Tafsir An-Najah (Qs. 6:111-113) Empat Langkah Syaithon

وَلَوۡ أَنَّنَا نَزَّلۡنَآ إِلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَحَشَرۡنَا عَلَيۡهِمۡ كُلَّ شَيۡءٖ قُبُلٗا مَّا كَانُواْ لِيُؤۡمِنُوٓاْ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ يَجۡهَلُونَ
“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
(Qs. al-An’am: 111)
Pelajaran (1) Hidayah di Tangan Allah
Pada ayat-ayat sebelumnya di akhir Juz 7 telah dijelaskan bahwa kaum musyrikin tidak akan beriman walaupun didatangkan kepada mereka berbagai mukjizat yang bisa dilihat oleh panca indera mereka.
Pada ayat ini ditegaskan kembali bahwa walaupun Allah menurunkan kepada mereka para malaikat dari langit, dan orang-orang mati dibangkitkan kembali, untuk mengajak mereka beriman, serta segala sesuatu dihadapkan kepada mereka, tetap saja mereka tidak bergeming dari kekafirannya.
(1) Firman-Nya,
وَلَوۡ أَنَّنَا نَزَّلۡنَآ إِلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَحَشَرۡنَا عَلَيۡهِمۡ كُلَّ شَيۡءٖ قُبُلٗا
“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka,”
(a) Diriwayatkan bahwa sekelompok kaum musyrikin yang saling mengolok-olok al-Qur’an yaitu al-Walid bin al-Mughirah, al-Ash bin al-Wail, al-Aswad bin Abdi Yaghuts, al-Aswad bin al-Muthalib, dan al-Harits bin Hanzhalah mendatangi Rasulullah ﷺ untuk meminta tiga hal di atas sebagai bukti beliau ﷺ adalah utusan Allah. Maka turunlah ayat di atas.
(b) Kata (قُبُلٗا) para ulama berbeda pendapat di dalam memahaminya, diantaranya:
(b.1) Kata (قُبُلٗا) adalah jamak dari (قَبِيلٌ) yang berarti penjamin. Berdasarkan hal ini, maka makna ayat adalah:
“Dan Kami kumpulkan segala sesuatu dari jenis makhluk untuk menjadi penjamin atas kebenaran kenabianmu (Nabi Muhammad ﷺ), mereka tetap saja tidak beirman.”
(b.2) Kata (قُبُلٗا) artinya berhadapan atau di hadapan sehingga terlihat dengan mata. Berdasarkan hal ini, maka makna ayat adalah:
“Dan Kami mengumpulkan segala sesuatu di hadapan mereka sehingga mereka bisa melihat tentang kenabianmu, tetap saja mereka tidak beriman.”
(b.3) Kata (قُبُلٗا) adalah jamak dari (قَبِيلٌ) yang berarti rombongan-rombongan. Berdasarkan hal ini, maka makna ayat adalah:
“Dan Kami kumpulkan segala sesuatu kepada mereka sekelompok demi sekelompok untuk menyatakan kebenaran kenabianmu, tetap saja mereka tidak beriman.”
(2) Firman-Nya,
مَّا كَانُواْ لِيُؤۡمِنُوٓاْ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ
“Niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki.”
(a) Berkata Ibnu al-Jauzi, “Allah menjelaskan bahwa keimanan itu terjadi dengan kehendak-Nya, bukan seperti yang mereka sangka bahwa jika mereka berkehendak maka mereka akan beriman, dan jika mereka tidak berkehendak maka mereka tidak akan beriman.
(b) Berkata al-Qasimi, “Ayat ini merupakan dalil sesatnya kelompok Mu’tazilah, karena menunjukkan bahwa segala sesuatu tergantung atas kehendak Allah. Para ulama salaf dan para ulama penerusnya sepakat bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, sedangkan apa yang tidak dikehendaki Allah, tidak akan terjadi.”
(c) Ayat ini mirip dengan firman Allah,
إِنَّ ٱلَّذِينَ حَقَّتۡ عَلَيۡهِمۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ ۞ وَلَوۡ جَآءَتۡهُمۡ كُلُّ ءَايَةٍ حَتَّىٰ يَرَوُاْ ٱلۡعَذَابَ ٱلۡأَلِيمَ ۞
“Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan adzab yang pedih.” (Qs. Yunus: 96-97)
(3) Firman-Nya,
وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ يَجۡهَلُونَ
“Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
(a) Maksudnya bahwa kebanyakan kaum musyrikin tidak mengetahui jika mukjizat-mukjizat tersebut diturunkan, mereka tidak beriman. Dan kebanyakan dari mereka juga tidak mengetahui bahwa hidayah itu di tangan Allah, bukan di tangan mereka.
(b) Ayat ini menunjukkan bahwa sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa hidayah itu di tangan Allah. Berkata Ibnu ‘Asyur, “Penyebutan kata bodoh dalam ayat ini (وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ يَجۡهَلُونَ) ‘Tetapi kebanyakan mereka bodoh (tidak mengetahui)’ kepada kebanyakan mereka, menunjukkan bahwa ada sebagian dari mereka yang tidak bodoh dan mengetahui hal itu.”
