Karya Tulis
451 Hits

Tafsir An-Najah QS.4:156-159 BAB 268 Kisah Pembunuhan Nabi Isa


Tafsir An-Najah (QS. An-Nisa[4]: 156-159)

BAB 268

Kisah Pembunuhan Nabi Isa

 

وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلٰى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًاۙ

“(Kami juga menghukum mereka) karena kekufuran mereka dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan tuduhan palsu lagi sangat keji.” (QS. An-Nisa’[4]: 156)

 

Pelajaran (1) : Tuduhan Keji kepada Maryam.

Ayat ini menyebutkan dua kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, jika digabungkan dengan kejahatan dan pelanggaran yang disebutkan ayat sebelumnya, berati terdapat enam pelanggaran:

Kelima: Merekan mengkufuri kenabian Isa bin Maryam Alaihi Salam

وَبِكُفْرِهِمْ

  1. Pada ayat ini adalah kekafiran mereka kepada kenabian Isa bin Maryam. Jadi, kata  وَبِكُفْرِهِمْ     

Berbeda dengan kata  بِكُفْرِهِمْ pada ayat sebelumnya.

Kafir: pada ayat sebelumnya berati kekafiran secara umum, sedangkan pada ayat ini adalah kekafiran kepada Nabi Isa bin Maryam. Memang orang-orang Yahudi hanya mengakui kenabian Musa Alaihi Salam saja, tetapi mengkafiri kenabian Isa dan kenabian Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

 

Keenam: Mereka menuduh Maryam binti Imran, ibunya Nabi Isa dengan tuduhan yang keji:

 

وَقَوْلِهِمْ عَلٰى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًاۙ

Kata (بُهْتَانًا) artinya kebohongan nyata, yang sangat jauh dari kebenaran dan tuduhan yang membuat tertuduh kaget dan bingung, karena sangat tidak masuk akal.

Tuduhan orang-orang Yahudi kepada Maryam adalah tuduhan yang sangat keji, karena mereka menuduh Maryam berzina dengan laki-laki shaleh yang bernama Yusuf An-Najjar sehingga hamil dan melahirkan Nabi Isa Alaihi Salam.

Tuduhan keji ini tersebut di dalam surat Maryam,

فَاَتَتْ بِهٖ قَوْمَهَا تَحْمِلُهٗ ۗقَالُوْا يٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًٔا فَرِيًّا يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ بَغِيًّا ۖ

“Dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam, sungguh, engkau benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Wahai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu bukan seorang yang berperangai buruk dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”(QS. Maryam[19]: 27-28)

 

Pelajaran (2): Pembunuhan Nabi Isa

وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ

“(Kami menghukum pula mereka) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.” (QS. An-Nisa’[4]: 157)

1)      Ini adalah pelanggaran yang ketujuh yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Mereka mengatakan telah membunuh Nabi Isa bin Maryam.

Nabi Isa disebut (الْمَسِيْحَ) yang artinya mengusap, karena dua sebab:

  1. Nabi Isa sering melakukan perjalanan di muka bumi. Berjalan di muka bumi dianggap seperti mengusap bumi dengan kaki.

Hal ini di sebutkan di dalam surat Maryam,

وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ

“Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada.”(QS. Maryam[19]: 31)

 

2)      Pengakuan orang-orang Yahudi  bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa, adalah pengakuan yang disertai dengan perasaan bangga yang berlebihan. Dan disertai perasaan sombong dan angkuh. Hal ini menunjukkan betapa jahat hati mereka, merasa bangga bisa membunuh seorang Nabi.

3)      Kata (رَسُوْلَ اللّٰهِۚ) dalam ayat ini adalah perkataan orang-orang Yahudi untuk mengejek dan mengolok-ngolok Nabi Isa:

Ini seperti perkataan Fir’aun kepada Nabi Musa Alaihi Salam sebagaimana yang di sebutkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

قَالَ اِنَّ رَسُوْلَكُمُ الَّذِيْٓ اُرْسِلَ اِلَيْكُمْ لَمَجْنُوْنٌ

“Dia (Fir‘aun) berkata, “Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepadamu benar-benar gila.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 27)

 

Ini juga seperti perkataan orang-orang yang musyrik kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagaimana yang tersebut di dalam firman Allah Subhanhu wa Ta’ala:

وَقَالُوْا يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْ نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ اِنَّكَ لَمَجْنُوْنٌ ۗ

“Mereka berkata, “Wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qur’an, sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) benar-benar orang gila.” (QS. Al-Hijr[15]: 6)

 

Bisa juga kata (رَسُوْلَ اللّٰهِۚ) adalah pernyataan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai pembelaan kepada Nabi Isa atas apa yang mereka tuduhkan kepadanya.

Ini seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menceritakan perkataan orang-orang musyrik tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُۙ

“Jika kamu menanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,” pastilah mereka akan menjawab, “Yang menciptakannya adalah Zat Yang Maha perkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS. Az-Zukhruf[43]: 9)

 

Pelajaran (3): Diserupakan dengan Nabi Isa

وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ

” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang menurut mereka menyerupai (Isa).” (QS. An-Nisa’[4]: 157)

 

1)      Penggalan ayat ini menunjukkan bantahan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang  Yahudi yang mengakui telah membunuh Nabi Isa, tetapi faktanya mereka tidak bisa membunuhnya dan pembunuhan itu tidak terjadi bahkan meeka tidak menyalibnya juga. Teryata yang  mereka bunuh dan juga salib bukanlah Nabi Isa, tetapi orang lain yang wajahnya dimiripkan dengan wajah Nabi Isa. Mereka menyangka orang tersebut adalah Nabi Isa, padahal bukan.

 

2)      Siapa yang diserupakan dengan Nabi Isa?

Terdapat tiga pendapat:

  1. Dia adalah Yudas Iskariot, salah satu murid Nabi Isa yang berkhianat dan menjadi mata-mata musuh.
  2. Dia adalah salah satu murid Nabi Isa yang bersedia untuk diserupakan dengan Nabi Isa atas permintaan Nabi Isa sendiri dan dijanjikan masuk surga bersama Nabi Isa.
  3. Dia adalah salah satu tentara Romawi atau salah satu orang Yahudi yang paling benci dengan Nabi Isa.

Rincian masalah ini sudah dijelaskan di dalam Tafsir surah Ali-Imran ayat 55.

 

Pelajaran (4) : Mereka Berselisih dan Tidak Punya Ilmu

وَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ

“Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya (pembunuhan Isa), selalu dalam keragu-raguan terhadapnya.” (QS. An-Nisa’[4]: 157)

 

1)      Ahlul Kitab berselisih pendapat tentang Nabi Isa. Pendapat tersebut sangat banyak dan beragam, di antara pendapat tersebut:

  1. Sebagian dari mereka merasa telah membunuh dan menyalib Nabi Isa.
  2. Diantara mereka ada yang bertanya, kalau kita telah membunuh Nabi Isa, terus di mana teman kita (maksudnya Yudas yang menjadi mata-mata) kalau yang kita bunuh adalah Yudas, terus di mana Isa?
  3. Sebagian mereka mengatakan wajah orang yang kita bunuh adalah wajah Isa dan tetapi badannya adalah badan Yudas.

 

2)      Mereka tidak mempunyai Ilmu

-          Mereka para Ahlul Kitab tidak mempunyai ilmu sama sekali tentang hakikat Nabi Isa dan hakikat pembunuhannya. Ilmu adalah pengetahuan yang sesuai dengan fakta

-          Mereka hannya mengikuti perasangka saja, dan tidak mempunyai ilmu yang pasti.

-          Pada ayat ini di sebutkan tiga tingkatan pengetahuan:

  1. (الشك) keraguan atau ragu-ragu

Yaitu, antara mengetahui dan tidak mengetahui perbandingan sama (50% dan 50 %)

  1. (الظن) prasangka

Yaitu adanya pengetahuan lebih dominan dari ketidaktahuannya, tetapi tidak sampai taraf yakin.

  1. (اليقين) Yakin

Yaitu pengetahuan yang menancap dalam hati setelah penelitian dan perenungan yang panjang, sehingga menghilangkan segala bentuk keragu-raguan dan prasangka, dan hati menjadi tenang dengannya.

 

-  Yakin mempunyai tida tingkatan:

  1. Ilmu yakin
  2. ‘Ainul yakin
  3. Haqqul yakin

-   Yakin: hakikat, pengertian, tingkatan, dan manfaatnya, telah penulis jelaskan secara lebih rinci di dalam buku “13 Jalan Pensucian Jiwa”

 

Pelajaran (5): Pengangkatan Nabi Isa

بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

“Akan tetapi, Allah telah mengangkatnya (Isa) ke hadirat-Nya. Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS. An-Nisa’[4]: 158)

1)      Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Isa telah di angkat Allah Subhanahu wa Ta’ala ke langit di tempat yang terhormat di sisi-Nya.

Mayoritas Ulama berpendapat bahwa Nabi Isa di angkat ke langit dalam keadaaan hidup dengan ruh dan jasadnya.

Masalah ini sudah dijelaskan dalam penafsiran surat Ali-Imran ayat 55.

2)      Kemudian ayat ini ditutup dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala

(عَزِيْزًا) MahaPerkasa dan MahaMulia sehingga tidak bisa dikalahkan, mampu menyelamatkan Nabi Isa dengan cara yang tidak di sangka oleh musuh-musuhnya.

(حَكِيْمًا) MahaBijaksana dalam memutuskan perkara dan mentakdirkan sesuatu, termasuk MahaBijaksana ketika mengangkat Nabi Isa ke langit dalam keadaan hidup dan akan turun kembali di akhir zaman sebagai salah satu tanda datangnya hati kiamat.

 

Pelajaran (6) : Nabi Isa Turun di akhir Zaman

وَاِنْ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهٖ قَبْلَ مَوْتِهٖ ۚ

“Tidak ada seorang pun di antara Ahlulkitab, kecuali beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya.” (QS. An-Nisa’[4]: 159)

1)      Para ulama berbeda pendapat tentang penafsiran ayat di atas:

 

Pertama: pendapat mayoritas ulama bahwa tidak ada satupun dari Ahlul Kitab kecuali akan beriman kepada Nabi Isa sebelum kematian Nabi Isa. Dhamir (ه) pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (قَبْلَ مَوْتِه) kembali kepada Nabi Isa. Ini terjadi ketika Nabi Isa turun ke bumi sebagai tanda dekatnya hari kimat.

Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

 

وَاِنَّهٗ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِۗ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ

“Sesungguhnya dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu ragu tentang (kiamat) itu dan ikutilah (petunjuk)-Ku. Ini adalah jalan yang lurus.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 61)

 

Di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallahu anhu disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمُ ابنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا، فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ، وَيَقْتُلَ الخِنْزِيرَ، وَيَضَعَ الجِزْيَةَ، وَيَفِيضَ المَالُ، حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ

Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, sudah dekat saatnya di mana akan turun pada kalian (Isa) Ibnu Maryam AS sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah (upeti atau pajak), dan akan melimpah ruah harta benda sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

silahkan baca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:  

وَاِنْ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهٖ قَبْلَ مَوْتِهٖ ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًاۚ

 

“Tidak ada seorang pun di antara Ahlulkitab, kecuali beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.” (QS. An-Nisa’[4]: 159)

 

Pendapat ini sesuai dengan konteks dan urutan ayat.

Ayat-ayat di atas sebelumnya membicarakan batilnya apa yang diklaim oleh orang-orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa.

Jadi ayat ini dalam rangka membantah pendapat mereka. Maka yang lebih tepat bahwa Nabi Isa masih hidup dan akan turun ke bumi di akhir zaman dan semua Ahlul Kitab akan beriman kepadanya sebelum kematian Nabi Isa.

 

Kedua: Adapun pendapat kedua, bahwa yang di maksud ayat di atas adalah tidak satupun dari Ahlul Kitab sebelum kematiannya dia akan beriman kepada Nabi Isa, yaitu keimanan pada sakaratul maut, keimanan yang tidak bermanfaat baginya lagi. Maksud beriman kepada Nabi Isa di sini adalah iman bahwa beliau adalah seorang Nabi dan Rasul yang mengajarkan tauhid dan melarang syirik.

Pendapat ini berdalil dengan bacaan Ubay bin Ka’ab terhadap ayat ini:

اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهٖ قَبْلَ مَوْتِه

kecuali beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya.(QS. An-Nisa’[4]: 159)

Dalam bacaan Ubay bin Ka’ab menggunakan dhamir jama’, yang kembali kepada Ahlul Kitab.

 

وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًاۚ

“Pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.” (QS. An-Nisa’[4]: 159)

Pada hari kiamat Nabi Isa akan menjadi saksi atas Ahlul Kitab bahwa beliau telah menyampaikan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan untuk menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dan melarang mereka berbuat syirik. Dan untuk menjadi saksi bahwa Bani Israel (Ahlul Kitab) sudah menyeleweng dari ajarannya. Persaksian Nabi Isa kepada ummatmya juga disebutkan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَّا دُمْتُ فِيْه

“…Aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka”(QS. Al-Maidah[5]:117)

 

Jakarta, Senin 23-Mei-2022

 

 

 

 

 

KARYA TULIS