Tafsir An-Najah (Qs.4:156-159): Bab 264 Kisah Pembunuhan Nabi Isa

وَّبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلٰى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًاۙ
“(Kami juga menghukum mereka) karena kekufuran mereka dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan tuduhan palsu lagi sangat keji.”
(Qs. an-Nisa’: 156)
Pelajaran (1) Tuduhan Keji Terhadap Maryam
Ayat ini menyebutkan kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Jika digabungkan dengan kejahatan dan pelanggaran yang disebutkan ayat sebelumnya, berarti terdapat enam pelanggaran (lanjutan dari empat pelanggaran yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya), yaitu:
Kelima: Mereka mengkufuri kenabian Nabi Isa bin Maryam ‘alaihi as-salam.
Maksud dari firman-Nya (وَّبِكُفْرِهِمْ) pada ayat ini adalah kekafiran mereka kepada kenabian Nabi Isa bin Maryam. Jadi kata (وَّبِكُفْرِهِمْ) pada ayat ini berbeda dengan kata (وَّبِكُفْرِهِمْ) pada ayat sebelumnya (Qs. an-Nisa’: 155).
Kafir pada ayat sebelumnya berarti kekafiran secara umum, sedangkan kafir pada ayat ini berarti kekafiran kepada Nabi Isa bin Maryam. Memang orang-orang Yahudi hanya mengakui Nabi Musa saja, tetapi mengkafiri kenabian Nabi Isa dan Nabi Muhammad ﷺ.
Keenam: Mereka menuduh Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa, dengan tuduhan yang keji.
وَقَوْلِهِمْ عَلٰى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًاۙ
“Dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan tuduhan palsu lagi sangat keji.”
Kata (البُهْتَانُ) artinya kebohongan nyata, yang sangat jauh dari kebenaran, dan tuduhan yang membuat tertuduh kaget sekaligus bingung karena tuduhannya yang sangat tidak masuk akal.
Tuduhan orang-orang Yahudi terhadap Maryam binti Imran adalah tuduhan yang sangat keji, karena mereka menuduh Maryam berzina dengan laki-laki shalih yang bernama Yusuf an-Najjar, sehingga hamil dan melahirkan Nabi Isa.
Tuduhan keji ini tersebut di dalam firman Allah ﷻ,
فَاَتَتْ بِهٖ قَوْمَهَا تَحْمِلُهٗ ۗقَالُوْا يٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًٔا فَرِيًّا ۞ يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ بَغِيًّا ۖ ۞
“Wahai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu bukan seorang yang berperangai buruk dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.” (Qs. Maryam: 27-28)
Pelajaran (2) Pembunuhan Nabi Isa
وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۗوَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗمَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ
“(Kami menghukum pula mereka) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang menurut mereka menyerupai (Isa). Dan sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya (pembunuhan Isa), selalu dalam keragu-raguan terhadapnya. Mereka benar-benar tidak mengetahui (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), kecuali mengikuti persangkaan belaka. (Jadi,) mereka tidak yakin telah membunuhnya.” (Qs. an-Nisa’: 157)
(1) Ini adalah pelanggaran ketujuh yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Mereka mengaku telah membunuh Nabi Isa bin Maryam.
Nabi Isa disebut (الْمَسِيْحَ) yang artinya “mengusap”, karena dua sebab:
(a) Nabi Isa sering melakukan perjalanan di muka bumi. Berjalan di muka bumi dianggap seperti mengusap bumi dengan kaki.
(b) Nabi Isa mengusap penyakit yang diderita oleh manusia, sehingga menjadi sembuh. Keberadaannya menjadi keberkahan bagi masyarakat sekitarnya. Dimana pun berada, beliau membawa keberkahan yang mengajak kepada kebenaran, sekaligus menyembuhkan banyak penyakit.
Hal ini disebutkan di dalam firman Allah ﷻ,
وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ
“Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku.” (Qs. Maryam: 31)
(2) Pengakuan orang-orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa adalah pengakuan yang disertai dengan perasaan bangga yang berlebihan serta perasaan yang sombong dan angkuh. Hal ini menunjukkan betapa jahat hati mereka. merasa bangga bisa membunuh seorang nabi.
(3) Kata (رَسُوْلَ اللّٰهِۚ) dalam ayat ini adalah perkataan orang-orang Yahudi untuk mengejek dan mengolok-olok Nabi Isa. Ini seperti perkataan Fir’aun kepada Nabi Musa, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah ﷻ,
قَالَ اِنَّ رَسُوْلَكُمُ الَّذِيْٓ اُرْسِلَ اِلَيْكُمْ لَمَجْنُوْنٌ
“Dia (Fir‘aun) berkata, ‘Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepadamu benar-benar gila’.” (Qs. asy-Syu’ara: 27)
Ini juga seperti perkataan orang-orang musyrik kepada Nabi Muhammad ﷺ, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah ﷻ,
وَقَالُوْا يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْ نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ اِنَّكَ لَمَجْنُوْنٌ ۗ
“Mereka berkata, “Wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qur’an, sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) benar-benar orang gila.” (Qs. al-Hijr: 6)
Bisa juga kata (رَسُوْلَ اللّٰهِۚ) adalah pernyataan dari Allah sebagai pembelaan kepada Nabi Isa atas apa yang mereka tuduhkan kepadanya. Ini seperti firman Allah ﷻ yang menceritakan perkataan orang-orang musyrik tentang Allah,
وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُۙ
“Jika kamu menanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,” pastilah mereka akan menjawab, “Yang menciptakannya adalah Zat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Qs. az-Zukhruf: 9)
Pelajaran (3) Diserupakan dengan Nabi Isa
وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ
“Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang menurut mereka menyerupai (Isa).”
(1) Penggalan ayat ini menunjukkan bantahan Allah kepada orang-orang Yahudi yang mengakui telah membunuh Nabi Isa. Tetapi faktanya mereka tidak bisa membunuhnya dan pembunuhan itu tidak terjadi. Bahkan mereka pun tidak menyalibnya.
Ternyata yang mereka bunuh dan salib bukanlah Nabi Isa, tetapi orang lain yang wajahnya dimiripkan dengan wajah Nabi Isa. Mereka menyangka orang tersebut adalah Nabi Isa, padahal bukan.
(2) Lantas siapa yang diserupakan dengan Nabi Isa? Terdapat tiga pendapat, yaitu:
(a) Dia adalah Yudas Iskariot, salah seorang murid Nabi Isa yang berkhianat dan menjadi mata-mata musuh.
(b) Dia adalah salah satu murid Nabi Isa yang bersedia untuk diserupakan Nabi Isa atas permintaan Nabi Isa sendiri, dan dijanjikan akan masuk surga bersama Nabi Isa.
(c) Dia adalah salah satu tantara Romawi atau salah seorang Yahusi yang paling benci dengan Nabi Isa.
Rincian masalah ini sudah dijelaskan di dalam tafsir Qs. Ali ‘Imran ayat 55.
Pelajaran (4) Mereka Berselisih dan Tidak Mempunyai Ilmu
وَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ
“Dan sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya (pembunuhan Isa), selalu dalam keragu-raguan terhadapnya.”
(1) Ahlul Kitab berselisih pendapat tentang Nabi Isa. Pendapat tersebut sangat banyak dan beragam, diantaranya:
(a) Sebagian dari mereka telah membunuh dan menyalib Nabi Isa.
(b) Di antara mereka ada yang bertanya, “Kalau kita telah membunuh Isa, lalu dimana teman kita (maksudnya: Yahudi yang menjadi mata-mata)? Kalau yang kita bunuh adalah Yudas, lantas di mana Isa?”
(c) Sebagian mereka mengatakan wajah orang yang kita bunuh adalah wajah Isa, tetapi badannya adalah badan Yudas.
(2) Mereka tidak mempunyai ilmu.
مَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ
“Mereka benar-benar tidak mengetahui (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), kecuali mengikuti persangkaan belaka.”
(a) Mereka para Ahlul Kitab tidak mempunyai ilmu sama sekali tentang hakikat Nabi Isa dan hakikat pembunuhannya. Ilmu adalah pengetahuan yang sesuai dengan fakta.
(b) Mereka hanya mengikuti prasangka saja dan tidak mempunyai ilmu yang pasti.
(c) Pada ayat ini disebutkan tiga tingkatan pengetahuan, yaitu:
- (الشَّكُ) artinya “keraguan atau ragu-ragu”, yaitu antara mengetahui dan tidak mengetahui perbandingannya sama (50% dan 50%).
- (الظَّنُّ) artinya “prasangka”, yaitu adanya pengetahuan lebih dominan daripada ketidaktahuannya, namun tidak sampai pada taraf yakin.
- (ليَقِينُ) artinya “yakin”, yaitu pengetahuan yang menancap dalam hati setelah penelitian dan perenungan yang panjang, sehingga menghilangkan segala bentuk keragu-raguan dan prasangka, dan hati menjadi tenang dengannya.
Yakin memiliki tiga tingkatan, yaitu: (1) ‘ilmu yaqin, (2) ‘ainul yaqin, (3) haqqul yaqin.
Penjelasan tentang “Yakin” meliputi hakikat, pengertian, tingkatan, dan manfaatnya, telah penulis jelaskan secara lebih rinci di dalam buku 13 Jalan Pensucian Jiwa.
Pelajaran (5) Pengangkatan Nabi Isa
بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
“Akan tetapi, Allah telah mengangkatnya (Isa) ke hadirat-Nya. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. an-Nisa’: 158)
(1) Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Isa telah diangkat oleh Allah ke langit di tempat yang terhormat di sisi-Nya.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa Nabi Isa diangkat ke langit dalam keadaan hidup dengan ruh dan jasadnya. Masalah ini sudah dijelaskan dalam penafsiran Qs. Ali ‘Imran: 55.
(2) Kemudian ayat ini ditutup dengan nama Allah (عَزِيْزًا حَكِيْمًا) Maha Perkasa dan Maha Mulia sehingga tidak bisa dikalahkan. Mampu menyelamatkan Nabi Isa dengan cara yang tidak disangka oleh musuh-musuhnya.
Maha Bijaksana (حَكِيْمًا) dalam memutuskan perkara dan men-takdirkan sesuatu, termasuk Maha Bijaksana ketika mengangkat Nabi Isa ke langit dalam keadaan hidup dan akan diturunkan kembali di akhir zaman sebagai salah satu tanda datangnya hari kiamat.
Pelajaran (6) Nabi Isa Turun di Akhir Zaman
وَاِنْ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهٖ قَبْلَ مَوْتِهٖ ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًاۚ
“Tidak ada seorang pun di antara Ahlulkitab, kecuali beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.” (Qs. an-Nisa’: 159)
(1) Para ulama berbeda pendapat tentang penafsiran ayat di atas.