Pelajaran (2) Syetan Manusia dan Jin
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Qs. al-An’am: 112)
Pada ayat yang lalu dijelaskan bagaimana kaum musyrikin tetap bersikukuh di dalam kekafirannya dan tidak akan beriman walaupun telah didatangkan seluruh bukti tentang kebenaran kenabian Mani Muhammad ﷺ. Pada ayat ini ditegaskan Kembali bahwa setiap nabi pasti akan dimusuhi oleh syetan dari kalangan manusia dan jin.
Dan ayat ini merupakan penghibur bagi Rasulullah ﷺ bahwa penentangan kaum musyrikin terhadap dakwahnya merupakan sesuatu yang lumrah dan biasa dalam kehidupan para nabi.
(1) Firman-Nya,
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin.”
(a) Para ulama berbeda pendapat, apakah dari kalangan manusia terdapat syetan?
Pertama: Tidak ada syetan dari kalangan manusia. Tetapi yang ada bahwa Iblis membagi tentaranya menjadi dua kelompok: satu kelompok dikirim untuk menggoda manusia, dan kelompok yang lain untuk menggoda jin. Inilah yang dimaksud ayat di atas.
Ini pendapat Ikrimah, adh-Dhahak, as-Suddy dan al-Kalby.
Kedua: Terdapat syetan dari kalangan manusia, sebagaimana terdapat syetan dari kalangan jin. Ini adalah pendapat al-Hasan al-Bashri.
Pendapat kedua ini berdalil dengan hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya,
يا أبا ذر تعوذ بالله من شر شياطين الجن والإنس قلت أو للإنس شياطين قال نعم
“Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari keburukkan setan dari jin dan manusia.” Aku bertanya: “Apakah pada jenis manusia juga ada setan?” Beliau ﷺ menjawab: “Ya”.” (HR. an-Nasa’i dan Ahmad. Berkata Ibnu Katsir, “Hadits ini mempunyai banyak Riwayat, sehingga jika digabung akan menguatkan dan menjadikan hadits ini shahih. Ahmad Syakir di dalam Muqaddimah Umdatu at-Tafsir memberikan isyarat bahwa hadits ini shahih.)
Al-Baghawi menyebutkan bahwa Malik bin Dinar pernah berkata. “Sesungguhnya syetan dari kalangan manusia lebih dahsyat daripada syetan dari kalangan jin. Karena ketika saya berlindung kepada Allah (membaca ta’awwudz) dari godaan syetan, maka syetan jin langsung menghilang, tetapi justru syetan manusia mendatangiku dan mengajak bermaksiat kepada Allah secara terus terang.”
Ketiga: Al-Mawardi menyebutkan pendapat ketiga, yaitu yang dimaksud syetan manusia adalah orang-orang kafir dari kalangan manusia, dan yang dimaksud syetan jin adalah yang kafir dari kalangan jin. Ini pendapat Mujahid.
(b) Asy-Syinqithi menyatakan bahwa dalam ayat ini disebutkan bahwa setiap nabi mempunyai musuh, yaitu syetan dari kalangan jin dan manusia. Sedangkan di ayat lain disebutkan bahwa musuhnya para nabi adalah para penjahat, sebagaimana di dalam firman Allah,
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا مِّنَ ٱلۡمُجۡرِمِينَۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيٗا وَنَصِيرٗا
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.” (Qs. al-Furqan: 31)
Hal itu menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan para penjahat (pendosa) di sini adalah syetan dari kalangan jin dan manusia.
(2) Firman-Nya,
يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ
“Sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).”
(a) Sebagian dari syetan jin dan manusia tersebut membisikkan kata-kata yang indah lagi penuh kepalsuan untuk menipu para pendengarnya dari kalangan orang-orang awam yang tidak berilmu. Mereka biasanya tertipu dengan kata-kata yang indah dan menarik, sehingga menyakini sesuatu yang hak adalah batil atau sebaliknya.
(b) Berkata al-Baghawi, “Kata (زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ) artinya perkataan yang dipoles dan dihiasi dengan kebatilan dan tidak ada manfaat di dalamnya. Sedangkan (غُرُورٗاۚ) yaitu para syetan menghiasi perbuatan-perbuatan buruk kepada anak Adam untuk menipunya.
(c) Al-Mawardi menyebutkan tiga makna dari kata (يُوحِي) pada ayat di atas:
(c.1) Maknanya (يُوَسْوِسُ) yaitu membisikkan (kejahatan).
(c.2) Maknanya (يُشِيرُ) yaitu memberikan isyarat. Hal ini seperti di dalam firman Allah,
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنَ ٱلۡمِحۡرَابِ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ أَن سَبِّحُواْ بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (Qs. Maryam: 11)
(c.3) Maknanya (يَأْمُرُ) yaitu memerintahkan. Hal ini seperti di dalam firman-Nya,
وَأَوۡحَىٰ فِي كُلِّ سَمَآءٍ أَمۡرَهَاۚ
“Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (Qs. Fushshilat: 12)
(d) Berkata al-Qurthubi, “Disebut (wahyu) karena menyampaikannya secara lirih dan pelan (berbisik-bisik). Dan disebut (perhiasan) karena perkataan lembut dihiasi dan dipoles. Dari sini pula emas disebut perhiasan. Setiap yang dipoles dengan sesuatu yang indah disebut perhiasan.”
(e) Di antara ayat dan hadits yang menguatkan hal ini adalah
(e.1) Firman Allah,
وَإِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰٓ أَوۡلِيَآئِهِمۡ لِيُجَٰدِلُوكُمۡۖ
“Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu.” (Qs. al-An’am: 121)
(e.2) Hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
ما منكم من أحد إلا وقد وكل به قرينه من الجن قالوا وإياك يا رسول الله قال وإياي إلا أن الله أعانني عليه فأسلم فلا يأمرني إلا بخير
Kata (فَأَسْلَمَ) di dalam hadits di atas menurut al-Qurthubi terdapat dua bacaan:
- (فَأَسْلَمَ) dengan menashabkan huruf mim (م) atau memberikan harakat fathah pada huruf mim (م), yang artinya “maka dia masuk Islam”.
- (فَأَسْلَمُ) dengan merafa’kan huruf mim (م) atau memberikan harakat dhammah pada huruf mim (م), yang artinya “maka aku selamat (dari kejahatannya)”.
(3) Firman-Nya,
وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
(a) Menurut al-Baghawi, maksudnya bahwa kalau Allah menghendaki niscaya syetan tidak akan membisikkan gangguan ke dalam hati manusia.
(b) Mengapa Allah memerintahkan untuk meninggalkan bisikan para syetan jin dan manusia? Berkata al-Mawardi, “Hal ini sebagai ujian bagi mereka dan untuk mengetahui siapa di antara mereka yang beriman.”
(c) Berkata Ibnu Katsir, “(Yaitu) biarkan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah dalam menghadapi permusuhan mereka. karena hanya Allah saja yang mencukupkan dan menolongmu dalam menghadapi mereka.”
Pelajaran (3) Empat Langkah Syetan
وَلِتَصۡغَىٰٓ إِلَيۡهِ أَفۡـِٔدَةُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِ وَلِيَرۡضَوۡهُ وَلِيَقۡتَرِفُواْ مَا هُم مُّقۡتَرِفُونَ
“Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, dan agar mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan.” (Qs. al-An’am: 113)
Ayat ini merupakan lanjutan ayat sebelumnya yang menyebutkan bahwa tujuan syetan manusia dan jin menghiasi perkataan mereka dan membisikkan kejahatan ke dalam hati manusia adalah untuk menipu mereka.
Pada ayat ini disebutkan tujuan mereka berikutnya adalah agar hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat condong kepadanya, ridha kepadanya dan mengerjakan apa yang dikerjakan oleh syetan.
(1) Firman-Nya,
وَلِتَصۡغَىٰٓ إِلَيۡهِ أَفۡـِٔدَةُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِ
“Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu.”
(a) Al-Qurthubi menyebutkan bahwa makna (تَصۡغَىٰٓ) adalah condong atau cenderung kepada sesuatu untuk suatu tujuan.
Di dalam firman Allah disebutkan,
فَقَدۡ صَغَتۡ قُلُوبُكُمَاۖ
“Maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan).” (Qs. at-Tahrim: 4)
Di dalam Bahasa Arab disebutkan,
صَغَتِ النُّجُومُ
“Bintang-bintang tersebut sudah condong untuk tenggelam.”
أَصْغَتِ النَّاقَةُ
“Unta tersebut mendekatkan kepalanya kepada seorang laki-laki, seakan ia ingin mendengar sesuatu darinya.”
(b) pada ayat di atas disebutkan bahwa yang condong kepada bisikan syetan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Mengapa demikian?
Al-Qasimi menjelaskannya dengan baik dan detail, intinya bahwa kesenangan yang akan diperoleh di akhirat kelak, dipenuhi dengan kesulitan dan perkara-perkara yang tidak disenangi dalam kehidupan di dunia ini. Sedangkan penderitaan di akhirat diakibatkan oleh kesenangan syahwat yang dituruti.
