Tafsir An-Najah (Qs. 4: 80-82) Bab 231 Taat kepada Rasul
Taat kepada Rasul
(Ayat 80-82)
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ ۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗ
“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.”
(Qs. an-Nisa’: 80)
Pelajaran (1) Rasul untuk Ditaati
(1) Setelah pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dan barangsiapa yang taat kepada Rasulullah sesungguhnya dia telah taat kepada Allah yang mengutusnya.
(2) Di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «من أطاعني فقد أطاع الله، ومن عصاني فقد عصى الله، ومن يطع الأمير فقد أطاعني، ومن يعص الأمير فقد عصاني».
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu', “Siapa yang menaatiku, maka sungguh ia telah menaati Allah. Namun siapa yang mendurhakaiku, maka sungguh ia telah mendurhakai Allah. Siapa yang menaati pemimpinnya, maka ia telah menaatiku. Namun siapa yang mendurhakai pemimpinnya, maka ia telah mendurhakaiku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Pelajaran (2) Nabi Bukan Pemaksa
وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗ
“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.”
(1) Karena tugas Rasul hanyalah menyampaikan maka dia tidak punya kuasa terhadap orang yang enggan taat kepadanya. Dia bukanlah pemaksa atas orang. Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,
فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ ۞ لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ ۞
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” (Qs. al-Ghasyiyah: 21-22)
Juga dalam firman-Nya,
رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِكُمْ اِنْ يَّشَأْ يَرْحَمْكُمْ اَوْ اِنْ يَّشَأْ يُعَذِّبْكُمْۗ وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ وَكِيْلًا
“Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia akan memberi rahmat kepadamu, dan jika Dia menghendaki, pasti Dia akan mengazabmu. Dan Kami tidaklah mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi penjaga bagi mereka.” (Qs. al-Isra’: 54)
(2) Oleh karenanya, jika ada sebagian orang yang tidak mau taat kepada-Nya, hendaknya Nabi ﷺ tidak perlu bersedih dan risau, karena sudah bukan wewenang beliau lagi. Justru kalau sedih yang berlebihan karena memikirkan mereka yang berpaling, hal ini malah dilarang oleh Allah. Karena telah membebani diri sendiri dengan hal yang bukan menjadi kewajibannya lagi. Banyak ayat yang berisi teguran Allah kepada Nabi, karena bersedih memikirkan orang-orang yang berpaling dari dakwahnya. Diantaranya,
(a) Firman Allah ﷻ,
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا
“Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).” (Qs. al-Kahfi: 6)
(b) Firman Allah ﷻ,
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ اَلَّا يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ
“Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Mekah) tidak beriman.” (Qs. asy-Syu’ara: 3)
(c) Firman Allah ﷻ,
اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرٰتٍۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَصْنَعُوْنَ
“Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Qs. Fathir: 8)
Pelajaran (3) Berencana di Waktu Malam
وَيَقُوْلُوْنَ طَاعَةٌ ۖ فَاِذَا بَرَزُوْا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ غَيْرَ الَّذِيْ تَقُوْلُ ۗ وَاللّٰهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُوْنَ ۚ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا
“Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan, ‘(Kewajiban kami hanyalah) taat.’ Tetapi, apabila mereka telah pergi dari sisimu (Muhammad), sebagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah mencatat siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung.” (Qs. an-Nisa: 81)
(1) Ayat ini merupakan lanjutan ayat sebelumnya yaitu membalas sifat orang-orang munafik, diantaranya adalah jika mereka di depan Rasulullah mereka mengatakan taat, tetapi jika mereka berada di belakang Rasulullah, mereka berkata lain.
(2) Firman Allah ﷻ,
وَيَقُوْلُوْنَ طَاعَةٌ ۖ
“Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan, ‘(Kewajiban kami hanyalah) taat.”
Mereka mengatakan seperti itu dengan tujuan agar harta dan jiwanya terlindungi. Menurut al-Qurthubi, perkataan mereka ini tidak bermanfaat, karena tidak keluar dari hati yang paling dalam sehingga tidak dianggap orang yang taat secara benar.
(3) Firman-Nya,
فَاِذَا بَرَزُوْا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ غَيْرَ الَّذِيْ تَقُوْلُ ۗ
“Tetapi, apabila mereka telah pergi dari sisimu (Muhammad), sebagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi.”
