Karya Tulis
462 Hits

Tafsir An-Najah QS. [5]: 57-64 BAB 298 (4)


Tafsir An-Najah (QS. Al-Maidah[5]: 57-)

BAB 298 (4)

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّلَعِبًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ اَوْلِيَاۤءَۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang yang menjadikan agamamu bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab suci sebelummu dan orang-orang kafir, sebagai teman setia(-mu).216) Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang mukmin.” (QS. Al-Maidah[5]: 57)

Ayat ini mempertegas larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dan teman dekat. Tetapi kali ini disertai dengan alasan lain, yaitu karena mereka menjadikan agama Islam sebagai bahan ejekan dan permainan.

Kata (هُزُوًا) artinya ejekan atau olok-olokan.

Kata (لَعِبًا) artinya permainan, berasal dari kata (لعابُ الطفل) “air liur anak kecil jika keluar”

Diriwayatkan bahwa ada sejumlah kaum musyrikin dan Yahudi mentertawakan kaum muslimin saat menunaikan shalat.

- Ayat ini menunjukkan bahwa mengolok-olok agama dan menjadikannya sebagai bahan tertawaan hukukmnya haram dan pelakunnya dihukumi kafir ini sesuai dengan firman Allah,

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُۗ قُلْ اَبِاللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ وَرَسُوْلِهٖ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ لَا تَعْتَذِرُوْا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ ۗ اِنْ نَّعْفُ عَنْ طَاۤىِٕفَةٍ مِّنْكُمْ نُعَذِّبْ طَاۤىِٕفَةً ۢ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا مُجْرِمِيْنَ ࣖ

“Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, mereka pasti akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak perlu kamu membuat-buat alasan karena kamu telah kufur sesudah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah bertobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain), karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berbuat dosa.” (QS. At-Taubah[9]: 65-66)

 

وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Ayat ini mengandung beberapa pelajaran:

a. Termasuk bagian taqwa kepada Allah, yaitu tidak mengangkat orang kafir menjadi pemimpin dan teman dekat.

b. Termasuk bagian taqwa adalah tidak menjadikan agama bahan ejekan dan permainan.

c. Salah satu syarat menjadi mukmin sejati adalah bertaqwa kepada Allah.

 

وَاِذَا نَادَيْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ اتَّخَذُوْهَا هُزُوًا وَّلَعِبًا ۗذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ

“Apabila kamu menyeru untuk (melaksanakan) salat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka orang-orang yang tidak mengerti.” (QS. Al-Maidah[5]: 58)

Di antara bentuk olok-olokan mereka kepada ajaran Islam adalah jika terdengar adzan berkumandang, mereke menjadikan adzan tersebut sebagai bahan ejekan dan olok-olokan.

Di antara olok-olokan mereka terhadap adzan adalah sebagaiberikut:

a. Kaum Yahudi berkata “Ini suara jelek yang di ada-adakan, kami belum pernah mendengar ajaran seperti ini pada orang-orang terdahulu. Teriakan ini seperti teriakan unta.”

b. Diriwayatkan bahwa seorang Nashrani di Madinah. Jika terdengar suara muadzin,

أشهد أن محمدا رسول الله

Dia berkata, “Semoga pendusta itu terbakar.” Pada suatu malam, ada seorang pelayan yang masuk rumahnya dengan membawa api, ketika ia dan keluarganya sedang tidur. Kemudian tibba-tiba ada percikan api yang jatuh an membakar rumah, sampai orang Nasshrani dan keluarga ikut terbakar.”

ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ

Hal itu mereka menganggap adzan dan shalat sebagai salah satu bentuk dari sebuah permainan. Salah seorang penyair berkata,

وَكَمْ مِنْ عَائِبٍ قَوْلاً صَحِيْحًا-وَآفَتُهُ مِنْ الْفَهْمِ السَّقِيْمِ

 

“Berapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar, hanya karena berpangkal dari pemahaman yang rusak”

 

Orang-orang yang menjadikan adzan dan shalat sebagai bahan ejekan dan olok-olokan adalah orang-orang yang menjadi pengikut syaithan Hinzib, yaitu syaitan yang pekerjaannya adalah penggoda dan pengganggu orang-orangn yang sedang shalat. Syaitan ini kalau mendengar adzan dan iqamat lari terbirit-birit.

ﺇِﺫَﺍ ﻧُﻮﺩِﻯَ ﺑِﺎﻷَﺫَﺍﻥِ ﺃَﺩْﺑَﺮَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻟَﻪُ ﺿُﺮَﺍﻁٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻻَ ﻳَﺴْﻤَﻊَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻰَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥُ ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺛُﻮِّﺏَ ﺑِﻬَﺎ ﺃَﺩْﺑَﺮَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗُﻀِﻰَ ﺍﻟﺘَّﺜْﻮِﻳﺐُ ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻳَﺨْﻄُﺮُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ

 

Apabila azan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqamah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya(HR. Bukhari)

 

قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ هَلْ تَنْقِمُوْنَ مِنَّآ اِلَّآ اَنْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلُۙ وَاَنَّ اَكْثَرَكُمْ فٰسِقُوْنَ

“Katakanlah, “Wahai Ahlulkitab, apakah kamu memandang kami salah hanya karena kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami (Al-Qur’an), pada apa yang diturunkan sebelumnya, dan (kami yakin bahwa) sesungguhnya kebanyakan kamu adalah orang-orang fasik?” (QS. Al-Maidah[5]:59)

Diriwayatkan bahwa sejumlah tokoh Yahudi mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menanyakan para rasul yang beliau beriman kepadanya, ketika beliau menyebut nabi Isa, tiba-tiba mereka mengingkari dan mengatakan, “Demi Allah, kami tidak menemukan ahli agama yang paling sedikit ilmunya dari pada kamu, dan tidak ada yang lebih jelek dari agamamu.” Kemudian turunlah ayat ini.

Orang-orang Yahudi tidaklah membenci umat Islam kecuali karena umat Islam beriman kepada Allah, dan kepada kitab suci Al-Qur’an dan kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu Zabur, Taurat dan Injil. Juga karena umat Islam beriman kepada nabi Isa, dimana orang-orang Yahudi mengingkari kenabiannya, bahkan mencelanya.

Kata (تَنْقِمُوْنَ) artinya membenci, mengingkari, menyakiti, dendam dan lainnya. Ini seperti di dalam firman Allah,

وَمَا نَقَمُوْا مِنْهُمْ اِلَّآ اَنْ يُّؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِۙ

“Tidaklah mereka menyiksa (membakar) orang-orang mukmin itu, kecuali karena mereka beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji,” (QS. Al-Buruj[85]: 8)

 

وَاَنَّ اَكْثَرَكُمْ فٰسِقُوْنَ

Ini termasuk keadilan Al-Qur’an ketika menghukumi sesuatu. Tidak memukul rata bahwa Ahlul kitab semuanya Fasik, tetapi merinci dan mengatakan bahwa kebanyakan dari mereka adalah orang-orang fasik. Ini berarti sebagian kecil dari mereka tidak Fasik, yang kemudian mengakui kebenaran apa yang dibawa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan akhirnya memeluk agama Islam, seperti Abdullah bin Salam, Adi bin Hatim dan lainnya. Ini mirip dengan firman Allah,

…مِنْهُمْ اُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ سَاۤءَ مَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ

“…Di antara mereka ada umat yang menempuh jalan yang lurus. Sementara itu, banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Maidah[5]: 66)

 