Pertama: Pendapat mayoritas ulama bahwa tidak ada satupun dari Ahlul Kitab kecuali akan beriman kepada Nabi Isa sebelum kematian Nabi Isa.
Dhamir (هِ) pada firman-Nya (قَبْلَ مَوْتِهٖ) merujuk kembali kepada Nabi Isa. Ini terjadi ketika Nabi Isa turun ke bumi sebagai salah satu tanda dekatnya hari kiamat.
Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,
فَاِمَّا نَذْهَبَنَّ بِكَ فَاِنَّا مِنْهُمْ مُّنْتَقِمُوْنَۙ
“Maka, sungguh jika Kami benar-benar mewafatkanmu (sebelum engkau mencapai kemenangan), sesungguhnya kepada mereka Kami akan (tetap) memberikan balasan.” (Qs. az-Zukhruf: 61)
Di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
والذي نفسي بيده ليوشكن أن ينزل فيكم ابن مريم حكما مقسطا فيكسر الصليب ويقتل الخنزير ويضع الجزية ويفيض المال حتى لا يقبله أحد
“Demi Dzat yang jiwaku dalam genggamanNya, sungguh tiada lama lagi akan segera turun Ibnu Maryam (Isa 'alaihis salam) yang akan menjadi hakim yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi, membebaskan jizyah dan harta benda melimpah ruah sehingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kemudian Abu Hurairah berkata, “Jika kalian mau, silakan baca firman Allah, … وَاِنْ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ (Qs. an-Nisa’: 159).”
Pendapat ini sesuai dengan konteks dan urutan ayat. Ayat-ayat sebelumnya membicarakan batilnya apa yang diklaim oleh orang-orang Yahudi, bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa.
Jadi ayat ini dalam rangka membantah pendapat mereka. Maka makna yang lebih tepat adalah bahwa Nabi Isa masih hidup dan akan turun kembali ke bumi di akhir zaman, kemudian semua Ahlul Kitab akan beriman kepadanya sebelum kematian Nabi Isa.
Kedua: Adapun pendapat kedua bahwa yang dimaksud ayat di atas adalah tidak satupun dari Ahlul Kitab sebelum kematiannya, ia akan beriman kepada Nabi Isa, yaitu keimanan pada saat sakaratul maut, yang merupakan keimanan yang tidak bermanfaat lagi baginya.
Maksud beriman kepada Nabi Isa di sini adalah mengimani bahwa Nabi Isa sebagai seorang nabi dan rasul yang mengajarkan tauhid dan melarang berbuat syirik.
Pendapat ini berdalil dengan bacaan Ubay bin Ka’ab terhadap ayat ini,
اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهٖ قَبْلَ مَوْتِهٖمْ
“kecuali beriman kepadanya (Isa) menjelang kematian mereka.”
Dalam bacaan Ubay bin Ka’ab menggunakan dhamir jamak, yang merujuk kembali kepada Ahlul Kitab.
وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًاۚ
“Pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.”
Pada hari kiamat Nabi Isa akan menjadi saksi atas Ahlul Kitab bahwa beliau telah menyampaikan apa yang Allah perintahkan untuk menyembah Allah saja dan melarang mereka berbuat syirik. Dan untuk menjadi saksi bahwa Bani Israel (Ahlul Kitab) sudah menyeleweng dari ajarannya.
Persaksian Nabi Isa kepada umatnya juga disebutkan di dalam firman Allah ﷻ,
مَا قُلْتُ لَهُمْ اِلَّا مَآ اَمَرْتَنِيْ بِهٖٓ اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۚوَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَّا دُمْتُ فِيْهِمْ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِيْ كُنْتَ اَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ ۗوَاَنْتَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
“Aku tidak (pernah) mengatakan kepada mereka kecuali sesuatu yang Engkau perintahkan kepadaku, (yaitu) “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Engkau Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Qs. al-Ma’idah: 117)
***
Bekasi, Senin, 23 Mei 2022
-

Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya

Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -

Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -

Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -

Nasionalisme
Lihat isinya

Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -

Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya

Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -

Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya

Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Jual Beli Terlarang
Lihat isinya

Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya

Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -

Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya

Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -

Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya

Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -

Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya

Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -

Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya

Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -

Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya

Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -

Membuka Pintu Langit
Lihat isinya

Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -

Menembus Pintu Langit
Lihat isinya

Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »