Karya Tulis
265 Hits

Tafsir An-Najah (Qs.4: 122-124) Bab 249 Bukan dengan Angan-angan


وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ وَعْدَ اللّٰهِ حَقًّا ۗوَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ قِيْلًا

“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?”

(Qs. an-Nisa’: 122)

 

Pelajaran (1) Janji Allah Benar

(1) Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan keadaan orang-orang musyrik yang menyembah berhala, bahwa mereka telah disesatkan syetan dengan kesesatan yang jauh dan mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam. Sedangkan pada ayat ini dijelaskan keadaan orang-orang beriman dan beramal shalih, bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya.

Perbandingan dua keadaan seperti ini sering disebutkan di dalam al-Qur’an agar orang-orang yang mempunyai akal sehat dan hati yang bersih dapat memilih salah satu dari kedua golongan yang disebutkan di atas.

(2) Firman-Nya,

وَعْدَ اللّٰهِ حَقًّا

“Janji Allah itu benar.”

Janji Allah itu pasti benar dan Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya, sebagaimana di dalam:

(a) Firman Allah ﷻ,

وَعْدَ اللّٰهِ ۗ لَا يُخْلِفُ اللّٰهُ وَعْدَهٗ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

“(Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs. ar-Rum: 6)

(b) Allah ﷻ juga berfirman,

رَبَّنَآ اِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ

“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.” Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (Qs. Ali ‘Imran: 9)

(b)   Allah ﷻ juga berfirman,

رَبَّنَا وَاٰتِنَا مَا وَعَدْتَّنَا عَلٰى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ

“Ya Tuhan kami, anugerahilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji.” (Qs. Ali ‘Imran: 194)

(c)    Allah ﷻ juga berfirman,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ

“Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar. Maka, janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (syetan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.” (Qs. Fathir: 5)

Pada ayat di atas disebutkan bahwa “janji Allah itu benar” untuk membandingkan dengan janji syetan yang palsu. Orang yang berakal pasti akan memilih dan mempercayai janji Allah serta menjauhi janji syetan.

(3) Firman-Nya,

وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ قِيْلًا

“Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?”

Ayat ini untuk menunjukkan:

(a) Perkataan Allah termasuk janjinya adalah pasti benar.

(b) Al-Qur’an adalah firman Allah yang isinya adalah kebenaran, tidak ada kedustaan dan kesalahan di dalamnya.

Sebagian kalangan berdalil dengan ayat ini untuk membaca (صدق الله العظيم) setiap kali selesai membaca al-Qur’an.

 

Pelajaran (2) Bukan dengan Angan-angan

لَيْسَ بِاَمَانِيِّكُمْ وَلَآ اَمَانِيِّ اَهْلِ الْكِتٰبِ ۗ مَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا يُّجْزَ بِهٖۙ وَلَا يَجِدْ لَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا

“(Pahala dari Allah) bukanlah (menurut) angan-anganmu168) dan bukan (pula menurut) angan-angan Ahlul Kitab. Siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan dibalas sesuai dengan (kejahatan itu) dan dia tidak akan menemukan untuknya pelindung serta penolong selain Allah.” (Qs. an-Nisa’: 123)

(1) Untuk mencapai surga Allah, maka harus memenuhi dua syarat, yaitu beriman dan beramal shalih, bukan sekedar berangan-angan tanpa amal. Kata (اَمَانِيِّ) artinya sesuatu yang diinginkan seseorang untuk mendapatkan kebaikan dan manfaat di dunia dan akhirat.

(2) Diriwayatkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan angan-angan Ahlul Kitab yang mengatakan bahwa tidak akan masuk surga kecuali mereka. Mereka juga mengatakan bahwa Yahudi lebih utama daripada Islam, karena agamanya datang lebih dahulu. Sedangkan orang Islam berkata bahwa Islam lebih utama daripada Yahudi dan Nasrani, karena Nabi Muhammad ﷺ adalah penutup para nabi.

 

Pelajaran (3) Dosa yang Dibalas di Dunia

مَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا يُّجْزَ بِهٖۙ

“Siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan dibalas sesuai dengan (kejahatan itu).”

(1) Maksud (سُوْۤءًا) di sini adalah perbuatan syirik.

Sebagian ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah perbuatan dosa secara umum. Bila yang mengerjakan dosa tersebut adalah orang kafir, maka akan dibalas dengan siksaan pada hari kiamat.

Akan tetapi jika yang mengerjakan dosa tersebut adalah orang beriman, maka Allah akan mengampuninya jika berkehendak, atau akan membalasnya di dunia, berupa musibah, sakit, ujian, kesulitan. Itu semua sebagai penghapus dosa-dosanya, sehingga ketika meninggal dunia dan bertemu Allah, sudah bersih dari dosa-dosanya.

(2) Di dalam hadits Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata,

“Ketika aku sedang bersama Rasulullah ﷺ turunlah ayat ini. Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Wahai Abu Bakar apakah engkau mau membacakan ayat yang baru saja diturunkan kepadaku?’ Aku menjawab, ‘Mau wahai Rasulullah.’ Maka ia membacakan ayat tersebut, tiba-tiba punggungku terasa berat. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Mengapa wahai Abu Bakar?’ Abu Bakar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, siapa di antara kita yang tidak berbuat dosa? Apakah setiap dosa yang kita kerjakan pasti akan dibalas?’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Adapun engkau dan para sahabatmu yang beriman, akan dibalas perbuatannya di dunia, sehingga kalian akan bertemu Allah (pada hari kiamat) tanpa ada dosa. Adapun orang-orang kafir akan dikumpulkan dosa tersebut sampai hari kiamat, dan akan dibalas pada hari itu’.” (HR. at-Tirmidzi)

(3) Dalam riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika ayat ini turun, hal itu membuat berat bagi umat Islam, kemudian mereka datang kepada Rasulullah ﷺ, beliau pun bersabda,

قاربوا وسددوا ففي كل ما يصاب به المسلم كفارة حتى النكبة ينكبها أو الشوكة يشاكها

“Janganlah kalian berlebihan, tempuhlah kejujuran dan perbaikilah dirimu. Sesungguhnya setiap musibah yang menimpa seorang muslim itu adalah sebagai penghapus dosa, termasuk pula jika ia terantuk batu ataupun tertusuk duri.” (HR. Muslim)

(4) Ini dikuatkan dengan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

 

Pelajaran (4) Tidak Ada Penolong

وَلَا يَجِدْ لَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا

“Dan dia tidak akan menemukan untuknya pelindung serta penolong selain Allah.”

(1) Penutup ayat ini menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa (سُوْۤءًا) adalah syirik atau kafir. Sebab kalau orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari Allah, sebagaimana di dalam firman-Nya,

اِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُوْمُ الْاَشْهَادُۙ

“Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari dihadirkannya para saksi (hari Kiamat).” (Qs. Ghafir: 51)

(2) Sedangkan yang berpendapat bahwa (سُوْۤءًا) adalah dosa secara umum, dan jika seorang muslim yang melakukannya akan terhapus dengan adanya musibah dan sakit yang menimpanya, maka yang dimaksud dosa di sini adalah dosa kecil. Sebab kalau dosa besar, pelakunya harus bertaubat agar Allah mengampuninya. Wallahu a’lam.

 

Pelajaran (5) Syarat Diterimanya Amal

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا

“Siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia beriman, akan masuk ke dalam surga dan tidak dizhalimi sedikit pun.” (Qs. an-Nisa’: 124)

(1) Ayat ini menyebutkan dua syarat yang harus dipenuhi seseorang agar bisa masuk surga. Kedua syarat tersebut adalah:

(a) Dia harus orang yang beriman (وَهُوَ مُؤْمِنٌ)

(b) Dia harus beramal shalih yaitu amal yang sesuai dengan aturan Rasulullah ﷺ dan dikerjakan dengan niat ikhlas karena mencari ridha Allah.

(2) Ayat ini juga menjelaskan bahwa kedudukan perempuan sama dengan laki-laki di hadapan Allah dalam beramal shalih. Ayat ini sekaligus sebagai bantahan orang-orang yang menuduh bahwa agama Islam cenderung membela kaum laki-laki dan menyudutkan kaum perempuan. Ini dikuatkan dengan firman Allah,

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ ۚ فَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَاُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاُوْذُوْا فِيْ سَبِيْلِيْ وَقٰتَلُوْا وَقُتِلُوْا لَاُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاُدْخِلَنَّهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ ثَوَابًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الثَّوَابِ

“Maka, Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan perbuatan orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka, orang-orang yang berhijrah, diusir dari kampung halamannya, disakiti pada jalan-Ku, berperang, dan terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai sebagai pahala dari Allah. Di sisi Allahlah ada pahala yang baik”.” (Qs. Ali ‘Imran: 195)

(3) Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang kafir yang berbuat kebaikan maka perbuatan baik itu tidak diterima di akhirat, dan amalnya sia-sia, sebab dia tidak mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Allah ﷻ berfirman,

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

“Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs. Ali ‘Imran: 85)

Allah ﷻ juga berfirman,

وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا

“Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Qs. al-Furqan: 23)

(4) Ayat di atas juga menunjukkan bahwa Allah tidak menzhalimi hamba-Nya sedikitpun.

Kata (نَقِيْرًا) pada ayat ini artinya mirip dengan kata (فَتِيْلًا) pada Qs. an-Nisa’ ayat 49, yang keduanya diartikan sebagai sesuatu yang sangat sedikit atau kecil. Namun para ulama secara detail membedakan antara keduanya dari sisi bahasa.

Kata (نَقِيْرًا) memiliki beberapa arti:

(a) Sesuatu yang kecil. Sebesar apapun yang dipatuk oleh burung dengan paruhnya.

(b) Lubang kecil yang ada pada biji kurma.

Kata (فَتِيْلًا) juga mempunyai beberapa arti:

(a) Kotoran yang terangkat oleh jari tangan yang bersih.

(b) Serat pada belahan biji kurma.

 

***

Jakarta, Ahad, 15 Mei 2022

KARYA TULIS