Karya Tulis
174 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 5:17-19) Bab 286 Mengaku Kekasih Allah


 لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ اَنْ يُّهْلِكَ الْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَاُمَّهٗ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ۗوَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Sungguh, benar-benar telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “(Jika benar begitu,) siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Almasih putra Maryam, ibunya, dan seluruh yang berada di bumi?” Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(Qs. al-Ma’idah: 17)

 

Pelajaran (1) Kegelapan Kaum Nasrani

(1) Pada ayat sebelumnya, Allah ﷻ menjelaskan tujuan diutusnya Rasul dan diturunkannya al-Qur’an adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Pada ayat ini, Allah menjelaskan sebagian kegelapan (kesesatan) yang dialami oleh orang-orang Nasrani, yaitu meyakini bahwa Allah adalah Isa al-Masih.

(2) Firman-Nya,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ

“Sungguh, benar-benar telah kufur orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam’.”

Ayat ini menunjukkan kekafiran kaum Nasrani yang mengatakan bahwa Allah adalah al-Masih Isa putra Maryam.

Yang menyatakan kekafiran mereka adalah Allah. Pernyataan ini disampaikan secara langsung dan tegas, sehingga tidak ada celah sedikitpun untuk menafsirkan dengan penafsiran yang lain. Oleh karenanya, seorang muslim harus meyakini ayat ini dengan seyakin-yakinnya, serta harus memegang ayat ini dengan erat hingga akhir hayat.

(3) Ayat ini juga menjelaskan tentang kaum Nasrani yang mengatakan bahwa Allah adalah al-Masih Isa putra Maryam, walaupun sebagian dari mereka mengatakan Allah adalah salah satu dari tiga (trinitas). Akan tetapi pada hakikatnya sama.

Hal ini  dikuatkan dengan firman Allah ﷻ,

وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ِۨابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِاَفْوَاهِهِمْۚ يُضَاهِـُٔوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُ ۗقَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۚ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ

“Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang yang kufur sebelumnya. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (Qs. at-Taubah: 30)

Juga dikuatkan dengan firman Allah ﷻ,

اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

“Mereka menjadikan para rabi (Yahudi) dan para rahib (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Allah serta (Nasrani mempertuhankan) al-Masih putra Maryam. Padahal, mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. at-Taubah: 31)

 

Pelajaran (2) Empat Bantahan

قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ اَنْ يُّهْلِكَ الْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَاُمَّهٗ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ۗوَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “(Jika benar begitu,) siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Almasih putra Maryam, ibunya, dan seluruh yang berada di bumi? Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Ayat ini berisi empat bantahan atas kesesatan kaum Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa dan ibunya Maryam adalah tuhan.

Empat bantahan tersebut adalah:

(1) Jika Allah berkehendak untuk membinasakan al-Masih Isa bin Maryam, ibunya dan semua yang ada di muka bumi maka tidak ada satupun yang mampu menolaknya.

(a) Ini menunjukkan kekuasaan Allah yang begitu besar, sekaligus menunjukkan bahwa al-Masih Isa bin Maryam adalah manusia biasa yang tidak mampu menolak ketentuan Allah.

(b) Penyebutan al-Masih Isa bin Maryam dan ibunya di sini untuk lebih menguatkan bahwa keduanya adalah manusia. Karena kaum Nasrani mengatakan bahwa keduanya adalah tuhan, sebagaimana di dalam firman-Nya,

وَاِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَاَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِيْ وَاُمِّيَ اِلٰهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗقَالَ سُبْحٰنَكَ مَا يَكُوْنُ لِيْٓ اَنْ اَقُوْلَ مَا لَيْسَ لِيْ بِحَقٍّ ۗاِنْ كُنْتُ قُلْتُهٗ فَقَدْ عَلِمْتَهٗ ۗتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ وَلَآ اَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِكَ ۗاِنَّكَ اَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ

“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam, apakah engkau mengatakan kepada orang-orang, ‘Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?’” Dia (Isa) menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa pun yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa pun yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa pun yang ada pada diri-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib”.” (Qs. al-Ma’idah: 116)

Keduanya adalah manusia biasa yang membutuhkan makan dan bukan tuhan. Hal ini dikuatkan di dalam firman-Nya,

مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُۗ وَاُمُّهٗ صِدِّيْقَةٌ ۗ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرْ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ

“Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Ibunya adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya makan (seperti halnya manusia biasa). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahlul Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran).” (Qs. al-Ma’idah: 75)

(c) Penyebutan (وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا) “Dan semua yang ada di muka bumi ini” untuk menunjukkan bahwa keadaan semua yang ada di muka bumi sama seperti keadaan al-Masih Isa bin Maryam yang tidak bisa menolak takdir Allah.

(2) Firman-Nya (وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا) maksudnya bahwa Allah pemilik kerajaan langit dan bumi dan apa saja yang berada di antara keduanya. Inilah sifat Tuhan yang berhak disembah. Sedangkan al-Masih Isa bin Maryam tidak memiliki sesuatu pun dari langit dan bumi, kecuali apa yang dimiliki manusia pada umumnya. Itupun juga atas pemberian Allah.

(3) Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ). Menciptakan adalah sifat Tuhan yang berhak disembah. Adapun al-Masih Isa bin Maryam tidak menciptakan apapun, justru dia adalah makhluk ciptaan Allah.

Allah ﷻ berfirman,

اَفَمَنْ يَّخْلُقُ كَمَنْ لَّا يَخْلُقُۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

“Maka, apakah (Zat) yang (dapat) menciptakan (sesuatu) sama dengan yang tidak (dapat) menciptakan? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Qs. an-Nahl: 17)

Allah ﷻ berfirman,

وَالَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَا يَخْلُقُوْنَ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَۗ

“(Berhala-berhala) yang mereka seru selain Allah tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun, bahkan berhala-berhala itu (sendiri) diciptakan (oleh manusia).” (Qs. an-Nahl: 20)

Firman-Nya (يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ) “Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya” memberikan isyarat bahwa al-Masih Isa bin Maryam adalah ciptaan Allah yang berbeda dengan manusia pada umumnya, sebab diciptakan tanpa adanya seorang bapak. Tetapi itulah yang dikehendaki Allah.

(4) Firman-Nya (وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ) “Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Inilah sifat yang berhak disembah. Sedangkan al-Masih Isa bin Maryam tidak kuasa terhadap suatu apapun juga kecuali dengan izin Allah.

 

Pelajaran (3) Mengaku Kekasih Allah

وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُا اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ ۗ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ ۗ بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖوَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ

“Orang Yahudi dan orang Nasrani berkata, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah, “(Jika benar begitu,) mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Sebaliknya, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki (pula). Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, dan kepada-Nya semua akan kembali”.” (Qs. al-Ma’idah: 18)

(1) Pada ayat yang lalu, disebutkan kesesatan kaum Nasrani yang mengatakan bahwa al-Masih Isa bin Maryam adalah tuhan. Disebutkan juga empat bantahan terhadap kesesatan mereka.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan kesesatan kaum Yahudi dan Nasrani yang mengakui bahwa mereka adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Berikut juga disebutkan bantahan terhadap kesesatan mereka.

(2) Firman-Nya,

نَحْنُ اَبْنٰۤؤُا اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُهٗ

“Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.”

Maksud perkataan mereka “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya” adalah kami dengan Allah itu seperti dekatnya seorang bapak kepada anaknya.

Selain mengklaim sebagai orang-orang yang dekat dengan Allah, mereka juga mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah.

(3) Ayat ini turun berkenaan dengan rombongan Yahudi yang terdiri dari Nu’man bin Adha, Bahri bin ‘Amru, Sya’su bin ‘Ady datang kepada Rasulullah ﷺ. Kemudian beliau ﷺ memperingatkan mereka akan adzab Allah yang sangat pedih. Mereka tidak mau menerima nasehat tersebut, justru berkata, “Kami tidak takut karena kami adalah anak-anak Allah dan para kekasih-Nya.”

Sebab turunnya ayat di atas menunjukkan bahwa mereka tidak takut dengan siksaan Allah, karena merasa diri mereka sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan Allah.

 

Pelajaran (4) Mengapa Disiksa?

قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوْبِكُمْ

“Katakanlah, ‘(Jika benar begitu,) mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?’”

(1) Cuplikan ayat ini merupakan jawaban pertama atas klaim orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Jawaban tersebut adalah: jika kalian merupakan orang-orang yang dekat dengan Allah dan dicintai-Nya, namun mengapa kalian diadzab (disiksa) oleh Allah dikarenakan dosa-dosa yang kalian perbuat?

Adzab ini ada dua:

(a) Adzab di dunia, yaitu kalian diperintahkan untuk saling membunuh, ditawan, diubah wajahnya menjadi wajah kera dan babi, diserang oleh para musuh, dan lain-lainnya.

(b) Adzab di akhirat, yaitu terdapat dalam kitab suci kaliam bahwa yang berbuat jahat akan diadzab. Bahkan kalian mengaku akan dimasukkan ke dalam neraka, walaupun hanya beberapa hari saja. Sebagaimana firman Allah ﷻ,

وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya ataukah kamu berkata tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?” (Qs. al-Baqarah: 80)

Itu semua menunjukkan bahwa klaim mereka sebagai orang-orang yang dekat dengan Allah adalah kebohongan belaka. Karena orang yang dekat dengan Allah, apalagi para kekasih-Nya itu tidak akan diadzab.

(2) Firman-Nya,

بَلْ اَنْتُمْ بَشَرٌ مِّمَّنْ خَلَقَۗ

“Sebaliknya, kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan.”

Ini merupakan jawaban kedua, bahwa mereka adalah manusia biasa sebagaimana manusia lainnya, tidak ada kekhususan bagi mereka, dan mereka tidak pula menjadi anak-anak Allah.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa mereka adalah makhluk Allah, sebagaimana makhluk-makhluk lainnya.

(3) Firman-Nya,

يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ

“Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki (pula).”

Ini merupakan jawaban ketiga, bahwa Allah akan mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya, yaitu orang-orang yang taat kepada-Nya. Demikian pula, Allah akan menyiksa siapa saja yang dikehendaki-Nya, yaitu orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya.

Artinya bahwa seseorang itu akan diampuni atau disiksa, tergantung kepada kehendak Allah, bukan tergantung kepada klaim mereka.

(4) Firman-Nya,

وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖوَاِلَيْهِ الْمَصِيْرُ

“Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, dan kepada-Nya semua akan kembali.”

Penutup ayat ini menunjukkan bahwa Allah-lah pemilik dan penguasa langit dan bumi, berbuat sesuai apa yang dikehendaki-Nya, dan seluruh makluk akan kembali kepada-Nya untuk diberikan balasan atas amal mereka masing-masing. Sebagaimana dalam firman Allah ﷻ,

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ۞ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ ۞

“Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.” (Qs. az-Zalzalah: 7-8)

 

Pelajaran (5) Datang Seorang Rasul

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلٰى فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَاۤءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍۗ فَقَدْ جَاۤءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ

“Wahai Ahlul Kitab, sungguh rasul Kami telah datang kepadamu untuk memberi penjelasan setelah beberapa saat terhentinya (pengutusan) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan, “Tidak ada yang datang kepada kami, baik pembawa berita gembira maupun pemberi peringatan.” Sungguh, telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. al-Ma’idah: 19)

(1) Ayat ini adalah lanjutan dari ayat (Qs. al-Ma’idah: 15) yang memberitahukan kepada Ahlul Kitab bahwa telah datang kepada mereka seorang rasul setelah terputusnya rasul-rasul sebelumnya, sehingga terjadi kekosongan yang sangat panjang antara rasul sebelumnya dengan rasul yang terakhir ini.

(2) Firman-Nya,

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ

“Wahai Ahlul Kitab.”

Panggilan kepada kaum Yahudi dan Nasrani dengan sebutan “Ahlul Kitab” bertujuan untuk mendorong mereka agar menyadari kedudukan mereka sebagai pewaris kitab suci, yang semestinya dengan segera menerima dan bergembira akan kedatangan seorang rasul yang melanjutkan tugas rasul-rasul berikutnya.

(3) Firman-Nya,

قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ

“Sungguh rasul Kami telah datang kepadamu untuk memberi penjelasan.”

(a) Kata (رَسُوْلُنَا) “rasul kami” maksudnya adalah Nabi Muhammad ﷺ.

(b) Kata (يُبَيِّنُ لَكُمْ) maksudnya “menjelaskan kepada kalian tentang tauhid dan hukum-hukum syariat”.

 

Pelajaran (6) Zaman Fatrah

عَلٰى فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ

“Setelah beberapa saat terhentinya (pengutusan) rasul-rasul.”

