikuatkan dengan firman-Nya,

فَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا ۚوَمِنْ اٰنَاۤئِ الَّيْلِ فَسَبِّحْ وَاَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضٰى

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ەۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

 

“Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam; dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar engkau merasa tenang. Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal. Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Taha [20] : 130-132)

Ayat ini menunjukkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk melaksanakan tiga hal ketika menghadapi tekanan orang-orang kafir.

a)      Bersabar terhadap ucapan-ucapan mereka.

b)      Memperbayak tasboh, dzikir dan shalat.

c)      Tidak tergiur dengan kemewahan dunia yang mereka dapatkan.

d)      Mengajak keluarga untuk tetap menjaga salat dan perintah-perintah Allah lainnya.

 

 

Pelajaran (7) : Menyembunyikan Ilmu.

 

وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗۖ فَنَبَذُوْهُ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), “Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang mereka lakukan.”  (QS. Ali-Imran [3]: 187)

 

1)      Ayat ini merupakan kecaman sekaligus teguran kepada ahlul kitab dan semua yang diberikan Allah kepadanya ilmu untuk tidak menyembunyikan ilmunya dari manusia. Tetapi hendaknya ia menyampaikan ilmu dan kebenaran tersebut kepada manusia agar mereka mendapatkan pencerahan dari ilu tersebut.

 

2)      Allah telah mengambil “Al-Mitsqa” yaitu janji yang kuat dari ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) melalui para nabi dan rasul-Nya di dalam kitab suci Taurat dan Injil, agar menyampaikan semua yang ada di dalam kitab suci tersebut tanpa dikurangi dan ditambahi sedikitpun, termasuk di dalamnya berita tentang kedatangan nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

 

3)      Namun justru mereka melemparnya ke dalam punggung mereka. Maksudnya justru mereka menyembunyikannya demi untuk mendapatkan imbalan yang sedikit. Imbalan tersebut dikatakan sedikit, walaupun menurut mereka banyak. Ini jika dibandingkan surga akhirat. Disebut sedikit karena sifatnya sementara dan tidak langgeng.

 

4)      Salah satu hadits yang menunjukkan larangan untuk menyembunyikanilmu adalah sabda Rasulullah Shallallau ‘Alaihi wa Sallam,

 

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «مَنْ سُئِلَ عن عِلْمٍ فَكَتَمَهُ، أُلْجِمَ يوم القيامةِ بِلِجَامٍ مِنْ نارٍ

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallhu ‘Anhu. Sesungguhnya Nabi bersabda :“Barang siapa ditanya suatu ilmu. Lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat ia akan dimasukkan tali kekang ke dalam mulutnya dengan kekang dari api.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

 

Pelajaran (8) : Meminta Pujian.

 

لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَفْرَحُوْنَ بِمَآ اَتَوْا وَّيُحِبُّوْنَ اَنْ يُّحْمَدُوْا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوْا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِّنَ الْعَذَابِۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

“Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka akan mendapat azab yang pedih.”   QS. Ali-Imran [3]: 188)

 

1)      Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Marwan bin Al-Hakam mengutus seseorang untuk bertanya kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu tentang ayat diatas, “ Kalau setiap orang bergembira dengan apa yang sudah dikerjakan dan senng dipuji terhadap perbuatan yang belum dikerjakan.” Tentu kita semua akan disiksa. Ibnu Abbas berkata, “ Bukan demikian maksudnya tetapi suatu ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada kaum Yahudi suatu hal, namun mereka menyembunyikannya dan tidak menyampaikannyakepada beliau. Justru yang disampaikan adalah sesuatu yang lain. Lalu mereka pergi seolah sudah menjawab apa yang beliau tanyakan dan ingin dipuji dengannya, dan bergembira dengan apa yang mereka lakukan yaitu menyembunyikan apa yang ditanyakan.

 

2)      Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abu Said Al-Khudri berkata, “ Bahwa ada beberaa orang munafik pada masa Rasulullah, jika beliau pergi berperang mereka sengaja tidak ikut dan bergembira dengan tidak keikutsertakan mereka. Kemudian ketika Rasulullah kembali, mereka meminta maaf dan bersumpah-sumpah, mereka ingin dipuji atas apa yang tidak mereka lakukan. ( Berjihad di jalan Allah) maka turunlah ayat ini.

 

3)      Dari dua riwayat di atas, bisa dikatakan bahwa ayat di atas berlaku umum, kepada Yahudi, kaum munafik dan kepada siapa saja yang melakukan perbuatan yang sama.

 

Pelajaran (9) : Kerajaan Langit dan Bumi.

 

وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

(QS. Ali-Imran [3] : 189)

 

Kandungan:

1)      Ayat ini bisa menguatkan jiwa kaum muslimin, khususnya ketika menghadapi berbagai ujian dan cobaan, baik yang menimpa agama, jiwa, maupun harta mereka. Termasuk ketika menghadapi makar musuh-musuh Islam dari kalangan Ahlul Kitab maupun dari kalangan orang-orang munafik.

2)      Kaum muslimin tidak perlu bersedih dan khawatir dengan apa yang mereka lakukan, karena kerjaan langit dan bumi ini milik Allah dan di bawah kendali-Nya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 

****

Jakarta, Rabu 13 April 2022.

 

 

 

KARYA TULIS