قُلْ هَلْ اُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗمَنْ لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَۗ اُولٰۤىِٕكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضَلُّ عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang sesuatu yang lebih buruk pembalasannya daripada itu217) di sisi Allah? (Yaitu balasan) orang yang dilaknat dan dimurkai Allah (yang) di antara mereka Dia jadikan kera dan babi.218) (Di antara mereka ada pula yang) menyembah Tagut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah[5]: 60)

Ayat ini sebagai tanggapan atas perkataan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan orang-orang beriman bahwa agama Islam adalah agama yang paling buruk. Pada ayat ini Allah perintahkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk menjawab dan menanggapi pernyataan kaum Yahudi tersebut: Bahwa ada yang lebih buruk dari apa yang mereka anggap buruk itu. dan apa yang lebih buruk itu?

1. Merekalah orang-orang yang dilaknat Allah.

2. Merekalah orang-orang yang dimurkai Allah.

3. Di antara mereka ada yang dijadikan kera-kera

4. Di antara mereka ada yang dijadikan babi-babi

5. Mereka adalah para penyembah berhala dan Syaithan

 

Orang-orang yang mempunyai lima sifat tersebut adalah orang-orang yang paling buruk sifat dan paling buruk tempatnya di neraka serta orang-orang yang tersesat dari jalan yang lurus.

 

وَاِذَا جَاۤءُوْكُمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا وَقَدْ دَّخَلُوْا بِالْكُفْرِ وَهُمْ قَدْ خَرَجُوْا بِهٖ ۗوَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا يَكْتُمُوْنَ

“Apabila (Ahlulkitab yang munafik) datang kepadamu, mereka berkata, “Kami telah beriman,” padahal mereka datang dengan kekufuran dan mereka pergi (juga) dengannya (kekufuran). Allah lebih mengetahui apa yang selalu mereka sembunyikan.” (QS. Al-Maidah[5]: 61)

Pada ayat ini dijelaskann salah satu bentuk kepura-puraan mereka ketika masuk Islam. Mereka mengucapkan “Kami beriman” di depan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kaum Muslimin. Padahal mereka sebenarnya masih dalam keadaan kafir, yaitu hati mereka masih kafir walaupun mulut mereka mengatakan beriman.

Menurut ungkapan Al-Qur’an, “Mereka masuk ke dalam Islam dengan membawa kekafiran dan merekapun keluar dari Islam juga membawa kekafiran”

Ada beberapa pelajaran dari ayat ini

a. Mereka ketika masuk Islam sebenarnya tidak merubah atau tidak mengurangi kekafiran mereka.

b. Ketika mereka duduk bersama kaum muslimin lainnya di majelis Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, nasehat-nasehat beliau tidaklah mempengaruhi hati mereka sedikitpun. Mereka tetap dalam keadaan kafir, tidak ada perubahan sedikit pun.

c. Ketika mereka keluar dari majelis Rasulullah atau keluar dari Islam, masih membawa kekufuran, di mana dulu ketika masuk sudah dibawanya. Kini ketika keluar, mereka membawa kembali kekufuran tersebut. Bahkan kekafirannya bertambah berat.

Ini seperti di dalam firman Allah,

وَاِذَا مَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ اَيُّكُمْ زَادَتْهُ هٰذِهٖٓ اِيْمَانًاۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَزَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ وَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا اِلٰى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوْا وَهُمْ كٰفِرُوْنَ

“Apabila diturunkan suatu surah, di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun (bagi) orang-orang yang beriman, (surah yang turun) ini pasti menambah imannya dan mereka merasa gembira. Adapun (bagi) orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit,340) (surah yang turun ini) akan menambah kekufuran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah[9]: 124-125)

 

وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا يَكْتُمُوْنَ

Apapun yang mereka sembunyikan dari kekufuran tersebut di depan kaum muslimin. Allahpun mengetahui semanya.