Kata (بَرَزُوْا) dari kata (برز) yang artinya muncul setelah bersembunyi. Hal ini mengisyaratkan bahwa orang munafik menyembunyikan sesuatu yang tidak dinampakkan dalam hati mereka. Pada ayat ini maksudnya “apabila mereka keluar dari sisi Rasulullah.”
Kata (بَيَّتَ) artinya mengatur strategi di waktu malam, atau mengerjakan sesuatu di waktu malam. Dari kata ini, juga lahir kata (بيت) yang berrati rumah. Karena biasanya orang itu mengatur strategi di malam hari dan di dalam rumah.
Di dalam ayat lain disebutkan,
يَّسْتَخْفُوْنَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُوْنَ مِنَ اللّٰهِ وَهُوَ مَعَهُمْ اِذْ يُبَيِّتُوْنَ مَا لَا يَرْضٰى مِنَ الْقَوْلِ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطًا
“Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Ma-ha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Qs. an-Nisa’: 108)
Di dalam hadits disebutkan,
عَنْ حَفْصَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللَهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ رَوَاهُ الْخَمْسَةُ
“Barangsiapa yang tidak berniat puasa di malam hari sebelum terbitnya fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, an Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)
(4) Firman Allah ﷻ,
تَقُوْلُ ۗ وَاللّٰهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُوْنَ ۚ
“Allah mencatat siasat yang mereka atur di malam hari.”
Maksudnya bahwa Allah mencatat perbuatan mereka di dalam catatan amal mereka, yang nantinya akan di balas pada hari kiamat. Ini sekalinya mengandung ancaman atas mereka dan memberikan kabar kepada Nabi ﷺbahwa Allah membongkar rahasia-rahasia mereka selama ini.
(5) Firman Allah ﷻ,
فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا
“Maka berpalinglah dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung.”
Maksudnya berpalinglah dari mereka, tidak perlu menyebut nama mereka dan tidak pula menghukum mereka. Kemudian Allah memerintahkan Nabi untuk bertawakkal kepada Allah di dalam menhadapi siasat dan makarnya orang-orang munafik, karena cukup menjadi wakil di dalam menghadapi mereka.
Pelajaran (4) Tadabbur Al-Qur’an
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) al-Qur'an? Sekiranya (al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” (Qs. an-Nisa’: 82)
(1) Ayat ini mengecam orang-orang munafik dan siapa saja yang tidak mau mentadabburi al-Qur’an dan merenungi maknanya. Kata (تدبر) artinya merenungi dan kata dubur berarti belakang, maksudnya merenung akibat sesuatu di belakang sesuatu yang lain.
(2) Ayat ini juga dikuatkan oleh ayat-ayat lain, diantaranya:
(a) Firman-Nya,
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا
“Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci?” (Qs. Muhammad: 24)
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang tidak mau mentadabburi al-Qur’an di tutup hatinya oleh Allah. Atau dikatakan bahwa tadabbur al-Qur’an menyebabkan hati akan dibukakan oleh Allah dan diberikan ketenangan di dalamnya.
(b) Firman-Nya,
اَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ اَمْ جَاۤءَهُمْ مَّا لَمْ يَأْتِ اٰبَاۤءَهُمُ الْاَوَّلِيْنَ ۖ
“Maka tidakkah mereka menghayati firman (Allah), atau adakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka terdahulu?” (Qs. al-Mukminun’: 68)
(c) Firman-Nya,
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ
“Kitab (al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (Qs. Shad: 29)
Ayat di atas menunjukkan bahwa salah satu tujuan di turunkannya al-Qur’an adalah untuk direnungi dan ditadabburi ayat-ayat-Nya.
(3) Tidak ada pertentangan di dalam al-Qur’an.
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
“Sekiranya (al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”
Ayat ini mempunyai dua makna dengan sebelumnya.
(a) Allah memerintahkan untuk merenungi dan mentadabburi al-Qur’an karena di dalamnya tidak ada pertentangan antara ayat satu dengan ayat lainnya.
(b) Salah satu hasil tadabbur al-Qur’an adalah tidak didapatkan pertentangan antara satu ayat dengan ayat lainnya. Justru yang di dapat adalah antara ayat ayat tersebut, keindahan susunan dan maknanya, kehebatan gaya bahasanya.
Ibnu Katsir menegaskan bahwa seandainya al-Qur’an ini adalah buatan Muhammad sebagaimana yang dituduhkan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik.
***
Jakarta, Selasa, 3 Mei 2022.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »