Tafsir An-Najah (Qs. 5:12) Bab 282 12 Pemimpin Bani Israel

وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
“Sungguh, Allah benar-benar telah mengambil perjanjian dengan Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Allah berfirman, “Aku bersamamu. Sungguh, jika kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku dan membantu mereka, serta kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka, siapa yang kufur di antaramu setelah itu, sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus”.”
(Qs. al-Ma’idah: 12)
Pelajaran (1) Persesuaian Ayat
Hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya, antara lain:
(1) Pada ayat sebelumnya (Qs. al-Ma’idah: 7) Allah mengingatkan orang-orang beriman akan perjanjian yang mereka ambil dari Allah dengan mengucapkan “sami’na wa atha’na” (kami mendengar dan kami taat).
Sedangkan pada ayat ini, Allah mengambil perjanjian dari Bani Israel. Akan tetapi mereka tidak menepati janji, sehingga Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk tidak mengikuti perbuatan Bani Israel.
(2) Pada ayat sebelumnya (Qs. al-Ma’idah: 11), Allah menyebutkan rencana busuk orang-orang Yahudi yang ingin membunuh Nabi Muhammad ﷺ. Sedangkan pada ayat ini dan selanjutnya, Allah mengungkap karakter buruk mereka yang sering berkhianat dan tidak menepati janji.
(3) Pada ayat sebelumnya, Allah membebani orang-orang beriman dengan kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan demi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Pada ayat ini, Allah juga membebani Bani Israel dengan kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan. Hal itu agar kaum muslimin menyadari bahwa kewajiban-kewajiban agama tidak hanya dibebankan kepada mereka saja, tetapi juga kepada umat-umat sebelum mereka.
Hal ini terlihat di dalam firman-Nya,
رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.” (Qs. al-Baqarah: 286)
Pelajaran (2) Makna An-Naqib
وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ
“Dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka.”
(1) Kata (نَقِيْبًاۗ) berasal dari (أنقب) yang berarti lubang yang luas atau jalan di gunung. Maksudnya di sini adalah pemimpin kelompok yang menjadi pengawas dan peneliti mereka serta penanggung jawab atas mereka.
Di dalam firman Allah ﷻ disebutkan:
وَكَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍ هُمْ اَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوْا فِى الْبِلَادِۗ هَلْ مِنْ مَّحِيْصٍ
“Betapa banyak umat sebelumnya (kaum kafir Quraisy) yang telah Kami binasakan! Mereka itu lebih hebat kekuatannya daripada (kaum kafir Quraisy) itu, sehingga mampu menjelajah (dan mengamati) beberapa negeri. Adakah tempat pelarian (bagi mereka dari kebinasaan)?” (Qs. Qaf: 36)
Kata (فَنَقَّبُوْا) di sini artinya mereka berjalan di muka bumi sampai mengadakan penelitian.
(2) Para pemimpin kelompok disebut sebagai naqib, karena dia tahu tentang seluk beluk kaumnya serta tahu tentang segala permasalahan yang menimpa mereka, juga mengetahui bagaimana cara mengatasinya. Ini seperti halnya orang yang mengetahui seluk beluk jalan-jalan di gunung, bahkan tahu dimana lubang-lubang di dalamnya. Itu semua diketahui dari terus menerusnya mengadakan pengamatan dan penelitian. Umar bin al-Khaththab disebut “an-Naqib” yaitu peneliti keadaan rakyatnya.
(3) Demikian pula pada peristiwa Bai’atul ‘Aqabah, dimana 70 laki-laki dan 2 perempuan dari kalangan Anshar melakukan bai’at kepada Rasulullah ﷺ untuk taat dan membela beliau ketika kelak datang ke Kota Madinah. Beliau memilih 12 Naqib di antara mereka.
(4) Adapun maksud ayat ini bahwa Allah mengambil perjanjian dari Bani Israel agar mereka melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Allah juga memerintahkan 12 naqib (pemimpin) dari Bani Israel pergi ke Baitul Maqdis untuk mencari informasi tentang keadaan penguasa, tantara, dan penduduk yang tinggal di dalamnya. Ternyata mereka mendapati bahwa tentara-tentaranya memiliki fisik yang kuat dan kekar. Penduduknya memiliki pertahanan militer yang tangguh. Kenyataan tersebut membuat kedua belas naqib menjadi takut dan gentar.
Nabi Musa melarang mereka untuk menyebarkan informasi yang diperoleh secara umum kepada Bani Israel, sebab informasi tersebut khusus untuk mereka. Namun sepuluh dari mereka menyebarkan informasi tersebut kepada saudara dan kerabatnya, sehingga orang-orang Bani Israel menjadi gentar dan tidak berani berperang menghadapi pasukan yang menguasai Baitul Maqdis.
(5) Nabi Musa memilih 12 naqib karena mewakili tiap-tiap suku Bani Israel yang terdiri dari 12 suku, sesuai dengan jumlah anak Nabi Ya’kub, sebagaimana dalam firman Allah ﷻ
وَقَطَّعْنٰهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ اَسْبَاطًا اُمَمًاۗ
“Kami membagi mereka (Bani Israil) menjadi dua belas suku yang tiap-tiap mereka berjumlah besar.” (Qs. al-A’raf: 160)
Setiap suku (kabilah) dipimpin oleh seorang naqib yang membimbing dan mengarahkan mereka untuk tetap istiqomah di dalam mentaati ajaran Nabi Musa dan melarang mereka berbuat maksiat.
Pelajaran (3) Allah Bersama Mereka
وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ
“Allah berfirman, “Aku bersamamu.”
(1) Dari ayat ini Allah memberitahukan kepada Bani Israel bahwa Dia akan bersama mereka, menolong dan melindungi mereka dari musuh-musuh mereka, selama mereka istiqomah dalam memegang ajaran Nabi Musa.
(2) Pertolongan Allah akan bersama orang-orang yang taat dan patuh.
(a) Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ,
فَلَمَّا تَرٰۤءَا الْجَمْعٰنِ قَالَ اَصْحٰبُ مُوْسٰٓى اِنَّا لَمُدْرَكُوْنَ ۞ قَالَ كَلَّا ۗاِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ ۞
“Ketika kedua golongan itu saling melihat, para pengikut Musa berkata, “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Dia (Musa) berkata, “Tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku”.” (Qs. asy-Syu’ara: 61-62)
Ketika Fir’aun dan bala tentaranya mampu mneyusul Bani Israel, Nabi Musa mengatakan bahwa Allah bersama dirinya, akan memberikan pertolongan. Dan benar, Allah menolong mereka dari kejaran Fir’aun.
(b) Hal ini dikuatkan dengan firman-Nya,
قَالَ لَا تَخَافَآ اِنَّنِيْ مَعَكُمَآ اَسْمَعُ وَاَرٰى
“Dia (Allah) berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir! Sesungguhnya Aku bersama kamu berdua. Aku mendengar dan melihat”.” (Qs. Thaha: 46)
(3) Ma’iyyatullah (kebersamaan Allah) pada ayat-ayat di atas:
(a) Qs. al-Ma’idah: 12 untuk Bani Israel.
(b) Qs. asy-Syu’ara: 15, Qs. asy-Syu’ara: 61-62, Qs. Thaha: 46 untuk Nabi Musa.
(c) Qs. at-Taubah: 40 untuk Nabi Muhammad ﷺ.
لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (Qs. at-Taubah: 40)
Pelajaran (4) Lima Perintah Allah
لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا
“Sungguh, jika kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku dan membantu mereka, serta kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik.”
Pada penggalan ayat ini, Allah memberikan lima perintah kepada Bani Israel untuk dilaksanakan. Ini sekaligus menjadi syarat untuk mendapatkan pertolongan Allah. Kelima perintah tersebut adalah:
(1) Menegakkan shalat, dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta mengerjakannya dengan ikhlas dan khusyu’.
(2) Membayar zakat.
(3) Beriman kepada para rasul. Iman kepada para rasul diletakkan pada urutan ketiga setelah shalat dan zakat, padahal semestinya diletakkan pada urutan pertama. Hal itu karena orang-orang Yahudi mengakui kewajiban shalat dan zakat, namun mereka masih mendustakan sebagian rasul yang diutus oleh Allah. Padahal iman kepada para rasul adalah salah satu syarat diterimanya shalat dan zakat.
(4) Menolong dan membela para rasul. Firman-Nya (وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ) berasal dari (التعزيز) yang berarti membela. Maksudnya di sini adalah membela dan menolong para rasul dengan tetap menghormati mereka.
(5) Meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik. Firman-Nya (وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا) “meminjamkan kepada Allah” maksudnya adalah menginfakkan harta di jalan Allah untuk menegakkan kalimat Allah, karena Allah Maha Kaya tidak butuh hamba-Nya.
(a) Begitu juga disebut “meminjamkan (harta) kepada Allah”, padahal apa yang di langit dan di bumi adalah milik Allah, termasuk harta yang dimiliki oleh manusia. hal ini untuk memberikan motivasi kepada mereka dan menghargai amal shalih mereka.
(b) Ini mirip dengan Allah ﷻ,
اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan surga yang Allah peruntukkan bagi mereka.” (Qs. at-Taubah: 111)
Pada ayat ini disebutkan bahwa Allah “membeli” jiwa dan harta orang-orang beriman, padahal jiwa dan harta mereka adalah milik Allah.
(c) Firman-Nya (قَرْضًا حَسَنًا) “pinjaman yang baik”. Ini biasanya digunakan untuk menyebut pinjaman yang tidak ada bunganya atau pinjaman yang tidak membawa keuntungan materi di dunia. Karena pahalanya akan diperoleh kelak di surga.
(6) Firman-Nya,
لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ
“Niscaya akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Aku masukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”
Orang-orang Bani Israel dari kalangan Yahudi yang mau melaksanakan lima perintah di atas akan mendapatkan:
(a) Pertolongan Allah di dunia, sebagaimana firman-Nya (وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ).
(b) Ampunan dari Allah terhadap dosa-dosa yang mereka kerjakan.
(c) Surga dengan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya.
Pelajaran (5) Sesat di Jalan
ۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
“Maka, siapa yang kufur di antaramu setelah itu, sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
(1) Ayat di atas menunjukkan bahwa siapa yang kafir setelah datangnya penjelasan dan setelah turunnya nikmat, maka dosanya lebih besar dan sesatnya lebih jauh serta siksaannya lebih pedih.
(2) Ini mirip dengan kisah al-Hawariyun yang meminta diturunkannya hidangan dari langit, lalu Allah mengabulkan permohonan tersebut, sambil memberikan ancaman keras bagi yang kafir setelah itu dengan siksaan yang pedih yang belum pernah ditimpakan sebelumnya. Allah berfirman,
قَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَاِنِّيْٓ اُعَذِّبُهٗ عَذَابًا لَّآ اُعَذِّبُهٗٓ اَحَدًا مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ
“Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkannya (hidangan itu) kepadamu. Siapa yang kufur di antaramu setelah (turun hidangan) itu, sesungguhnya Aku akan mengadzabnya dengan adzab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara (manusia) seluruh alam”.” (Qs. al-Ma’idah: 115)
***
Jakarta, Rabu, 1 Juni 2022
-

Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya

Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -

Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -

Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -

Nasionalisme
Lihat isinya

Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -

Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya

Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -

Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya

Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Jual Beli Terlarang
Lihat isinya

Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya

Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -

Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya

Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -

Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya

Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -

Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya

Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -

Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya

Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -

Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya

Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -

Membuka Pintu Langit
Lihat isinya

Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -

Menembus Pintu Langit
Lihat isinya

Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »