Karya Tulis
508 Hits

Tafsir An-Najah (QS.3:196-199) Bab ke-197 Jangan Terpedaya


Jangan Terpedaya

لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى الْبِلَادِۗ – ١٩٦

“Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri.” (QS. Ali-Imran [3]: 196)

Pelajaraan (1): Kebebasaan Bergerak

1)      Setelah menjelaskan pahala besar disisi allah berupa surga dengan segala isinya, bagi orang-orang beriman dan berama saleh. Maka pada ayat ini Allah mengingatkan nabi-Nya dan umat Islam secara umum agar tidak terpedaya dengan kebebasaan orang-orang kafir bergerak di negeri-negeri. Karena mereka sedang berkuasa dan memiliki kekayaan yang melimpah, sehingga mereka bebas berkelana di muka bumi dan bersenang-senang dengannya.

Pelajaaran (2): Kenikmataan Sesaat.

مَتَاعٌ قَلِيْلٌ ۗ ثُمَّ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۗوَبِئْسَ الْمِهَادُ

“Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal.” (QS. Ali-Imran [3]: 197)

1)      Dalam ayat ini, Allah memberikan alasan kenapa melarang orang-orang beriman terpedaya dengan kebebasan orang-orang kafir, karena kebebasaan dan kesenangan yang mereka dapatkan itu sifat nya hanya sementara dan sedikit jika dibandingkan dengan kenikmataan surga yang dijanjikan Allah kepada orang-orang beriman.

2)      Setelah orang-orang kafir tersebut menikmati kesenangan dunia yang sedikit dan sementara itu, mereka akan mati dan dimasukan ke dalam neraka jahaman.

3)      Beberapa ayat Al-Qur’an yang menyangkut ayat ini, diantaranya,

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

..قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيْلًا ۖاِنَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِ

“Katakanlah, “Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka.” (QS. az-Zumar [39]: 8)

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

كُلُوْا وَتَمَتَّعُوْا قَلِيْلًا اِنَّكُمْ مُّجْرِمُوْنَ

“(Katakan kepada orang-orang kafir), “Makan dan bersenang-senanglah kamu (di dunia) sebentar, sesungguhnya kamu orang-orang durhaka!” (QS. Al-Mursalat [77]: 46)

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

..وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْنَ وَيَأْكُلُوْنَ كَمَا تَأْكُلُ الْاَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ

“Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka.” (QS. Muhammad [47]: 12)

4)      Sebagain ulama berpendapat bahwa orang-orang kafir itu sebenarnya tidak merasakan nikmat di dunia, karena hakikatnya nikmat adalah dijauhkan dari marabahaya dalam jangka pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan mereka hanya menikmati kesenangan tersebut dalam jangka waktu yang pendek dan sementara. Sedangkan di akhirat mereka akan disiksa.

5)      Sebagian yang lain mempermisalkan kehidupan orang kafir, seperti seorang yang memberikan madu kepada orang lain, tetapi madu itu dicampur dengan racun, tidak dikatakan orang itu menikmati madu, karena madu itu akan membawanya kepada kematian.

6)      Kesenangan yang sedikit (مَتَاعٌ قَلِيْلٌ) juga bisa diartikan bahwa kesenangan yang dinikmati orang kafir di dunia hanya sedikit dan sementara, sebagai contoh: jika orang kafir makan makanan yang sangat enak dan yang harganya mahal, di hanya merasakan enaknya ketika makanan itu berada di mulut dan tenggorokannya, ketika sudah masuk ke dalam perut, kenikmatan itu sudah lenyap. Kenikmatan makanan hanya berlangsung beberapa menit atau beberapa detik saja.

Bahkan jika dia makan kebanyakan atau makan sesuatu yang bisa menyebabkan sakit perut, yang di dapatkan bukan kenikmatan, tetapi bahaya dan kemudharatan.

Begitu juga yang terjadi pada kenikmatan-kenikmatan dunia lainya seperti wanita, tahta, dan harta. Sifatnya hanya sementara.

7)      Maka disini perlu diulangi pernyataan Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Berkata Umar bin Abdul Aziz :

والفكرة في نعم الله أفضل العبادة.

