Karya Tulis
557 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3: 192-195) Bab ke-196 Do’a Ulul Albab


 

Do’a Ulul Albab

رَبَّنَآ اِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ اَخْزَيْتَهٗ ۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh, Engkau telah menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.” (QS. Ali-Imran [3]: 192)

 

Pelajaran (1) : Meminta dilindungi dari api neraka.

1)      Pada ayat sebelumnya Ulul Albab berdoa supaya dilindungi dari api neraka. Mereka berdoa,

وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Pada ayat ini dijelaskan kenapa mereka memohon untuk dijauhkan dan dilindungi dari api neraka ? karena setiap yang masuk neraka, berarti dia telah dihinakan Allah, kalau dihinakan Allah maka tidak ada satupun yang bisa menolongnya.

2)      Dijauhkan dari api neraka adalah tujuan akhir dari kehidupan manusia mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Ini sesuai dengan firman-Nya,

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”  (QS. Al-Baqarah [2]: 201)

3)      Para Ulul Albab (Cerdik cendekian) selalu memohon dijauhkan dari api neraka, karena hakikat keberuntungan adalah dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Ini seperti dalam firman-Nya,

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali-Imran [3]: 185)

4)      Doa ini juga selalu diulang-ulang oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagaimana tersebut di dalam hadist  :

      أنّ النّبيَّ صلى الله عليه وسلم قالَ لرجلٍ “ : ما تَقُولُ في الصّلاةِ"، قالَ: أتَشَهّدُ ثم أقولُ اللهم إني أسأَلُكَ الجنّةَ وأَعوذُ بكَ منَ النّار، ولا أُحسِنُ دَنْدَنتكَ ولا دَنْدَنةَ مُعاذ، قال: "حَوْلها نُدَندِن".

“ Bahwasanya Rasulullah bertanya kepada salah seorang sahabatnya : “ Bagaimana anda berdoa di dalam sholat ? Dia menjawab : “ Saya membaca tasyahud kemudian saya berdoa : “ Ya Allah saya memohon kepada-Mu syurga dan saya berlindung kepada-Mu dari apai neraka, “  dan saya tidak pandai berdoa seperti doamu dan doanya Mu’adz.  Rasulullah bersabda : “ Sekitar itulah kami berdoa “ ( HR Abu Daud, Shahih )

5)      Firman-Nya,

وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَار

 

“dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.”

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang yag dimasukkan ke dalam api  neraka adalah orang-orang yang zalim. Zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Syirik adalah perbuatn zalim yang paling besar, karena menyembah selain Allah dan menyalahgunakan kenikmatanyang Allah berikan untuk berbuat syirik.

Orang yang zalim biasanya senang menghinakan orang lain dengan perbuatan zalimnya selama hidup di dunia, maka sangat layak kalau dia dihinakan Allah di akhirat.

 

Pelajaran (2) : Memohon agar diampuni dosanya.

 

رَبَّنَآ اِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُّنَادِيْ لِلْاِيْمَانِ اَنْ اٰمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَاٰمَنَّا ۖرَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّاٰتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْاَبْرَارِۚ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu), “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,” maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.” (QS. Ali-Imran [3] : 193)

 

1)      Ini adalah terusan doa Ulul Albab yang kedua setelah mereka mohon dijauhkan dari api neraka. Doa ini sekan menunjukkan bahwa orang yang ingin dijauhkan dari api neraka, dia harus berusaha untuk bersegera menyambut panggilan keimanan yang diserukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau yang terdapat di dalam Al-Qur’an.

2)      Pentingnya Mendengar Seruan Iman.

Firman-Nya,

سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُّنَادِيْ لِلْاِيْمَانِ

“kami mendengar orang yang menyeru kepada iman,”

a)       Ayat di atas menyebutkan kata “Kami mendengar” artinya untuk menuju keimanan seseorang harus mendengar dulu. Oleh karenanya tugas rasul adalah membacakan ayat-ayat Allah agar didengar oleh manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala  berfirman,

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ

 “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 2)

b)      Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diperintahkan untuk memberikan pelrlindungan kepada orang-orang musyrik yang meminta perlindungan kepadanya dengan tujuan agar mereka mendengar ayat-ayat Al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاِنْ اَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ اسْتَجَارَكَ فَاَجِرْهُ حَتّٰى يَسْمَعَ كَلٰمَ اللّٰهِ ثُمَّ اَبْلِغْهُ مَأْمَنَهٗ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُوْنَ

“Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.”  (QS. At-Taubah [9]: 6)

c)       Rasulullah meghukum orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwa mereka akan masuk neraka, jika mendengar tentang diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kemudian mereka tidak mau beriman keadanya. Sebagaimana di dalam sabdanya,

يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ لا

“Tiada seorang-pun dari umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani, tetapi ia tidak beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim, 153)

3)      Kalimat Tauhid.

Firman-Nya,

اَنْ اٰمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَاٰمَنَّا ۖ

“Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kami pun beriman.”

Panggilan tersebut menyeru manusia agar beriman kepada Allah, Tuhan semesta alam. Inilah inti dakwah Rasulullah dan para nabi dan rasul Sejak Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya [21]: 25)

Ini dikuatkan dengan firman-Nya,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl [16]: 36)

4)      Kalimat Tauhid dan Istigfar.

رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّاٰتِنَا

“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami,”

Setelah mengucapkan kalimat tauhid dengan pernyataan “Kami beriman kepada tuhan kamu” atau dengan pernyataan “لا اله الا الله  “ maka mereka meminta ampun atas segala dosa mereka.

Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْ

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad [47]: 19)

Ini dikuatkan dengan firman-Nya,

اَلَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اِنَّنَآ اٰمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِۚ

“(Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-Imran [3]: 16)

Kedua ayat di atas juga menyebutkan bahwa setelah pernyataan iman dan tauhid, mereka memohon untuk diampuni dosa mereka. Dari sini menjadi jelas hubungan yang sangat erat antara tauhid dan istigfar.

Para tukang sihir Firaun, setelah mereka bertaubat kepada Allah dan beriman kepada Nabi Musa. Maka ucapan pertama kali yang mereka ucapkan di hadapan Firaun adalah kalimat tauhid dan istigfar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اِنَّآ اٰمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطٰيٰنَا وَمَآ اَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِۗ وَاللّٰهُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى

“Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).” (QS. Taha [20]: 73)

Pelajaran (3) : Tiga permohonan.

Di dalam ayat ini terdapat tiga permohonan kepada Allah.

Pertama, memohon ampun atas dosa-dosa yang pernah mereka lakukan selama ini

رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا

Ya tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami.”

Berhubungan dengan permohonan pertama ini terdapat beberapa poin yang terkait dengannya.

a)      Istigfar dari dosa, artinya memohon kepada Allah agar semua dosanya di hapus, tanpa bekas.

b)      Yang dimaksud dosa di sini adalah dosa besar yang terdapat ancaman sanksi dalam

Al-Qur’an dan sunnah, berzina, membunuh dan mencuri.

c)      Sebagian berpendapat bahwa yang dimaksud dosa besar disini adalah dosa antara manusia dengan Allah.

Kedua, memohon agar dosa-dosanya ditutupi oleh Allah dan tidak ditampakkan pada hari kiamat di depan banyak orang.

وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّاٰتِنَا

 

“dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami,”

 

Berhubungan dengan kedua ini, terdapat beberapa poin yang terkait dengannya,

 

a)       Makna “كَفِّر”adalah tutupilah. Orang kafir adalah orang yang menutupi kebenaran.

b)      Yang dimaksud kesalahan di sini adalah kesalahan dalam bentuk dosa kecil.

c)       Sebagian menyatakan yang dimaksud “kesalahan” di sini adalah kesalahan yang dilakukan manusia terhadap manusia yang lain, maka permohonannya adalah minta ditutupi.

 

Ketiga,  agar diwafatkan bersama dengan orang-orang yang baik.

وَتَوَفَّنَا مَعَ الْاَبْرَارِۚ

“dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.”

 

a)       Kata ( الْاَبْرَار) mengandung makna sesuatu yang luas yaitu orang-orang yang kebaikannya sangat luas dan banyak. Merekalah para nabi dan orang-orang shalih.

b)      Doa seperti ini juga diucapkan oleh Nabi Yusuf. Beliau memohon agar dimaatkan dalam keadaan muslim dan digabungkan bersama orang-orang yang shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

رَبِّ قَدْ اٰتَيْتَنِيْ مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِيْ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۚ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنْتَ وَلِيّٖ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۚ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ

“Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.”  (QS. Yusuf [12] : 101)

 

c)       Begitu juga Nabi Sulaiman memohon agar dimasukkan ke dalam orang-orang yang salih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ

“Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. An-Naml [27]: 19)

d)      Ini juga menunjukkan bahwa seorang muslim tidak bisa mempertahankan keimanannya secara lebih maksimal, kalau hanya hidup sendiri tanpa bergaul dan bergabung dengan orang-orang shalih lainnya. Ini juga sesuai dengan salah satu makna dari kata ‘al-insan’ yaitu ‘anis’ yang berarti selalu cenderung untuk bergaul dengan yang lain.

e)       Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering disebut di dalam al-Qur’an bersama sahabat-sahabatnya, diantaranya dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

 “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS Al-Fath: 29)

Juga dalam firman-Nya,

حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS Al-Baqarah: 214)

f)        Pada hari kiamat orang-orang beriman akan dimasukkan ke dalam surga secara rombongan, sebagaimana dalam firman-Nya,

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka para penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya" .” (QS. Az-Zumar: 73)

Pelajaran (4) : Memohon apa yang dijanjikan para rasul.

رَبَّنَا وَاٰتِنَا مَا وَعَدْتَّنَا عَلٰى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ

“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sungguh, Engkau tidak pernah mengingkari janji.” (QS. Ali-Imran [3]: 194)

1)      Ini adalah doa lanjutan dari doa Ulul Albab sebelumnya. Kali ini mereka berdoa agar diberikan apa yang dijanjikan kepada rasul, yaitu kemenangan terhadap musuh-musuhnya, hidup bahagia di dunia dan masuk surga di akhirat. Mereka juga memohon agar tidak dihinkan pada hari kiamat.

 

2)      Janji Allah kepada orang-orang beriman di dunia adalah berkuasa di bumi, dan diperkuat agama mereka sera diberiakn rasa aman dalam hidup. Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur [24]: 55)

3)      Allah menjanjikan kepada orang-orang beriman di akhirat bahwa mereka akan masuk surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai dan akan mendapat ridha dari Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَعَدَ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍ ۗوَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah [9]: 72)

 

4)      Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. janji kepada para Rasul-Nya dan janji kepada orang-orang beriman. Diantara dalil-dalilnya adalah,

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

رَبَّنَآ اِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ

 ”Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.” Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.” ( QS. Ali-Imran [3]: 9)

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

وَعْدَ اللّٰهِ ۗ لَا يُخْلِفُ اللّٰهُ وَعْدَهٗ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

“(Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum [30]: 6)

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

يٰاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ

“Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Fathir [35]: 5)

 

Pelajaran (5) : Allah mengabulkan doa.

 

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ ۚ فَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَاُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاُوْذُوْا فِيْ سَبِيْلِيْ وَقٰتَلُوْا وَقُتِلُوْا لَاُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاُدْخِلَنَّهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ ثَوَابًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الثَّوَابِ

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.”(QS. Ali-Imran [3]: 195)

 

1)      Allah mengabulkan doa para Ulul Albab dengan segera dan memperkenankan permohonan mereka dengan cepat. Rahasia dikabulkan doa mereka telah dijelaskan oleh Allah langsung dengan firman-Nya,

 

اَنِّيْ لَااُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ

“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan,”

 

Ayat di atas menyebutkan selain berdoa kepada Allah, ternayat para Ulul Albab juga rajin dan secara sungguh-sungguh serta terus menerus beramal salih baik laki-laki amaupun perempuan.

 

2)      Rahasia dikabulkannya doa para Ulul Albab pada ayat ini. Dikuatkan dengan firman Allah di dalam surah Al-Anbiya,

فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ

“Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya [21]: 90)

 

Dalam surah Al-Anbiya ini Allah menjelaskan rahasia dikabulkannya doa para nabi, diantaranya,

a)      Mereka bersegera mengerjakan amal shalih dan kebaikan-kebaikan. Hal ini juga disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 195.

b)      Mereka berdoa kepada Allah seraya mebgharap rahmat-Nya dan takut dengan azab-Nya.

Hal ini juga disebutkan dalam surah Ali-Imran ayat 192-194.

c)      Mereka khusyuk dalam berdoa.

 

3)      Ayat di atas (QS. Ali-Imran [3]: 195) menyebutan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan amal salih dari laki-laki dan perempuan. Ini dikuatkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. An_Nahl [16]: 97)

 

4)      Dalam hadiits Ummu Salamah disebutkan bahwa beliau berkata, “ Wahai Rasulullah, saya tidak mendengar Alla menyebut kaum wanita dalam masalah hijrah.” Lalu Allah menurunkan ayat ini,

 

اَنِّيْ لَااُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ

“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan,”

 

Pelajaran (6) : Berhijrah dan berjihad.

 

فَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَاُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاُوْذُوْا فِيْ سَبِيْلِيْ وَقٰتَلُوْا وَقُتِلُوْا

 

“Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh,”

 

1)      Kemudian Allah dalam ayat ini menyebutkan beberapa amal shalih yang telah dikerjakan sebagian kaum muslimin, terutama para muhajirin yang dahulu tinggal di Mekkah. Mereka melakukan tahapan-tahapan amal yang disebut pada ayat di atas diantaranya,

 

a)      Berhijrah dari Mekkah ke Madinah atau dari Mekkah ke Habasyah. Hal itu mereka lakukan karena mendapat tekanan dan siksaan dari orang-orang kafir Quraisy.

b)      Mereka diusir dari kampung halaman mereka hanya karena mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman di dalam surah Al-Hajj,

الَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ اِلَّآ اَنْ يَّقُوْلُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ۗوَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ كَثِيْرًاۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ

“(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa.” (QS. Al-Hajj [22] : 40)

 

c)      Mereka disakiti karena berjalan di atas jalan Allah. Mereka disiksa seperti Bilal bin Rabah dan Amar bin Yasir. Mereka dirampas hartanya, seperti Shuhaib Ar-Rumi dan lainnya.

d)      Mereka berperang dan yang terbunuh di jalan Allah, seperti Hamzah bin Abdul Muthalb, Mushab bin Umer, Abdulah bin Amr bin Harun dan 70 Syuhada dari kaum Anshar. Mereka terbunuh dalam Perang Uhud.

 

2)      Balasan amal mereka tersebut dalam firman-Nya,

لَاُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاُدْخِلَنَّهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ

“pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, “

Balasan bagi mereka yang berhijrah, diusir, disakiti, berperang dan terbunuh di jalan Allah adalah, dihapus kesalahan-kesalahan mereka dan dimasukkan ke dalam surga-Nya yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Kemudian ayat ini ditutup dengan firman,

ثَوَابًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الثَّوَابِ

“sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.”

 

****

 

Jakarta, kamis 14 April 2022.

 

KARYA TULIS