Karya Tulis
414 Hits

Tafsir An-Najah QS.4:163-166 BAB 270 Tugas para Nabi dan Rasul


Tafsir An-Najah (QS. An-Nisa’[4]: 163-166)

BAB 270

Tugas para Nabi dan Rasul

۞ اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ

 “Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya. Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunan(-nya), Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Kami telah memberikan (Kitab) Zabur kepada Daud.” (QS. An-Nisa’[4]: 163)

 

Pelajaran (1): Makna Wahyu

  1. Ayat ini adalah jawaban dari pertanyaan orang-orang Yahudi yang meminta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit yang disebutkan dalam ayat 153 yang lalu.
  2. Firman-Nya

۞ اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ

Kata (اوحينا) dari (الوحي) artinya adalah pemberitahuan secara halus dan tersembunyi melalui isyarat, ilham, kode, dan lain-lainnya:

1. Wahyu melalui isyarat, seperti di dalam firman-Nya,

فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ مِنَ الْمِحْرَابِ فَاَوْحٰٓى اِلَيْهِمْ اَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا

“Lalu, (Zakaria) keluar dari mihrab menuju kaumnya lalu dia memberi isyarat kepada mereka agar bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam[19]: 11)

 

2. Wahyu melalui ilham, seperti di dalam firman-Nya,

وَاِذْ اَوْحَيْتُ اِلَى الْحَوَارِيّٖنَ اَنْ اٰمِنُوْا بِيْ وَبِرَسُوْلِيْ ۚ قَالُوْٓا اٰمَنَّا وَاشْهَدْ بِاَنَّنَا مُسْلِمُوْنَ

“(Ingatlah) ketika Aku ilhamkan kepada para pengikut setia Isa, “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka menjawab, “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Maidah[5]: 111)

 

Juga di dalam firman-Nya,

 

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ

“Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas (keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang mengapung). Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul.” (QS. Al-Qashash[28]: 7)

 

3. Wahyu melalui insting, seperti di dalam firman-Nya,

 

وَاَوْحٰى رَبُّكَ اِلَى النَّحْلِ اَنِ اتَّخِذِيْ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا وَّمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُوْنَۙ

“Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di pegunungan, pepohonan, dan bangunan yang dibuat oleh manusia.” (QS.  An-Nahl[16]: 68)

 

4. Wahyu melalui bisikan, seperti di dalam firman-Nya,

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ

 

“Demikianlah (sebagaimana Kami menjadikan bagimu musuh) Kami telah menjadikan (pula) bagi setiap nabi musuh yang terdiri atas setan-setan (berupa) manusia dan jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya. Maka, tinggalkan mereka bersama apa yang mereka ada-adakan (kebohongan).” (QS. Al-An’am[6]: 112)

 

  1. Maksuda ayat di atas, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebagaimana memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan para Nabi sesudahnya.

 

  1. Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bukanlah seorang Rasul yang diutus oleh Allah pertama kali, tetapi beliau sebagai kelanjutan para rasul sebelumnya. Hal ini di kuatkan di dalam firman-Nya,

 

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ وَمَآ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

 

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara para rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat (Allah) kepadaku dan kepadamu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.” (QS. Al-Ahqaf[46]: 9)

 

  1. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta;ala menyebut Nabi Nuh sebagau Nabi yang pertama kali diutus kepada masyarakat dengan membawa syariat dan melarang mereka untuk berbuat syirik. Sebagian ulama menyebut Nabi Nuh adalah Rasul yang pertama kali.

Pelajaran (2): Makna “Al-Asbath”

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ

  1. Kata wahyu disebutkan lagi di sini, karena antara Nabi Nuh dengan Nabi Ibrahim terdapat jatah waktu panjang yang memisahkan antara keduanya
  2. Kata (الْاَسْبَاطِ) adalah anak-anak Nabi Ya’kub. Sebagian ulama mengatakan, Al-Asbath untuk menyebut anak-anak Nabi Ya’kub, sedangkan al-Qabail untuk menyebut anak-anak Nabi Ismail.

Maksud Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan wahyu kepada al-asbath adalah memberikan wahyu sebagian dari mereka atau memberikan wahyu kepada para Nabi dari kalangan mereka. Ayat ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

 

قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

“Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.” (QS. Al-Baqarah[2]: 136)

 

  1. Adapun pendapat yang mengatakan “Al-Asbath” yang berati saudara-saudara Nabi Yusuf adalah para Nabi yang mendapatkan wahyu, maka pendapat ini tertolak dan tidak benar. Karena mereka pernah melakukan dosa besar yaitu berencana untuk membunuh Nabi Yusuf dan rencana itu sudah mereka lakukan walaupun dalam bentuk lain. Seseorang Nabi akan dihindarkan dari dosa besar.

 

  1. Kata (وَعِيْسٰى) Nabi Isa di sebutkan lebih dari Nabi-Nabi lain, padahal secara waktu mereka terlebih dahulu diutus sebelum Nabi Isa. Hal ini karena Nabi Isa diingkari kenabiannya oleh kaum Yahudi.

 

 

Pelajaran (3): Makna Zabur

ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ

  1. Penyebutan Nabi Daud dengan kata “Kami berikan” bukan dengan kata “Kami wahyukan” tidaklah menunjukkan bahwa beliau bukan Nabi, karena beliau di berikan kitab Zabur
  2. Kata (الزبور) artinya (مكتوب) yaitu sesuatu yang tertulis.

Adapun pengertian Zabur secara istilah adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud berisi nasehat-nasehat dan hikmah-hikmah terdiri dari 150 surat. Di dalam kitab ini tidak terkandung masalah hukum halal dan haram.

Nabi Daud adalah orang yang mempunyai suara yang bagus dan merdu. Jika beliau mulai membaca Zabur, maka manusia, jin, burung dan binatang lain mendekatinya untuk mendengar suaranya yang merdu.

Beliau adalah Nabi yang tawadhu’ makan dari hasil karyanya sendiri. Beliau pembuat perisai dan baju besi.

 

  1. Pada ayat ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam di sebut pertama kali padahal beliau adalah Nabi yang paling trakhir, hal itu untuk menunjukkan kemuliaan dan kedudukan tinggi beliau di atas para nabi-nabi yang lain.
  2. Ini mirip dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَاِذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيّٖنَ مِيْثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖوَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًاۙ

 

“(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi, darimu (Nabi Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh,”(QS. Al-Ahzab[33]: 7)

 

Pelajaran (4): Makna Nabi dan Rasul

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۗوَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ

“Ada beberapa rasul yang telah Kami ceritakan (kisah) tentang mereka kepadamu sebelumnya dan ada (pula) beberapa rasul (lain) yang tidak Kami ceritakan (kisah) tentang mereka kepadamu. Allah telah benar-benar berbicara kepada Musa (secara langsung).” (QS. An-Nisa’[4]: 164)

  1. Pada ayat yang lalu disebutkan istilah “Nabi” dan pada ayat ini disebutkan istilah “Rasul”  apa perbedaaan antara keduanya? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, tetapi yang paling masyhur adalah dua pendapat.

Pertama: Bahwa setiap Rasul adalah Nabi, dan tidak setiap Nabi adalah Rasul.

Seorang Nabi diberi wahyu, tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain.

Seorang Rasul adalah yang diberi wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain.

Kedua: Bahwa setiap Rasul dan Nabi, masing-masing diberi wahyu, perbedaanya bahwa Rasul diberi syariat baru yang tidak ada pada Rasul sebelumnya. Sedangkan Nabi tidak diberikan syariat baru, dia hanya mennyampaikan dan mengajak untuk menerapkan syariat Rasul sebelumnya.

  1. Ayat di atas menunjukkan bahwa tidak setiap Nabi dan Rasul diceritakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an dan tidak semua disebutkan dalam hadits.

Dalam suatau riwayat disebutkan bahwa jumlah Nabi sekitar 124.000 Nabi, dan jumlah Rasul sekktar 313 Rasul.

  1. Adapun jumlah Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an ada 25 orang, mereka adalah:
    1. Nabi Adam                                                   
    2. Nabi Idris
    3. Nabi Nuh (w. 3974 SH)
    4. Nabi Hud
    5. Nabi Shalih
    6. Nabi Ibrahim (w. 2818 SH)
    7. Nabi Luth
    8. Nabi Ismail (w. 2686 SH)
    9. Nabi Ishaq (w. 2613 SH)

10.  Nabi Ya’kub (w. 2568 SH)

11.  Nabi Yusuf

12.  Nabi Ayyub

13.  Nabi Syu’aib

14.  Nabi Musa

15.  Nabi Harun (1972 SH)

16.  Nabi Yunus

17.  Nabi Daud (1626 SH)

18.  Nabi Sulaiman (1597 SH)

19.  Nabi Ilyas

20.  Nabi Ilyasa

21.  Nabi Zulkifli

22.  Nabi Zakaria

23.  Nabi Yahya

24.  Nabi Isa

25.  Nabi Muhammad

SH : Sebelum Hijriah

 

Pelajaran (5): Nabi Musa Kalimullah

وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ

Allah telah benar-benar berbicara kepada Musa (secara langsung).” (QS. An-Nisa’[4]: 164)

Nabi Musa disebut Kalimullah, karena mendengar suara Allah Subhanahu wa Ta’ala langsung tanpa perantara: ini merupakan keistimewaan Nabi Musa di banding Nabi dan Rasul lainnya. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan hal itu adalah.

 

 

  1. Firman Allah,

فَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْاَيْمَنِ فِى الْبُقْعَةِ الْمُبٰرَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ اَنْ يّٰمُوْسٰىٓ اِنِّيْٓ اَنَا اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ

“Maka, ketika dia (Musa) mendatangi (api) itu, dia dipanggil dari pinggir lembah di sebelah kanan (Musa) dari (arah) pohon di sebidang tanah yang diberkahi. “Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Qashash[28]: 30)

 

  1. Firman Allah,

فَلَمَّا جَاۤءَهَا نُوْدِيَ اَنْۢ بُوْرِكَ مَنْ فِى النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَاۗ وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ يٰمُوْسٰٓى اِنَّهٗٓ اَنَا اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ۙ

“Maka, ketika tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, “Orang yang berada di dekat api dan orang yang berada di sekitarnya telah diberkahi. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Allah berfirman,) “Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. An-Naml[27]: 8-9)

 

 

Pelajaran (6): Tugas para Rasul.

رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

“Kami mengutus) rasul-rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu (diutus). Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa’[4]: 165)

  1. Ayat ini menjelaskan tugas Rasul, yaitu memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari azab pedih. Banyak ayat Al-Qur’an yang mirip dengan ayat ini, di antaranya;

 

  1. Firman Allah,

اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًاۙ

 “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Nabi Muhammad) dengan hak sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 119)

 

  1. Firman Allah,

ۗ وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا مُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۘ

“…Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad) hanya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (QS. Al-Isra’ [17]: 105)

 

 

  1. Firman Allah,

فَاِنَّمَا يَسَّرْنٰهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَتُنْذِرَ بِهٖ قَوْمًا لُّدًّا

“Sesungguhnya Kami telah memudahkan (Al-Qur’an) itu dengan bahasamu (Nabi Muhammad) agar dengannya engkau memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa dan memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.” (QS. Maryam[19]: 97)

 

  1. Tujuan para Rasul memberikan kabar gembira dan memberikan peringatan kepada manusia agar mereka tidak beralasan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat bahwa belum diutuskepada mereka seorang Rasul.

 

Ini dijelaskan di dalam beberapa firman-Nya di antaranya;

 

  1. Firman Allah,

لَقَالُوْا رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا

 

“…tentulah mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami…” (QS. Taha[20]: 134)

 

 

  1. Firman Allah,

رَبَّنَا لَوْلَآ اَرْسَلْتَ اِلَيْنَا رَسُوْلًا

“Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami” (QS. Al-Qashash[28]: 47)

 

 

  1. Firman Allah,

وَمَآ اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ اِلَّا لَهَا مُنْذِرُوْنَ ۖ ذِكْرٰىۚ وَمَا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ

“Kami tidak membinasakan suatu negeri, kecuali setelah ada pemberi peringatan kepadanya. (Hal itu) sebagai peringatan. Kami sekali-kali bukanlah orang-orang zalim.” (QS. Asy-Syua’ara’[26]: 208-209)

 

  1. Firman Allah,

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلًا

“…Kami tidak akan menyiksa (seseorang) hingga Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra’[17]: 15)

 

Pelajaran (7): Allah menjadi saksi

لٰكِنِ اللّٰهُ يَشْهَدُ بِمَآ اَنْزَلَ اِلَيْكَ اَنْزَلَهٗ بِعِلْمِهٖ ۚوَالْمَلٰۤىِٕكَةُ يَشْهَدُوْنَ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًاۗ

“Akan tetapi, Allah bersaksi atas apa (Al-Qur’an) yang telah diturunkan-Nya kepadamu (Nabi Muhammad). Dia menurunkannya dengan ilmu-Nya. (Demikian pula) para malaikat pun bersaksi. Cukuplah Allah menjadi saksi.”(QS. An-Nisa’[4]: 166)

  1. Diriwayatkan bahwa sekelompok orang Yahudi menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu beliau berkata kepada mereka, “Sungguh demi Allah, sebenarnya kalian tahu bahwa aku bahwa aku utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”  Mereka berkata, “Kami tidak mengetahui hal itu.” maka turunlah ayat ini.
  2. Ayat ini diturunkan untuk menghibur Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan memberikan ketenangan ke dalam hatinya. Hal itu karena banyak orang yang mendustakan dakwahnya, termasuk orang-orang Yahudi yang datang ke beliau, dan tidak mau mengakui kenabian beliau.
  3. Maksud ayat di atas, bahwa jika Ahlul Kitab tidak mengakui kenabianmu wahai Muhammad, maka tidak perlu engkau bersedih dan merasa sempit dadamu, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyaksikan bahwa engkau adalah Nabi yang diutus Allah Subhanahu wa Ta’ala membawa kitab suci Al-Qur’an. Al-Qur’an tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan dengan ilmu-Nya. Begitu juga para malaikat ikut menyaksikan hal itu.
  4. Kesaksian Allah Subhanahu wa Ta’ala ini adalah kesaksian yang paling kuat dan disebut juga dalam firman-Nya;

قُلْ اَيُّ شَيْءٍ اَكْبَرُ شَهَادَةً ۗ قُلِ اللّٰهُ ۗ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah.” (QS. Al-An’am[6]: 19)

 

  1. Firman-Nya,

اَنْزَلَهٗ بِعِلْمِه

  1. Maksudnya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an dan mengetahui bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam berhak untuk menerimanya, dan benar-benar akan menyampaikannya kepada manusia.
  2. Maksudnya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an dengan ilmu-Nya yang sempurna dan hikmah-Nya yang tinggi dan mengetahui bahwa Al-Qur’an ini akan membawa maslahat bagi ummat manusia.

 

 

Jakarta, Selasa 24-Mei-2022

 

KARYA TULIS