 “ Merenungi nikmat Allah adalah sebaik-baik bentuk Ibadah . “

  1. Suatu ketika Umar bin Abdul Aziz menangis, maka para sahabatnya bertanya tentang penyebabnya, maka beliau menjawab : “ Saya merenungi tentang dunia dan kenikmatan dan syahwatnya, maka saya mendapatkan pelajaran darinya, yaitu ketika syahwat dunia sudah terpenuhi, maka muncullah kepahitannya. Maka jika hal ini tidak bisa menjadikan pelajaran bagi seseorang, paling tidak sebagi peringatan bagi yang ingat mengingat. “    

 

Pelajaran (3): Perbandingan Dua Golongan

لٰكِنِ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا نُزُلًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّلْاَبْرَارِ

“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka akan mendapat surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya sebagai karunia dari Allah. Dan apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.” (QS. Ali-Imran [3]: 198)

1)      Salah satu metode penyampaian dalam Al-Qur’an adalah menyebutkan sesuatu kemudian menyebutkan sesudahnya sesuatu yang berlawanan dengan sebelumnya, atau membandingkan antara dua golongan manusia, golongan orang-orang kafir dan golongan orang-orang beriman.

2)      Setelah menyebutkan keadaan orang-orang kafir yang diberikan kepada mereka kenikmatan sementara di dunia dan berakhir dengan kesengsaraan mereka di akhirat. Maka pada ayat ini, Alalh menyebutkan keadaan orang-orang bertaqwa bahwa mereka kan mendapatkan kenikmatan abadi di akhirat berupa surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai.

3)      Perbandingan tentang keadaan dua golongan di atas sengaja disajikan oleh Allah di dalam al-Qur’an agar setiap orang beriman yang membaca Al-Qur’an bisa berpikir dan merenung, kemudian menentukan pilihannya untuk bergabung kepada salah satu golongan yang disebutkkan. Seseorang yang mempunyai hati yang bersih dan pikiran yang jernih pasti akan memilih bergabung kepada golongan orang-orang yang bertaqwa.

4)      Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan hal-hal yang serupa dengan ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya, diantaranya,

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, diawal surah Ali-Imran ayat 14 dan 15

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَه حُسْنُ الْمَاٰبِ

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali-Imran [3]: 14)

 

Ayat ini menjelaskan kenikmatan dunia yang dimiliki oleh orang-orang kafir. Kemudian setelah itu, Allah menyebutkan kenikmatan akhirat yang hanya diberikan kepada orang-orang bertaqwa.

 قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ

“Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali-Imran [3]: 15)

 

Dari sini bisa dikatakan bahwa Allah mengawali surah Ali-Imran dengan perbandingan antara dua kenikmatan, kemudian allah menutup surah Ali-Imran dengan perbandingan antara dua kenikmatan juga.

      Tujuannya agar orang-orang beriman memiliki kenikmatan abadi di surga-Nya dari pada kenikmatan dunia yang sifatnya sementara dan sedikit.

 

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam (QS.Az-Zumar 71-75). Allah membandingkan antara orang-orang kafir yang digiring ke dalam neraka jahanam secara berombongan dan orang-orang bertaqwa yang digiring ke surga secara berombong juga.

c)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam (QS.Al-Mursalat 28-44). Allah membandingkan keadaan orang-orang yang mendustakan kebenaran pada hari kiamat dengan keadaan orang-orang yang bertaqwa.

 

Tentunya masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menyajikan perbandingan antara dua golongan tersebut. Contoh-contoh di atas cukup mewakilinya.

 

Pelajaran (4): Ahlul Kitab yang Beriman

وَاِنَّ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَمَنْ يُّؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ خٰشِعِيْنَ لِلّٰهِ ۙ لَا يَشْتَرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

“Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu, dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali-Imran [3]: 199)

1)      Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah mengancam perbuataan-perbuataan ahlul kitab yang mendustakan kedatangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, menyembunyikan kebenaran dan menghina Allah dan rasul-Nya. Pada ayat ini, Allah menyebutkan bahwa terdapat sebagian ahlul kitab yang beriman kepada Allah dan kepada kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (Al-Qur’an) dan kitab suci yang diturunkan kepada mereka (Taurat dan Injil) mereka jujur dan tulus, tidak menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit.

2)      Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Raja An-Najasyi Asmahah yang masuk Islam secara tidak terus terang, kemudian ketika meninggal dunia malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kemudian beliau bersabda kepada para sahabatnya,

إنَّ أخًا لَكُمْ قدْ ماتَ، فَقُومُوا فَصَلُّوا عليه

Sesungguhnya saudara kalian telah meninggal, karena berdirilah kalian (untuk shalat gaib) atasnya” (HR. Muslim)

3)      Terdapat beberapa ayat yang mirip kandungannya dengan ayat di atas (QS.Ali-Imran: 199) diantaranya,

a)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِهٖ هُمْ بِهٖ يُؤْمِنُوْنَ ٥٢

وَاِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِهٖٓ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّنَآ اِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهٖ مُسْلِمِيْنَ ٥٣

اُولٰۤىِٕكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوْا وَيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ٥٤

“Orang-orang yang telah Kami anugerahkan kepada mereka Alkitab sebelum Al-Qur’an, mereka beriman (pula) kepadanya (Al-Qur’an).

Apabila (Al-Qur’an) dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Kami beriman kepadanya. Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sesungguhnya sebelum ini kami adalah orang-orang muslim. Mereka itu diberi pahala dua kali (pahala beriman pada Taurat dan Al-Qur’an) disebabkan kesabaran mereka. Mereka menolak kejahatan dengan kebaikan dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Qashash [28]: 52-54)

 

b)      Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ وَلَتَجِدَنَّ اَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَانًا وَّاَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ ۔ ٨٢

فَاَثَابَهُمُ اللّٰهُ بِمَا قَالُوْا جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْمُحْسِنِيْنَ ٨٥

وَمَا لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَمَا جَاۤءَنَا مِنَ الْحَقِّۙ وَنَطْمَعُ اَنْ يُّدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصّٰلِحِيْنَ ٨٤

وَاِذَا سَمِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَى الرَّسُوْلِ تَرٰٓى اَعْيُنَهُمْ تَفِيْضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوْا مِنَ الْحَقِّۚ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اٰمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ ٨٣

“Pasti akan engkau dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Pasti akan engkau dapati pula orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Hal itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan diri. Apabila mereka mendengar sesuatu (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul (Nabi Muhammad), engkau melihat mata mereka bercucuran air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri). Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah beriman. Maka, catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad). Mengapa kami tidak beriman kepada Allah dan kebenaran yang telah datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami bersama kaum yang saleh?” Maka, Allah memberi pahala kepada mereka atas sesuatu yang telah mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al-Maidah [5]: 82-85)

 

      Sifat-sifat yang disebutkan dalam tiga ayat ersebut (QS. Ali Imran 82-85, Al-Qashash 52-54, Al-Maidah 82-85). Pada diri orang Yahudi, tetapi jumlahnya sangat sedikit, seperti Abdullah bin Salam dan beberapa temannya yang jumlahnya tidak sampai sepuluh orang. Sedangkan di kalangan orang-orang Nashrani terdapat banyak orang yang mendapatkan petunjuk dan nasihat-nasihat kebenaran Islam, termasuk di dalamnya Raja Najasyi.

4)      Di dalam hadits Abu Musa Al-Asya’ari bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ  الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَأَدْرَكَ النَّبِيَّ, فَآمَنَ بِهِ وَاتَّبَعَهُ وَصَدَّقَهُ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَعَبْدٌ مَمْلُوْكٌ أَدَّى حَقَّ اللهِ تَعَالَى وَحَقَّ سَيِّدِهِ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَرَجُلٌ كَانَتْ لَهُ أَمَةٌ فَغَذَاهَا فَأَحْسَنَ غِذَاءَهَا ثُمَّ أَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ أَدَبَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا وَتَزَوَّجَهَا فَلَهُ أَجْرَانِ

“Tiga orang yang mereka diberi pahala dua kali: (1) Seorang ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan mendapati Nabi (Muhammad) Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu beriman kepada beliau, mengikutinya, dan memercayainya, maka dia mendapatkan dua pahala; (2) budak sahaya yang menunaikan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap tuannya, ia mendapatkan dua pahala; dan (3) seseorang yang memiliki budak perempuan lalu memberinya makan dan bagus dalam hal memberi makannya, kemudian mendidiknya dan bagus dalam mendidiknya, lalu dia memerdekakannya dan menikahinya, maka dia mendapat dua pahala.” (HR. al-Bukhari no. 3011 dan Muslim dalam Kitabul Iman, dan hadits ini lafadz Muslim)

***

Jakarta, Kamis 14 April 2022

 

KARYA TULIS