(1) Kata (فَتْرَةٍ) berasal dari kata (فَتَرَ) yang artinya “melemah setelah sebelumnya kuat, melembut setelah sebelumnya keras, pasif setelah sebelumnya aktif”. Di dalam al-Qur’an disebutkan firman Allah tentang hal ini,

يُسَبِّحُوْنَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ

“Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih pada waktu malam dan siang dengan tidak pernah lelah dan lemah.” (Qs. al-Anbiya’: 20)

Maksudnya bahwa jarak waktu antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad ﷺ terdapat kekosongan. Antara keduanya tidak diutus seorang rasul pun, sehingga manusia dalam keadaan lemah keimanan mereka.

(2) Berapa lama jarak antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad ﷺ?

Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini:

(a) Muhammad bin Sa’ad di dalam Kitab ath-Thabaqat meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa jarak Nabi Musa dengan Nabi Isa adalah 1700 tahun. Selama itu tidak pernah ada kekosongan, karena diutus sekitar 1000 nabi dalam rentang waktu tersebut. Sedangkan jarak waktu antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad ﷺ adalah 569 tahun. Diutus di awal waktu tersebut tiga nabi yang terdapat di dalam firman Allah ﷻ,

اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ

“(Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya. Kemudian Kami menguatkan dengan (utusan) yang ketiga. Maka, ketiga (utusan itu) berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu”.” (Qs. Yasin: 14)

Nabi yang ketiga dalam ayat ini adalah Nabi Syama’un, salah satu dari al-Hawariyun, para pengikut setia Nabi Isa yang berjumlah 12 orang. Kemudian waktu yang tersisa dimana tidak ada satupun rasul yang diutus adalah selama 434 tahun.

Pendapat yang mengatakan antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad ﷺ terdapat tiga rasul atau lebih, bertentangan dengan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

أَنا أَوْلى النّاسِ بابْنِ مَرْيَمَ، والأنْبِياءُ أَوْلادُ عَلّاتٍ، ليسَ بَيْنِي وبيْنَهُ نَبِيٌّ

“Aku adalah orang yang paling berhak terhadap Isa (putra Maryam); para nabi itu bersaudara seayah, ibu mereka berbeda-beda, dan tidak ada nabi antara aku dan dia.” (HR. al-Bukhari)

(b) Qatadah berpendapat antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad ﷺ berjarak 560 tahun. Sebagian yang lain mengatakan 580 tahun dan pendapat-pendapat lainnya masih banyak.

 

Pelajaran (7) Dua Tugas Rasul

اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَاۤءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍۗ فَقَدْ جَاۤءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Agar kamu tidak mengatakan, “Tidak ada yang datang kepada kami, baik pembawa berita gembira maupun pemberi peringatan.” Sungguh, telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(1) Tujuan diutusnya rasul kepada mereka supaya mereka tidak beralasan bahwa belum datang seorang rasul kepada mereka. padahal kenyataannya telah datang kepada mereka seorang rasul. Hal ini mirip dengan firman Allah ﷻ,

رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

“(Kami mengutus) rasul-rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu (diutus). Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. an-Nisa’: 165)

(2) Adapun tugas seorang rasul ada dua, yaitu:

(a) Pemberi kabar gembira (بَشِيْرٌ) kepada orang-orang yang mau beriman dab beramal shalih, serta taat kepada seluruh perintah Allah dan Rasul-Nya. Bahwasanya mereka akan mendapatkan pahala yang besar, serupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.

(b) Pemberi peringatan (نَذِيْرٌ) dengan adzab yang pedih kepada yang menolak dakwah dan berpaling dari kebenaran, serta tidak mau mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ.

(3) Kedua tugas rasul di atas, disebutkan di dalam beberapa firman Allah ﷻ, diantaranya:

(a) Firman Allah ﷻ,

قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ

“(Dia menjadikannya kitab) yang lurus agar Dia memberi peringatan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.” (Qs. al-Kahfi: 2)

(b) Firman Allah ﷻ,

وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِاَنَّ لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ فَضْلًا كَبِيْرًا

“Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (Qs. al-Ahzab: 47)

(4) Firman-Nya,

وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(a) Allah Maha mampu mengutus rasul sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mampu untuk mewujudkan berita gembira dan ancaman yang disampaikan melalui lisa para rasul-Nya.

(b) Allah Maha Mampu untuk mengutus para rasul secara berturut-turut, ataupun mengutus para rasul dengan diselingi jeda waktu yang panjang.

 

***

Jakarta, Sabtu, 4 Juni 2022

KARYA TULIS