Karya Tulis
774 Hits

Tafsir An-Najah QS.[5]: 20 BAB 289 Tanah Yang Di Janjikan


Tafsir An-Najah (QS. Al-Maidah[5]: 20-21)

BAB 289

Tanah Yang Di Janjikan

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ جَعَلَ فِيْكُمْ اَنْۢبِيَاۤءَ وَجَعَلَكُمْ مُّلُوْكًاۙ وَّاٰتٰىكُمْ مَّا لَمْ يُؤْتِ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ

“(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, menjadikanmu (terhormat seperti) para raja, dan menganugerahkan kepadamu apa yang belum pernah Dia anugerahkan kepada seorang pun di antara umat yang lain.” (QS. Al-Maidah[5]: 20)

 

Pelajaran(1): Sikap Kepada Nabi Musa

  1. Pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan sikap Bani Israel kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, yaitu menolak kedatangan beliau,, dan mengkufuri apa yang dibawa beliau. Pada ayat ini, Allah menjelaskan sikap Bani Israel kepada Nabi Musa Alaihi Salam, yaitu menolak perintahnya untuk beriman di jalan Allah.

 

Dari sini, terlihat kesamaan karakter antara nenek moyang dengan anak cucunya.

 

Akibat sikap mereka yang tidak mau mengikuti perintah para nabi yang diutus Allah, maka Allah memberikan hukuman kepada mereka.

 

Pelajaran(2): Tiga Nikmat Allah

اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ جَعَلَ فِيْكُمْ اَنْۢبِيَاۤءَ وَجَعَلَكُمْ مُّلُوْكًاۙ وَّاٰتٰىكُمْ مَّا لَمْ يُؤْتِ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ

1)      Sebelum memberikan perintah kepada Bani Israel, Nabi Musa mengingatkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada mereka. Hal ini bertujuan agar mereka bersyukur kepada Allah, dan mau melaksanakan segala perintahnya.

 

Tetapi kenyataannya, mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dan tidak mau melaksanakan perintah Allah untuk berjihad di jalan-Nya.

 

2)      Dalam ayat ini, disebutkan tiga nikmat Allah kepada Bani Israel.

 

Pertama, Allah mengangkat para Nabi dari kalangan mereka.

اِذْ جَعَلَ فِيْكُمْ اَنْۢبِيَاۤءَ

Para Nabi dari kalangan Bani Israel jumlahnya sangat banyak di antaranya adalah Nabi Yusuf, Nabi Musa dan Nabi Harun. Setelah Nabi Musa terdapat Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakariya, Nabi Yahya dan Nabi Isa.

 

Kedua, Allah menjadikan mereka para Raja.

 وَجَعَلَكُمْ مُّلُوْكًاۙ

  1. Maksud para raja disini adalah bahwa mereka dibebaskan dari perbudakan.

 

Dahulu ketika tingggal di Mesir, mereka menjadi budak para keluarga dan bala tentaranya. Mereka disiksa dengan berbagai macam siksaan, dibunuh anak-anak laki-laki mereka dan dibiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Kemudian Allah menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir’aun, dan menjadikan mereka orang-orang yang merdeka.

 

  1. Orang yang merdeka dianggap seperti raja atas dirinya sendiri. Dia bebas melakukan apa saja sesuai dengan keinginannya tanpa ada yang mengaturnya atau melarangnya.

Khususnya jika seseorang memiliki rumah, kendaraan dan pembantu, maka keadaannya seperti para raja.

 

  1. Di dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri, disebutkan.

كَانَ بَنُو إِسْرَائِيْلَ إِذَا كَانَ لأَِ حَدِهِمْ خَادِمٌ وَ دَابّةٌ وَ امْرَأةٌ كُتِبَ مَلِكاً

“Dahulu, jika salah seorang dari Bani Israel memiliki seorang pembantu, hewan kendaraan dan istri, maka ia disebut seorang raja. (HR. Abu Daud)

 

  1. Dalam riwayat Zaid bin Aslam disebutkan,

مَنْ كَانَ لَهُ بَيْتٌ وَ خَادِمٌ فَهُوَ مَلِكٌ

“Barangsiapa yang memiliki rumah, dan pembantu, maka ia adalah raja. (HR. Abu Daud)

 

  1. Di dalam hadits

 

مَنْ أصْبَحَ مِنْكُمْ آمِناً في سربِهِ ، مُعَافَىً في جَسَدِهِ ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ ، فَكَأنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا

Barang siapa yang pagi harinya merasa aman di tempat tinggalnya, sehat badannya, memiliki makanan hari itu, seolah dia telah mendapatkan kekayaan dunia.” (HR. at-Tirmidzi)

 


Ketiga, Allah memberikan kepada mereka sesuatu yang tidak diberikan kepada bangsa lain.

وَّاٰتٰىكُمْ مَّا لَمْ يُؤْتِ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ

Allah memberikan kepada mereka beberapa nikmat, di antaranya;

  1. Terbelahnya lautan untuk mereka.
  2. Ditenggelamkannya musuh mereka.
  3. Mereka dinaungi awan di tengah padang pasir.
  4. Diturunkan untuk mereka makanan “al-Manna” dan “as-Salwa”.
  5. Terpencarnya dua belas mata air dari batu untuk mereka.
  6. Dan kenikmatan-kenikmatan lainnya yang tidak diberikan kepada umat lain.

 

Kata (الْعٰلَمِيْنَ) artinya umat-umat lain, maksudnya disini adalah umat lain pada zamannya.

Dengan demikian, ayat ini tidak menunjukkan bahwa Bani Israel adalah umat yang paling mulia di dunia ini, dan tidak pula menunjukkan mereka lebih utama dari umat Islam. Telah disebutkan dalam al-Qur’an bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Allah berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali-Imran[3]: 110)

 

Pelajaran (3): Tanah Yang Di Janjikan

يٰقَوْمِ ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ

“Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Baitulmaqdis) yang telah Allah tentukan bagimu dan janganlah berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang-orang yang rugi.” (QS.Al-Maidah[5]: 21)

 

  1. Setelah menyebut tiga nikmat besar yang Allah berikan kepada Bani Israel, Nabi Musa memerintahkan mereka untuk berangkat berjihad di jalan Allah melawan orang-orang zhalim yang menduduki Baitul Maqdis di Palestina.
  2. Firman-Nya,

(الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ)

“Tanah yang disucikan”

 

Maksudnya adalah Baitul Maqdis. Tempat tersebut dinamakan tempat suci, karena banyaknya Nabi yang mengunjunginya.

 

  1. Firman-Nya,

(الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ)

“Yang Allah tetapkan bagi kalian”

 

Maksudnya bahwa Allah menetapkan Baitul Maqdis untuk menjaddi tempat tinggal mereka dan mereka akan mampu mengalahkan orang-orang zhalim yang sedang menguasai tempat tersebut. Itu semua akan terwujud dengan syarat mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya (Nabi Musa) serta mau melaksanakan segala perintahnya.

 

  1. Ayat ini tidak menunjukkan bahwa Baitul Maqdis dan tanah Palestina milik orang-orang Yahudi sebagaimana yang mereka klaim selama ini. Karena syarat mereka memilih dan menempati tanah tersebut adalah ketaatan kepada Allah dan para Rasul-Nya, sedang mereka selama ini membangkan dari ketaatan.

 

  1. Dan pada ayat selanjutnya akan dijelaskan bahwa tanah Palestina diharamkan bagi Bani Israel selama 40 tahun disebabkan maksiat yang mereka laksanakan.

 

Pelajaran (4): Mundur Sebelum Perang

وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ

  1. Dalam ayat ini terdapat larangan untuk mundur dalam medan perang. Mundur disini ada dua kemungkinan.
    1. Mundur setelah masuk dalam medan peperangan, bahkan mungkin sudah berperang.
    2. Mundur setelah siap berperang.

 

  1. Dalam dua keadaan ini, seorang muslim dilarang untuk mundur atau lari dari peperangan. Begitu juga Nabi Musa dalam ayat ini, melarang Bani Israel untuk mundur dari medan peperangan.

 

Jadi, terdapat kesamaan antara ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan ajaran Nabi Musa, karena semuanya berasal dari Allah.

Yang berbeda adalah para pengikutnya. Pengikut Nabi Musa menolak ajakan berjihad, sehingga menjadi umat yang terhina. Sedangkan pengikut Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menerima ajakan dan seruan jihad tersebut dengan penuh semangat, sehinga menjadi umat yang mulia.

-          Sebagian ulama mengatakan bahwa maksud ayat di atas adalah larangan mundur dari ketaatan Nabi Musa di dalam memerangi orang-orang Kafir.

 

Pelajaran (5): Empat Hikmah

Beberapa pelajaran dari ayat 20-21

  1. Dalam dua ayat ini, Nabi Musa menggunakan dua metode dakwah, atau dua metode pendekatan atau dua metode pendidikan, yaitu:
    1. Mengingat nikmat sebelum memerintah.

Hal ini bertujuan agar yang diperintah lebih siap menerima perintah dan lebih siap untuk melaksanakannya.

  1. Menggabungkan antara

-  at-Targhib dan at-Tarhib.

-  atau Reward dan Punishmant

-  atau memberikan motivasi dan ancaman

-  atau at-Tabsyir dan at-Tahdzir

 

  1. Salah satu penyebab kaum meninggalkan jihad adalah cinta mereka kepada kehidupan dunia. Ini seperti firman Allah,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَا لَكُمْ اِذَا قِيْلَ لَكُمُ انْفِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اثَّاقَلْتُمْ اِلَى الْاَرْضِۗ اَرَضِيْتُمْ بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا مِنَ الْاٰخِرَةِۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا قَلِيْلٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan cenderung pada (kehidupan) dunia? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan dunia daripada akhirat? Padahal, kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS. at-Taubah[9]: 38)

 

 

  1. Kaum yang meninggalkan jihad akan diancam dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah,

اِلَّا تَنْفِرُوْا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا اَلِيْمًاۙ وَّيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوْهُ شَيْـًٔاۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 

“Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih serta menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. at-Taubah[9]: 39)

 

Di dalam hadits disebutkan:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

“Jika kalian melakukan jual beli ‘al-‘inah’ (Riba), sibuk dengan peternakan, nyaman dengan pertanian, serta meninggalkan jihad, maka Allah akan menurunkan kehinaan kepada kalian kembali kepada agama kalian”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

 

  1. Kaum yang menyelisihi perintah Rasul atau Nabi mereka, akan diancam dengan ditimpakan musibah dan adzab yang pedih. Ini sesuai dengan firman Allah,

 

لَا تَجْعَلُوْا دُعَاۤءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاۤءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًاۗ قَدْ يَعْلَمُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ يَتَسَلَّلُوْنَ مِنْكُمْ لِوَاذًاۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِهٖٓ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

“Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul (Nabi Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya). Maka, hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur[24]: 63)

 

Jakarta, Selasa 31 Mei 2022

KARYA TULIS