Tafsir An-Najah (Qs. 4: 77) Bab 229 Ingin Hidup Lebih Lama
Ingin Hidup Lebih Lama
(Ayat 77)
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ كُفُّوْٓا اَيْدِيَكُمْ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۚ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ اِذَا فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّٰهِ اَوْ اَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَۚ لَوْلَآ اَخَّرْتَنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۗ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ
وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا
“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ‘Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat!’ Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu). Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?’Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizhalimi sedikit pun’.”
(Qs. an-Nisa’: 77)
Pelajaran (1) Sebab Turunnya Ayat
(1) Para ulama berbeda pendapat tentang sebab turunnya ayat ini atau kepada siapa ayat ini ditujukan.
(a) Pendapat pertama, mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang munafik. Karena ayat-ayat sebelumnya juga berbicara tentang orang-orang munafik yang tidak mau ikut berjihad di jalan Allah, karena mereka takut mati.
(b) Pendapat kedua, mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan beberapa sahabat, diantaranya ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang mendatangi Rasulullah ﷺ, sewaktu masih di Mekkah meminta izin untuk memerangi orang-orang musyrik Mekkah. Rasulullah ﷺ menjawab, “Saya diperintahkan untuk memaafkan orang kafir, maka janganlah kalian memerangi mereka (saat ini).” Ketika Allah memindahkan mereka ke Madinah, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk berperang, tetapi justru mereka menahan diri dan tidak mau berperang.
Pendapat pertama lebih sesuai dengan konteks ayat dan kandungannya yang menggambarkan sifat-sifat orang munafik. Adapun pendapat kedua kurang tepat dengan kandungan ayat karena para sahabat, apalagi ‘Abdurrahman bin ‘Auf jauh dari sifat-sifat yang digambarkan dalam ayat ini.
Pelajaran (2) Tahan Tangan Kalian
(1) Firman-Nya,
كُفُّوْٓا اَيْدِيَكُمْ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۚ
“Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat!”
Ayat ini menunjukkan perintah untuk menahan diri dari berperang melawan orang-orang kafir, karena waktu di Mekkah, umat Islam jumlahnya sangat sedikit dan masing dalam keadaan lemah. Yang paling tepat dalam leadaan seperti ini adalah menegakkan salat dan menunaikan zakat, berbuat baik kepada orang lain, menjalin silaturrahmi dan lain-lain.
(2) Firman-Nya,
فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ اِذَا فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّٰهِ اَوْ اَشَدَّ خَشْيَةً
“Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu).”
(a) Ketika kaum muslimin sudah berada di Madinah, maka turunlah perintah untuk berperang. Tetapi justru sebagian dari mereka yang dulu waktu di Mekkah semangat untuk berperang, tiba-tiba berat melaksanakannya karena takut kepada orang-orang kafir Quraisy. Atau bisa dikatakan bahwa yang dimaksud sebagian dari mereka adalah orang-orang munafik di Madinah, yang sebelum turun kewajiban perang, mereka semangat untuk meminta berperang. Tetapi ketika perintah perang turun, mereka tidak mau ikut berperang karena takut.
(b) Adapun yang dimaksud (manusia) pada ayat di atas adalah orang-prang kafir Quraisy. Jadi orang-orang munafik atau orang-orang yang lemah imannya sangat takut berperang melawan orang-orang kafir Quraisy sebagaimana takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut lagi.
Pelajaran (3) Ingin Hidup Lebih Lama
وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَۚ لَوْلَآ اَخَّرْتَنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۗ
“Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?’”
(1) Ini adalah perkataan orang-orang munafik atau orang-orang yang lemah imannya. Mereka belum siap berperang, karena merasa nyaman dengan kehidupan dunia. Biasanya orang-orang yang sudah merasa nyaman dengan kehidupan dunia akan berasa berat untuk meninggalkan kenyamanan tersebut. Oleh karenanya, mereka tidak siap untuk berperang di jalan Allah, mengorbankan harta dan jiwanya. Mereka ingin agar kewajiban berperang tersebut diundur barang sebulan, agar mereka merasa puas dahulu menikmati kesenangan dunia ini, tetapi sampai kapan?
(2) Tidak ada yang tahu jawabannya. Tetapi yang jelas dunia ini tidak akan ada habisnya, kecuali kalau orang tersebut sudah mati atau terjadi hari kiamat. Maka selesailah dunia ini. Ini sesuai dengan hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ مِثْلَ وَادٍ مَالاً لأَحَبَّ أَنَّ لَهُ إِلَيْهِ مِثْلَهُ ، وَلاَ يَمْلأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. al-Bukhari)
Hadits di atas menunjukkan bahwa manusia tidak akan puas dengan dunia ini sampai dia mati.
(3) Dengan demikian, maksud orang-orang munafik meminta diundurnya kewajiban jihad sampai beberapa saat lagi adalah sampai mereka puas dengan dunia, yaitu ketika mereka sudah mati. Ini artinya mereka memohon agar kewajiban jihad atas mereka dihapus sama sekali.
Pelajaran (4) Kenikmatan yang Sedikit
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا
“Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizhalimi sedikit pun’.”
(1) Ayat ini merupakan jawaban atas permohonan orang-orang munafik agar kewajiban jihad diundur atau dihapus. Jawaban ini mengandung tiga hal, yaitu:
(a) Pertama, bahwa kesenangan yang ingin dinikmati orang-orang munafik dan orang-orang yang lemah imannya adalah kesenangan yang sedikit, walaupun terlihat banyak dalam pandangan mereka. Disebut sedikit karena tiga hal, yaitu:
- Sedkit dibanding dengan kenikamtan akhirat yang begitu banyak dan tidak terbatas.
- Sedikit karena sifatnya hanay sementara dan tidak langgeng.
- Sedikit karena setelahnya akan diganti dengan kepahitan, keletihan dan kepenatan, kesakitan, kebosanan dan hal-hal lain yang bertentangan dengan kenikmatan itu sendiri.
(b) Kedua, kenikmatan akhirat lebih baik bagi orang yang bertakwa. Hal ini juga diterangkan pada ayat-ayat lain, diantaranya:
- Firman Allah ﷻ,
وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا ۚوَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ
“Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti?” (Qs. al-Qashash: 60)
Ayat ini menunjukkan bahwa bagi orang yang berakal, akhirat lebih baik daripada dunia. Itu artinya orang yang bertakwa adalah orang yang paling berakal.
- Firman Allah ﷻ,
وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ
“Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.” (Qs. adh-Dhuha: 4)
- Firman Allah ﷻ,
وَقِيْلَ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا مَاذَآ اَنْزَلَ رَبُّكُمْ ۗقَالُوْا خَيْرًا ۚلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَلَدَارُ الْاٰخِرَةِ خَيْرٌ ۗوَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِيْنَۙ
“Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Kebaikan.” Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (Qs. an-Nahl: 30)
(c) Ketiga, mereka yaitu orang-orang munafik dan orang-orang yang bertakwa tidak akan d zhalimi oleh Allah sedikitpun. Barangsiapa yang berbuat baik, dia akan mendapat pahalanya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa yang berbuat jahat, maka Allah akan menghukumnya kecuali sesuai dengan kejahatannya.
***
Jakarta, Senin, 2 Mei 2022.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »