Tafsir An-Najah (Qs. 5:13-14) Bab 283 Melupakan Nasehat

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ لَعَنّٰهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوْبَهُمْ قٰسِيَةً ۚ يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖۙ وَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلٰى خَاۤىِٕنَةٍ مِّنْهُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ۞ وَمِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰٓى اَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ فَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۖ فَاَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۗ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللّٰهُ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
“(Namun,) karena mereka melanggar janjinya, Kami melaknat mereka dan Kami menjadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman-firman (Allah) dari tempat-tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Nabi Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat). Maka, maafkanlah mereka dan biarkanlah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang muhsin.”
(Qs. al-Ma’idah: 13)
Pelajaran (1) Lima Sanksi Allah
Setelah Allah memberikan lima perintah kepada kaum Yahudi dan mengambil perjanjian dari mereka, ternyata mereka mengkhianati perjanjian tersebut dan berpaling dari perintah Allah. Maka Allah memberikan lima sanksi kepada mereka, sebagai berikut:
(1) Allah melaknat mereka (لَعَنّٰهُمْ) artinya menjaduhkan mereka dari rahmat Allah.
Menurut Ibnu ‘Abbas: mereka dihukum dengan membayar upeti kepada umat Islam.
Adapun menurut al-Hasan: mereka dihukum dengan diubahnya wajah mereka menjadi kera dan babi.
(2) Allah menjadikan hati mereka keras, sulit menerima nasehat dan kebenaran dari orang lain (وَجَعَلْنَا قُلُوْبَهُمْ قٰسِيَةً). Kerasnya hati mereka seperti kerasnya batu, bahkan lebih keras dari batu itu sendiri, sebagaimana firman-Nya,
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ
“Setelah itu, hatimu menjadi keras sehingga ia (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras.” (Qs. al-Baqarah: 74)
(3) Mereka mengubah isi Taurat dengan menambah, mengurangi dan memanipulasi isinya. Hal ini dilakukan secara terus menerus sejak meninggalnya Nabi Musa hingga generasi kaum Yahudi yang tinggal di Madinah bersama Rasulullah ﷺ. Ini seperti di dalam firman-Nya,
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
“Di antara orang-orang Yahudi ada yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami membangkang.” (Mereka mengatakan pula,) “Dengarkanlah,” sedangkan (engkau Nabi Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. (Mereka mengatakan,) rā‘inā dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama. Seandainya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh. Dengarkanlah dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat. Akan tetapi, Allah melaknat mereka karena kekufurannya. Mereka tidak beriman, kecuali sedikit sekali.” (Qs. an-Nisa’: 46)
(4) Mereka menjadi lupa dengan apa yang telah diajarkan oleh Allah dan para rasul-Nya kepada mereka (وَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۚ).
Kata (نَسُوْا) artinya “mereka lupa”, dari kata (النسيان) artinya lupa. Ini disebabkan karena tiga hal:
(a) Lemah hatinya.
(b) Lengah karena disibukkan dengan urusan dunia, sehingga tidak ada waktu untuk mempelajari kitabullah.
(c) Sengaja melupakannya.
Kata (حَظًّا) artinya “bagian”. Kata ini dalam bentuk nakirah tanpa diberi (ال) huruf alif lam at-ta’rif, untuk menunjukkan betapa banyak dan besarnya bagian yang mereka lupakan.
(5) Firman-Nya (وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلٰى خَاۤىِٕنَةٍ مِّنْهُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ) maksudnya adalah bahwa mereka akan selalu berkhianat secara terus menerus, sejak nenek moyang mereka hingga kaum Yahudi di zaman Rasulullah ﷺ, kecuali sedikit dari mereka yang tidak berkhianat.
Pelajaran (2) Memaafkan Mereka
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
“Maka, maafkanlah mereka dan biarkanlah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang muhsin.”
Potongan ayat di atas memerintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk menanggapi perbuatan kaum Yahudi di atas dengan dua sikap:
(a) Memaafkan mereka (فَاعْفُ عَنْهُمْ), maksudnya tidak membalas kejahatan mereka dengan kejahatan yang serupa.
(b) Tidak mencela dan tidak menghukum mereka (وَاصْفَحْ). Ini tingkatan yang lebih tinggi dari sekedar memaafkan.
Orang yang mempunyai dua sifat ini dianggap golongan orang-orang yang berbuat baik (الْمُحْسِنِيْنَ). Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.
Hanya saja para ulama berbeda pendapat tentang maksud dari sikap memaafkan dan membiarkan mereka sehingga mereka tidak dihukum:
(1) Maksudnya mereka yang dimaafkan adalah orang-orang Yahudi yang sudah masuk Islam. Pendapat ini lemah karena orang-orang yang sudah masuk Islam otomatis seluruh dosanya yang lalu terhapus.
(2) Memberikan maaf kepada mereka telah dihapus dengan firman Allah ﷻ,
قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَلَا يُحَرِّمُوْنَ مَا حَرَّمَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَلَا يَدِيْنُوْنَ دِيْنَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حَتّٰى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَّدٍ وَّهُمْ صٰغِرُوْنَ ࣖ
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak mengharamkan (menjauhi) apa yang telah diharamkan (oleh) Allah dan Rasul-Nya, dan tidak mengikuti agama yang hak (Islam), yaitu orang-orang yang telah diberikan Kitab (Yahudi dan Nasrani) hingga mereka membayar jizyah dengan patuh dan mereka tunduk.” (Qs. at-Taubah: 29)
Ayat ini (Qs. at-Taubah: 29) berisi perintah untuk memerangi mereka atau mengambil jizyah dari mereka.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa memberikan maaf kepada orang-orang Yahudi ini dihapus dengan firman Allah ﷻ,
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَبَقُوْاۗ اِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَ
“Janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu mengira (bahwa) mereka dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).” (Qs. al-Anfal: 59)
Ayat ini (Qs. al-Anfal: 59) berisi perintah mengembalikan perjanjian kepada mereka kembali.
(3) Maksudnya adalah memberikan maaf kepada orang-orang Yahudi secara umum, selama perbuatan mereka tidak menghambat dan menghalangi dakwah Islam. Tetapi jika perbuatan mereka sudah melampaui batas dalam pelanggaran dan menghalangi dakwah Islam, atau menimbulkan kerusakan atau memakan korban, maka harus ditindak tegas.
Pelajaran (3) Perjanjian dengan Kaum Nasrani
وَمِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّا نَصٰرٰٓى اَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ فَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۖ فَاَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۗ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللّٰهُ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
“Dari orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani,” Kami telah mengambil perjanjian. Kemudian, mereka melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Maka, Kami menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari Kiamat. Kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selama ini mereka perbuat.” (Qs. al-Ma’idah: 14)
(1) Pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan tentang perilaku kaum Yahud terhadap perjanjian yang telah Allah ambil dari mereka. maka pada ayat ini, Allah menjelaskan perilaku kaum Nasrani terhadap perjanjian yang Allah ambil dan mereka.
(2) Firman-Nya (اِنَّا نَصٰرٰٓى) “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani”. Mereka mengakui dengan lisan mereka bahwa mereka adalah Nashara (النصارى) bentuk jamak dari (النصراني) yang mempunyai dua arti, yaitu:
(a) Para pembela Nabi Isa dan penegak ajaran-ajarannya.
(b) Nisbat kepada suatu kota “an-Nashirah” di Palestina, dimana Nabi Isa dibesarkan dan memulai dakwah dari tempat tersebut.
Pada ayat ini Allah menisbatkan nama “Nashara” kepada mereka untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka sudah akui sebagai penolong Nabi Isa dan penegak ajarannya, itu tidaklah benar.
(3) Firman-Nya (اَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ) “Kami telah mengambil perjanjian mereka”. Allah juga telah mengambil perjanjian mereka: untuk hanya menyembah kepada-Nya dan tidak mensyirikannya dengan sesuatupun, serta untuk beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ yang akan datang di akhir zaman.
Pelajaran (4) Melupakan Nasehat
فَنَسُوْا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوْا بِهٖۖ
“Kemudian, mereka melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.”
(1) Kaum Nasrani juga melupakan bagian besar dari apa yang dinasehatkan kepada mereka dalam Kitab Injil melalui lisan Nabi Isa ‘alaihis-salam.
(2) Sebagian ulama menyebutkan bahwa salah satu yang menyebabkan mereka melupakan ajaran Nabi Isa dan isi Kitab Injil adalah penindasan yang mereka alami dari para penguasa Romawi.
Tatkala Raja Konstantin memeluk agama Nasrani, setelah kurang lebih tiga abad dari kenaikan al-Masih ke langit dan penindasan yang dialami kaum Nasrani, mereka mulai melakukan aktifitas menulis kitab-kitab Injil yang berjumlah cukup banyak, beragam, bahkan kadang isinya saling bertentangan satu sama lainnya. Inti ajaran Tauhid justru semakin hilang dalam penulisan tersebut. Dan peristiwa ini terjadi pada tahun 325 Masehi.
(3) Pada masa Raja Konstantin, agama Nasrani memasuki era baru yaitu bercampur dengan paganism yang dianut oleh orang-orang Romawi selama ini dan bercampur pula dengan filsafat Yunani Kuno. Sejak masa itulah mulai terjadi perubahan-perubahan dalam ajaran-ajaran Nabi Isa ‘alaihis-salam.
Pelajaran (5) Timbulnya Permusuhan
فَاَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۗ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللّٰهُ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
“Maka, Kami menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari Kiamat. Kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selama ini mereka perbuat.”
(1) Kata (فَاَغْرَيْنَا) berasal dari (الغِرَاءُ) yang artinya perekat atau lem atau alat untuk menempelkan sesuatu kepada sesuatu yang lain.
Maksud dari ayat di atas adalah disebabkan mereka melupakan bagian besar maka Allah memberikan hukuman kepada mereka, berupa timbulnya permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.
(2) Para ulama berbeda pendapat tentang makna ditimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka, sebagai berikut:
(a) Pendapat pertama, maksudnya adalah permusuhan dan kebencian di antara pemeluk agama Nasrani. Kenyataannya sampai sekarang terdapat banyak kelompok dan aliran dalam agama Nasrani. Yang paling terkenal adalah permusuhan antara Katolik dan Protestan, salah satunya terjadi di Irlandia dan di tempat-tempat lainnya.
(b) Pendapat kedua, maksudnya adalah timbulnya permusuhan dan kebencian antara kaum Yahudi dengan kaum Nasrani. Sejarah telah membuktikan hal itu.
(3) Permusuhan dan kebencian di antara mereka digambarkan oleh Allah secara lebih detail. Bahkan satu kelompok dengan kelompok lainnya saling mengkafirkan dan saling melaknat sampai hari kiamat mereka masih melakukan hal itu.
Allah ﷻ berfirman,
وَقَالَ اِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْثَانًاۙ مَّوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ ثُمَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَّيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۖوَّمَأْوٰىكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَۖ
“Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah berupa berhala-berhala hanyalah untuk menciptakan hubungan harmonis di antara kamu dalam kehidupan dunia. Kemudian, pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk. Tempat kembalimu adalah neraka dan sama sekali tidak ada penolong bagimu”.” (Qs. al-Ankabut: 25)
(4) Firman-Nya,
وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ اللّٰهُ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
“Kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selama ini mereka perbuat.”
Ini merupakan ancaman keras bagi kaun Nasrani di akhirat kelak. Akibat melupakan bagian besar dari apa yang dinasehatkan kepada mereka, termasuk karena perbuatan syirik mereka yang mengakui bahwa Allah adalah al-Masih bin Maryam.
***
Jakarta, Kamis, 2 Juni 2022
-

Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya

Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -

Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -

Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -

Nasionalisme
Lihat isinya

Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -

Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya

Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -

Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya

Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Jual Beli Terlarang
Lihat isinya

Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya

Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -

Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya

Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -

Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya

Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -

Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya

Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -

Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya

Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -

Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya

Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -

Membuka Pintu Langit
Lihat isinya

Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -

Menembus Pintu Langit
Lihat isinya

Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »