Karya Tulis
220 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 5:11) Bab 281 Allah Menahan Kejahatan Mereka


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ هَمَّ قَوْمٌ اَنْ يَّبْسُطُوْٓا اِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ࣖ

“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah (yang dianugerahkan) kepadamu ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Dia menahan tangan (mencegah) mereka dari kamu. Bertakwalah kepada Allah dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang mukmin itu bertawakal.”

(Qs. al-Ma’idah: 11)

 

Pelajaran (1) Sebab Turunnya Ayat

Terdapat beberapa pendapat ulama tentang sebab turunnya ayat ini, diantaranya:

(1) Ayat ini turun berkenaan dengan perilaku Bani Nadhir dari kalangan Yahudi ketika mereka hendak menimpakan batu penggiling kepada Nabi ﷺ. Suatu ketika Nabi ﷺ mendatangi Bani Nadhir bersama Abu Bakr, Utsman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin ‘Ubaidillah dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf untuk meminta tolong kepada mereka perihal tebusan kabilah ‘Amiriyin. Kemudian mereka menugaskan ‘Amir bin Jahsy bin Ka’ab untuk menimpakan batu besar kepada Nabi ﷺ dari atas, ketika beliau duduk di bawah dinding dan mereka telah berkumpul di hadapannya. Kemudian Allah memperlihatkan rencana jahat mereka kepada beliau ﷺ, lalu beliau ﷺ langsung pergi ke Madinah diikuti oleh para sahabat.

Rasulullah ﷺ pun datang kembali ke tempat itu dengan membawa pasukan dan mengepungnya selama enam hari. Kemudian mereka pun pasrah dan meminta diizinkan untuk meninggalkan tempat tersebut dengan membawa harta benda mereka seberat beban muatan yang mampu dibawa oleh seekor unta.

 Sebagian sahabat meminta kepada Rasulullah ﷺ agar membunuh mereka. Tetapi Allah melarang kaum muslimin untuk bertindak berlebihan dan tidak adil kepada mereka. Maka turunlah ayat ini (Qs. al-Ma’idah: 11).

Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan bahwa kejadian ini adalah sebab turunnya ayat 8, dan sebagian yang lain mengatakan bahwa kejadian ini merupakan sebab turunnya ayat 11. Ada kemungkinan ayat 8-11 turun dalam satu waktu. Wallahu a’lam.

(2) Dalam riwayat lain bahwa Rasulullah ﷺ pernah singgah di Bathni Nakhl dalam Perang Dzatur-Riqa’. Bani Tsa’labah dan Bani Muharib berencana untukmembunuh Rasulullah ﷺ dan mengutus seorang Badui, atau seseorang yang bernama Ghaurats bin Harits.

Pada waktu para sahabat berpencar menuju pohon besar yang berduri untuk bernaung di bawahnya, sedangkan Nabi ﷺ menggantungkan pedangnya di sebatang pohon. Kemudian orang Badui tersebut atau Ghaurats bin Harits mengambil pedang Rasulullah dan mengatakan kepada beliau sambil mengacungkan pedang, “Siapa yang bisa menghalangimu dariku?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Allah.” Lalu orang Badui menyarungkan kembali pedang tersebut.

Nabi ﷺ memanggil para sahabat, serta menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi. Orang Badui tersebut duduk di samping beliau dan beliau tidak menghukumnya. Dalam riwayat lain bahwa orang Badui itu akhirnya masuk Islam.

 

Pelajaran (2) Berbuat Jahat kepada Nabi

اَنْ يَّبْسُطُوْٓا اِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ

“Bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya.”

(1) Kata (يَّبْسُطُوْٓا) artinya “mengulurkan atau membuka”. Maksudnya di sini yaitu: menjulurkan tangan mereka untuk berbuat jahat kepada kalian, yang dimaksud adalah Rasulullah ﷺ.

Dalam ayat ini menggunakan “kepada kalian” (اِلَيْكُمْ) sebab “keburukan yang menimpa Rasulullah ﷺ juga akan berdampak kepada kalian, wahai umat Islam”. Ini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya tidak terpisahkan. Mereka bagai dua sisi dari sekeping koin (mata uang) dan bagai jiwa yang satu. Beberapa ayat yang menunjukkan hal itu adalah firman-Nya,

مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (para sahabat).” (Qs. al-Fath: 29)

(2) Kata ini (يَّبْسُطُوْٓا) sering digunakan di dalam al-Qur’an untuk beberapa makna, diantaranya:

(a) Untuk menunjukkan maksud jahat seperti pada ayat di atas. Juga pada kisah Qabil dan Habil, sebagaimana di dalam firman-Nya,

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقۡتُلَنِي مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٖ يَدِيَ إِلَيۡكَ لِأَقۡتُلَكَۖ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” (Qs. al-Ma’idah: 28)

(b) Untuk mengambil sesuatu, sebagaimana di dalam firman-Nya,

لَهُۥ دَعۡوَةُ ٱلۡحَقِّۚ وَٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ لَا يَسۡتَجِيبُونَ لَهُم بِشَيۡءٍ إِلَّا كَبَٰسِطِ كَفَّيۡهِ إِلَى ٱلۡمَآءِ لِيَبۡلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَٰلِغِهِۦۚ وَمَا دُعَآءُ ٱلۡكَٰفِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَٰلٖ

“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka” (Qs. ar-Ra’d: 14)

(c) Untuk memberikan sesuatu atau menunjukkan kedermawanan, sebagaimana di dalam firman-Nya,

ٱللَّهُ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُۚ وَفَرِحُواْ بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا مَتَٰعٞ

“Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (Qs. ar-Ra’d: 26)

 

Pelajaran (3) Allah Menahan Kejahatan Mereka

فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْۚ

“Lalu Dia menahan tangan (mencegah) mereka dari kamu.”

(1) Inilah titik pentingnya orang-orang beriman untuk selalu mengingat nikmat ini dan bersyukur terhadapnya. Yaitu nikmat diselamatkan dari musuh-musuh yang ingin mencelakakan Rasulullah ﷺ dan umat Islam.

Inilah nikmat yang sangat besar, sebab tanpa pertolongan Allah, tentunya Nabi ﷺ dan para sahabat akan celaka. Selanjutnya umat Islam akan kalah dan agama Islam akan hilang eksistensinya di muka bumi.

(2) Kita juga masih ingat bagaimana Allah menyelamatkan umat Islam dari kehancuran total dalam Perang Uhud. Ketika kaum musyrikin Quraisy bisa mengalahkan umat Islam di medan perang, namun Allah tidak menggerakkan hati mereka untuk menghabisi umat Islam. Umat Islam yang saat itu dalam keadaan lemah disebabkan banyak dari mereka yang lari dan yang bertahan hanya beberapa personel saja.

(3) Juga dalam peristiwa Hudaibiyah, Allah tidak menggerakkan kaum musyrikin dengan kekuatanpenuhnya untuk menghabisi umat Islam yang sedang berihram dan dalam keadaan tidak siap perang.

(4) Dalam hal ini Allah juga berfirman,

وَهُوَ الَّذِيْ كَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ اَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ ۗوَكَانَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرًا

“Dialah (Allah) yang menahan tangan (mencegah) mereka dari (upaya menganiaya) kamu dan menahan tangan (mencegah) kamu dari (upaya menganiaya) mereka di tengah (kota) Makkah setelah Dia memenangkan kamu atas mereka. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al-Fath: 24)

Perintah untuk selalu mengingat dan mensyukuri nikmat Allah ini juga ditujukan kepada Bani Israel ketika Allah menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir’aun dan bala tentaranya. Sebagaimana Allah berfirman,

وَاِذْ نَجَّيْنٰكُمْ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَكُمْ سُوْۤءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُوْنَ اَبْنَاۤءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَاۤءَكُمْ ۗ وَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَاۤءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ

“(Ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Pada yang demikian terdapat cobaan yang sangat besar dari Tuhanmu.” (Qs. al-Baqarah: 49)

 

Pelajaran (4) Takwa dan Tawakkal

وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

“Bertakwalah kepada Allah dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang mukmin itu bertawakal.”

(1) Ayat ini memerintahkan orang-orang beriman untuk selalu bertakwa dan bertawakkal kepada Allah. Hal ini juga menunjukkan bahwa bertawakkal kepada Allah adalah salah satu tanda ketakwaan seseorang.

(2) Tawakkal pada ayat ini disebutkan setelah adanya pertolongan Allah kepada orang-orang beriman dari makar musuh-musuhnya. Hal ini untuk memberikan motivasi kepada mereka bahwa Allah benar-benar akan menolong orang-orang beriman, dan telah terbukti berkali-kali di hadapan mereka. Bahkan mereka menyaksikan pertolongan Allah dengan mata kepala mereka sendiri.

(3) Hal seperti ini juga pernah dialami oleh Bani Israel, tatkala Allah menyelamatkan mereka dari kejaran Fir’aun. Mereka menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana Allah menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya ke dalam laut. Allah berfirman,

وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ

“(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya).” (Qs. al-Baqarah: 50)

 

Pelajaran (5) Lima Perintah Allah

Dengan berakhirnya (Qs. al-Ma’idah: 11) ini maka berakhir pula untuk sementara pembahasan tentang perjanjian dan kewajiban-kewajiban yang Allah bebankan kepada orang-orang beriman dalam hidup ini agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Secara ringkas terdapat lima perintah Allah kepada orang-orang beriman dalam Qs. al-Ma’idah: 1-11, yaitu:

(1) Perintah untuk menyempurnakan akad dan perjanjian.

(2) Larangan untuk menghalalkan syiar-syiar Allah.

(3) Perintah untuk bersuci yang mencakup wudhu, mandi, dan tayammum.

(4) Selalu menegakkan keadilan dimana, kapan, dan kepada siapa saja.

(5) Perintah untuk selalu mengingat menyukuri nikmat-nikmat Allah.

 

***

Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022

KARYA TULIS