 

وَتَرٰى كَثِيْرًا مِّنْهُمْ يُسَارِعُوْنَ فِى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Kamu akan melihat banyak di antara mereka (Ahlulkitab) berlomba-lomba dalam perbuatan dosa, permusuhan, dan memakan (makanan) yang haram. Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-Maidah[5]: 62)

1. Pada ayat ini disebutkan sifat-sifat orang Yahudi yang memusuhi Islam, yaitu mereka bersegera  di dalam melakukan tiga hal.

a. Melakukan dosa untuk diri sendiri.

b. Melakukan permusuhan dan tindakan melampaui batas terhadap orang lain.

c. Memakan harta haram dengan cara menyuap atau menerima suap dan memakan hasil riba. Dan perbuatan memakan harta haram lainnya.

2. Kata (تَرٰى)  artinya engkau melihat, ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat mereka dalam tiga bentuk di atas di lakukan secara terang-terangan, tidak secara sembunyi-sembunyi lagi.

3. Kata (يُسَارِعُوْنَ) artinya mereka bersegera. Dalam Al-Qur’an kata ini biasanya di pakai untuk menunjukkan bersegera berbuat kebaikan. Tetapi di sini justru digunakan untuk perbuatan dosa. Dua sifat yang sangat bertentangan.

a. orang-orang beriman bersegera di dalam melakukan kebaikan.

- Bersegera menggapai ampunan Allah, di dalam firman-Nya,

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali-Imran[3]: 133)

 

Begitu juga di dalam firman-Nya,

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

“Berlombalah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang lebarnya (luasnya) selebar langit dan bumi, yang telah disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya. Itulah karunia Allah yang dianugerahkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah adalah Pemilik karunia yang agung.” (QS. Al-Hadid[57]: 21)

 

- Bersegera mengerjakan kebaikan,

…فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ

“.... Maka, berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang selama ini kamu perselisihkan.” (QS. Al-Maidah[5]: 48)

 

Juga di dalam firman-Nya,

…اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ

“…Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’[21]: 90)

 

b. Orang-orang Yahudi justru bersegera di dalam mensegerakan tiga bentuk dosa di atas.

 

- Perbandingan lainnya, yaitu antara orang-orang beriman dan orang-orang munafik.

a. Untuk orang-orang beriman tersebut di dalam firman-Nya,

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاُولٰۤىِٕكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah (berbuat) mungkar, menegakkan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah[9]: 71)

 

b. Untuk orang-orang munafik tersebut di dalam firman-Nya,

اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain (adalah sama saja). Mereka menyuruh (berbuat) mungkar dan mencegah (berbuat) makruf. Mereka pun menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik adalah orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah[9]: 67)

 

4. Penggunaan huruf (في) di dalam kata (الْاِثْمِ) menunjukkan bahwa mereka tenggelam di dalam dosa-dosa tersebut dan susah untuk keluar darinya.

Berbuat dosa tiga di atas sudah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari mereka dan sudah mendarah daging dalam diri mereka.

 

لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Sungguh sangat buruk apa yang mereka lakukan. Kalimat di atas menggunakan bentuk masa lampau dan masa kini. Ini menunjukkan bahwa perbuatan dosa-dosa tersebut mereka lakukan pada waktu dahulu, sekarang dan yang akan datang.

 

لَوْلَا يَنْهٰىهُمُ الرَّبّٰنِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الْاِثْمَ وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

“Mengapa para ulama dan pendeta tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan (makanan) yang haram? Sungguh, itulah seburuk- buruk apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. Al-Maidah[5]: 63)

- Ayat ini berupa teguran kepada para pemuka agama dan pendeta Yahudi, karena mereka tidak melarang kaum Yahudi untuk melakukan perbuatan perbuatan dosa mereka. Ini sekaligus mendorong mereka di masa mendatang agar melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar di kalangan kaum Yahudi.