Oleh karena itu, orang-orang yang tidak percaya dengan kehidupan akhirat, tidak mengetahui bahwa di balik penderitaan di dunia ini terdapat kenikmatan di akhirat. Sebaliknya, kesenangan hawa nafsu akan membawa penderitaan yang berkepanjangan di akhirat.
Orang-orang seperti ini hanya melihat dari perspektif dunia, terpengaruh oleh pandangan awal mereka, sehingga mendorong mereka untuk mengikuti hawa nafsu yang dikemas dengan kata-kata indah dan kebatilan yang dipoles.
Adapun orang-orang yang beriman kepada hari akhir, mengetahui hakikat masalah dan melihat konsekuensi dari perbuatan. Sehingga tidak mudah tergoda oleh hiasan-hiasan semu, sebab mereka menyadari betul beratnya akibat yang akan timbul di akhirat.
(2) Firman-Nya,
وَلِيَرۡضَوۡهُ وَلِيَقۡتَرِفُواْ مَا هُم مُّقۡتَرِفُونَ
“Dan agar mereka merasa senang (ridha) kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan”
(a) Setelah hati orang-orang yang tidak beriman tersebut condong kepada bisikan-bisikan syetan, kemudian kecondongan itu akan meningkat kepada ridha terhadap bisikan-bisikan tersebut, dan akhirnya akan melakukan apa yang telah dilakukan oleh syetan-syetan tersebut.
(b) Berkata al-Mawardi, “Karena barangsiapa yang hatinya condong kepada sesuatu, niscaya dia akan ridha dengannya, walaupun itu perbuatan yang tidak diridhai.”
(c) Kesimpulan dari sua ayat di atas (ayat 112-113) bahwa musuh-musuh para nabi yaitu syetan-syetan manusia dan jin membuat tipu daya untuk menyesatkan manusia, khususnya mereka yang tidak beriman kepada hari akhir. Dengan cara dengan membisikkan kepada mereka, bisikan-bisikan jahat yang bertujuan untuk mencapai empat hal, yaitu:
(c1.) Menipu mereka dengan kata-kata yang indah dan menyesatkan
(c.2) Supaya cenderung dengan rayuan tersebut.
(c.3) Mereka setuju dan ridha dengannya.
(c.4) Mereka akan melakukan apa yang telah dilakukan syetan-syetan tersebut.
Menurut Abu Hayyan bahwa urutan yang diungkapkan oleh kedua ayat tersebut sangat fasih. Dimulai ari penipuan, meningkat kepada kecenderungan, meningkat kepada keridhaan, dan berakhir kepada perbuatan.
Inilah Langkah-langkah syetan yang kita dilarang untuk mengikutinya, sebagaimana di dalam firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. al-Baqarah: 208)
Pesan ini terdapat di dalam tiga ayat berikut:
- Qs. al-Baqarah: 168
- Qs. al-Baqarah: 208
- Qs. al-An’am: 142
***
Karawang, Sabtu, 5 Agustus 2023
-

Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya

Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -

Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -

Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -

Nasionalisme
Lihat isinya

Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -

Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya

Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -

Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya

Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Jual Beli Terlarang
Lihat isinya

Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya

Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -

Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya

Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -

Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya

Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -

Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya

Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -

Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya

Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -

Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya

Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -

Membuka Pintu Langit
Lihat isinya

Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -

Menembus Pintu Langit
Lihat isinya

Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Juz 7: Qs. 5: 82-120 & Qs. 6: 1-110
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Juz 8: Qs. 6: 111-165 & Qs. 7: 1-78
Lihat isinya
Lihat isinya »