- Dosa yang harus diingkari dan dilarang ada dalam dua bentuk:

a. Berkata dosa dan dusta

b. Perbuatan memakan harta haram

 

Kedua dosa ini terkait satu dengan yang lainnya, tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Jika seseorang sering berdusta, maka akan mendorongnya untuk memakan harta haram. Sebaliknya jika seseorang sering memakan harta haram, akan mendorongnya untuk selalu berdusta dalam perkataan.

 

Banyak memakan harta haram menyebabkan hati seorang kotor. Jika hati kotor, maka dia akan banyak berdusta. Di dalam hadits disebutkan suatu doa.

اللهم إنا نسألك قلبا سليما و لسانا صادقا

“Ya Allah kami memohon kepada-Mu hati yang sehat dan lisan yang jujur”

 

Memakan harta yang haram menyebabkan amal tidak diterima. Di dalam hadits lain disebutkan doa.

اللهم إنا نسألك علما نافعا ورزقا طيبا و عملا متقبلا

“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima”

 

- Terdapat suatu dosa yang tidak disebut dalam ayat ini, tetapi disebut pada ayat sebelumnya, yaitu dosa membuat permusuhan dan tindakan melamaui batas terhadap orang lain. Sebagaimana diketahui bahwa kaum Yahudi selalu membuat permusuhan dan kejahatan kepada kaum muslimin. Maka yang paling tepat untuk menghentikan tindakan kejahatan mereka adalah kaum muslimin, bahkan para ulama dan pendeta Yahudi. Lihatlah bagaimana tiga suku Yahudi, Bani Qunaiqa’, Bani Nadzir dan Bani Quraizhah harus terusir dari kota Madinah dan sebagian mereka dibunuh oleh kakum muslimin. Semua akibat kejahatan dan tindakan melampaui batas yang mereka lakukan.

 

لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

Terdapat perbedaan antara (يصنعون) dengan kata (يعملون).

1. Pada ayat sebelumnya (ayat 62), Allah mencela orang-orang Yahudi yang berbuat dosa, melakukan permusuhan dan memakan harta haram bahwa perbuatan mereka itu amat buruk. Allah berfirman,

لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُونَ

Di sini (يَعْمَلُونَ) berarti perbuatan yang tidak diiringi dengan ketereampilan atau kepandaian. Karena mereka adalah orang awam yang mungkin ilmunya belum matang, sehingga berani berbuat maksiat.

 

2. Pada ayat ini (63), Allah mencela para ulama dan pendeta Yahudi karena meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, bahwa perbuatan mereka itu amat buruk. Allah berfirman,

لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

Kata (يَصْنَعُوْنَ) disini berarti perbuatan yang diiringi dengan ketrampilan, pengetahuan, dan kepandaian. Jadi, kecaman Allah kepada para ulama dan pendata Yahudi yang meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, lebih keras dari kecamanan Allah kepada orang-orang awam Yahudi yang melakukan kemaksiatan dan dosa.

Dikatakan bahwa ayat ini adalah kecaman Allah yang paling keras terhadap para ulama yang disebut oleh Al-Qur’an. Ali bin Abi Thalib dalam khutbahnya berkata, “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya hancurnya orang-orang sebelum kalian (kaum Yahudi) dikarenakan maksiat yang mereka lakukan tetapi tidak dicegah oleh para ulama dan pendeta mereka, maka Allahpun menurunkan adzab dan saksi atas mereka. Maka berbuatlah amar ma’ruf dan nahi munkar sebelum turun adzab sebagaimana yang menimpa mereka. Dan ketahuilah bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar tidak memutus rezeki dan tidak pula mempercepat kematian.”

 

 

وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ ۗغُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْا ۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

“Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu (kikir).” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu. Mereka dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan. Sebaliknya, kedua tangan-Nya terbuka (Maha Pemurah). Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekufuran bagi kebanyakan mereka. Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap kali mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Maidah[5]: 64)

 

Pada ayat-ayat yang lalu telah dijelaskan perilaku Yahudi terhadap sesama manusia. Pada ayat ini dijelaskan perilaku Yahudi terhadap Allah. Mereka terhadap manusia lain berani berbuat bohong, bertindak melampaui batas, dan memakan harta orang lain dengan cara batil. Maka terhadap Allah, mereka berbuat kurang ajar dan berakhlaq sangat buruk, dan mengatakan bahwa Allah bakhil.

Diriwayatkan bahwa ssalah satu tokoh Yahudi yang bernama Finhash bin ‘Azura dahulu adalah orang yang kaya raya. Setelah mendustakan dan menentang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, hartanya berkurang banyak dan sering mengalami kerugian.

Dia berkata, “Allah sangat bakhil dan tangan-Nya terbelenggu”. Maka turunlah ayat ini,

Firman-Nya (غُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ) artinya “Tangan mereka yang terbelenggu.”

Kata (الغلّ) arti asalnya adalah tertahan dan berada ditengah. Orang yang terbelenggu, badan dan anggota badannya tertahan dan berada ditengahز

Dalam ayat ini, dibolehkan mendoakan keburukan kepada orang-orang yang mempunyai sifat seperti Yahudi di atas. Kenyataanya adalah orang-orang Yahudi yang paling kikir di dunia ini, sehingga manusia sangat membenci mereka. Merekapun dilaknat oleh Allah dan dijauhkan dari rahmat-Nya.

بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ

Ini adalah jawaban terhadap perkataan Yahudi di atas bahwa Allah Maha Pemurah, memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendakinya. Menurunkan berbagai kenikmatan kepada manusia. Di bawah ini beberapa ayat yang menunjukkan kedermawanan Allah yang tanpa batas,

a. Firman Allah,

وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ ࣖ

“Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.” (QS. Ibrahim[14]: 34)

b. Firman Allah,

اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَاطِنَةً ۗوَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّجَادِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu. Dia (juga) menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan batin untukmu. Akan tetapi, di antara manusia ada yang membantah (keesaan) Allah tanpa (berdasarkan) ilmu, petunjuk, dan kitab suci yang menerangi.” (QS. Luqman[31]: 20)

c. Firman Allah,

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit.12) Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 29)

d. Hadits Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ يَدُ اللَّهِ مَلْأَى لَا تَغِيضُهَا نَفَقَةٌ سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَقَالَ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِي يَدِهِ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ وَبِيَدِهِ الْمِيزَانُ يَخْفِضُ وَيَرْفَعُ { اعْتَرَاكَ } افْتَعَلَكَ مِنْ عَرَوْتُهُ أَيْ أَصَبْتُهُ وَمِنْهُ يَعْرُوهُ وَاعْتَرَانِي { آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا } أَيْ فِي مِلْكِهِ وَسُلْطَانِهِ عَنِيدٌ وَعَنُودٌ وَعَانِدٌ وَاحِدٌ هُوَ تَأْكِيدُ التَّجَبُّرِ { اسْتَعْمَرَكُمْ } جَعَلَكُمْ عُمَّارًا أَعْمَرْتُهُ الدَّارَ فَهِيَ عُمْرَى جَعَلْتُهَا لَهُ { نَكِرَهُمْ } وَأَنْكَرَهُمْ وَاسْتَنْكَرَهُمْ وَاحِدٌ { حَمِيدٌ مَجِيدٌ } كَأَنَّهُ فَعِيلٌ مِنْ مَاجِدٍ مَحْمُودٌ مِنْ حَمِدَ سِجِّيلٌ الشَّدِيدُ الْكَبِيرُ سِجِّيلٌ وَسِجِّينٌ وَاللَّامُ وَالنُّونُ أُخْتَانِ وَقَالَ تَمِيمُ بْنُ مُقْبِلٍ وَرَجْلَةٍ يَضْرِبُونَ الْبَيْضَ ضَاحِيَةً ضَرْبًا تَوَاصَى بِهِ الْأَبْطَالُ سِجِّينَا

dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Azza wa Jalla berfirman: 'Berinfaklah, maka aku akan berinfak kepadamu.' Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya tangan Allah terisi penuh, pemberian-Nya siang maupun malam tidak pernah menguranginya." Juga beliau bersabda: "Tidakkah kalian melihat bagaimana Allah telah memberikan nafkah (rezeki) semenjak Dia mencipta langit dan bumi. Sesungguhnya Allah tidak pernah berkurang apa yang ada pada tangan kanan-Nya." Beliau bersabda: "Dan 'Arsy-Nya ada di atas air, di tangan-Nya yang lain terdapat neraca, Dia merendahkan dan meninggikan.(HR. al-Bukhari dan Muslim)

 

Firman-Nya,

يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ

“Allah memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendakinya”.

 

Seperti di dalam firman-Nya,

 

a.

اِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗاِنَّهٗ كَانَ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا ࣖ

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan (-nya bagi siapa yang Dia kehendaki). Sesungguhnya Dia Mahateliti lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra[17]: 30)

b.

وَاِذَآ اَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوْا بِهَاۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ اِذَا هُمْ يَقْنَطُوْنَ

“Apabila Kami mencicipkan suatu rahmat kepada manusia, mereka gembira karenanya. (Sebaliknya,) apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) karena kesalahan mereka sendiri, seketika itu mereka berputus asa.” (QS. Ar-Rum[30]: 36)

c.

وَاَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهٗ بِالْاَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُۚ لَوْلَآ اَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۗوَيْكَاَنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ ࣖ

 “Orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya dan Dia (juga) yang menyempitkan (rezeki bagi mereka). Seandainya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak akan beruntung orang-orang yang ingkar (terhadap nikmat).” (QS. Al-Qashash[28]: 82)

d.

لَهٗ مَقَالِيْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗاِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

“Milik-Nyalah perbendaharaan langit dan bumi. Dia melapangkan rezeki dan menyempitkan(-nya) bagi siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. asy-Syura’[42]: 12)

 

  وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ ۙ

 

Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidaklah menambah bagi kebanyakan orang-orang kafir kecuali perbuatan melampaui batas dan kekufuran. Padahal bagi orang-orang beriman, Al-Qur’an itu adalah obat yang akan menambah keimanan dan keyakinan, tetapi bai orang-orang kafir justru akan menambah sulit dan keraguan. Terdapat beberapa ayat yang menjelaskan hal itu, di antaranya.

a.

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

“Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS. Al-Isra’[17]: 82)

 

b.

وَاِذَا مَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ اَيُّكُمْ زَادَتْهُ هٰذِهٖٓ اِيْمَانًاۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَزَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ وَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا اِلٰى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوْا وَهُمْ كٰفِرُوْنَ

“Apabila diturunkan suatu surah, di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun (bagi) orang-orang yang beriman, (surah yang turun) ini pasti menambah imannya dan mereka merasa gembira. Adapun (bagi) orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, (surah yang turun ini) akan menambah kekufuran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah[9]: 124-125)

 

وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ

- Akibat dosa-dosa yang dilakukan kaum Yahudi, Allah campakkan atau timbulkan di dalam hati mereka rasa permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.

- Kata (الْعَدَاوَةَ) artinya permusuhan yang dinampakkan kepada orang lain. Sedangkan (الْبَغْضَاۤءَ) artinya kebencian yang ada di dalam hati. Perbedaan antara keduanya bahwa setiap permusuhan pasti ada kebencian di dalam hati. Tetapi tidak setiap kebencian membawa permusuhan secara lahir. Seseorang bisa benci sama temannya, tetapi tidak menjadikan keduanya bermusuhan.

 

- Kaum Yahudi dari zaman dahulu hingga sekarang terpecah menjadi beberapa sekte dan kelompok. Ini seperti apa yang disebutkan di dalam hadits Abdullah bin Amru bin Ash bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,


          إِنَّ بني إسرائيلَ تفرقَتْ على ثنتينِ وسبعينَ مِلَّةً ، وتفْتَرِقُ أمتي على ثلاثٍ وسبعينَ ملَّةً كلُّهم في النارِ إلَّا ملَّةً واحدَةً ، قال من هِيَ يا رسولَ اللهِ ؟ قال : ما أنا عليه وأصحابي 

 “Sesungguhnya Bani Israel telah berpecah kepada 72 golongan, manakala umatku pula akan berpecah kepada 73 golongan. Kesemua mereka di neraka kecuali satu golongan sahaja. (Para sahabat) bertanya, "Siapakah (golongan yang tersebut) wahai  Rasulullah? Rasulullah menjawab, "golongan yang aku dan para sahabatku berada di atasnya” (Hadist Hasan, HR. Tirmidzi, 2641)

Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan terpecah mereka selain pada ayat di atas, yaitu firman Allah,

لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاۤءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ

“Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antar sesama mereka sangat hebat. Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak berakal.” (QS. Al-Hasyr[59]: 14)

 

كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ

 

- Salah satu sifat buruk kaum Yahudi adalah menyalakan api peperangan di antara umat manusia, menyebarkan fitnah, menimbulkan perpecahan dalam tubuh umat Islam. Perang saudara yang terjadi antara kaum muslimin banyak dilatar belakangi oleh kaum Yahudi, semenjak masa kenabian hingga hari ini. Kita masih ingat konflik yang hampir terjadi antara suku ‘Aus dan Khazraj dan menyebabkan turun ayat (QS. Ali-Imran[3]: 163) pemicunya adalah kaum Yahudi yang berusaha menyulut api peperangan di antara orang-orang Anshar tetapi Allah segera memadamkannya.

- Begitu juga fitnah yang terjadi pada Utsman bin Affan yang menyebabkan terbunuhnya beliau dalam keadaan membaca Al-Qur’an dan sedang berpuasa. Pemicunya adalah kaum Yahudi yang berpura-pura masuk Islam.

- Fitnah pada masa Utsman bin Affan tersebut berlanjut hingga terjadinya konflik antara Ali dan Mu’awiyah. Lagi-lagi pemicunya adalah kaum Yahudi.

- Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924 juga dalangnya adalah orang-orang Yahudi yang ingin merampas tanah Palestina.

- Begitu juga peperangan dan konflik antara negara-negara muslim sesudahnya hingga hari ini, dibalik itu semua adalah kaum Yahudi.

 

وَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ

 

- Kaum Yahudi juga dikenal sebagai kaum yang sering membuat kerusakan di muka bumi ini. selain menyulut api peperangan dan pemecahan disetiap tempat, mereka juga membuat kerusakan di muka bumi ini dalam berbagai bentuknya. Dari kerusakan agama, fisik, psikis dan moral serta alam semesta.

- Kerusakan agama; mereka menciptakan ajaran-ajaran sesat yang menyimpang dari ajaran agama, seperti Freemansoni, agama Ibrahimiyah (Gabungan tiga agama, Yahudi, Nashrani, Islam). Di Indonesia sendiri tumbuh subur aliran-aliran sesat yang jumlahnya diperkirakan sampai 315 aliran.

- Kerusakaan fisik; rusaknya alam akibat ulah manusia, akibat perang menggunakan senjata pemusnah masal, maraknya penambangan, penggundulan hutan-hutan, tercemar lautan, udara, dan daratan. Allah berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum[30]: 41)

- Kerusakan moral; mereka menyebarkan dan menyuburkan tempat-tempat maksiat seperti club-club malam, kasino, pusat-pusat perjudian, lokasi pelacuran, penjulan minuman keras, peredaran narkoba dan lainnya.

 

وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan, yaitu orang-orang Yahudi dan siapa saja yang mengikuti jejak mereka.

KARYA TULIS