Karya Tulis
49 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 6:128) Hubungan Antara Jin dan Manusia


 وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعٗا يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ قَدِ ٱسۡتَكۡثَرۡتُم مِّنَ ٱلۡإِنسِۖ وَقَالَ أَوۡلِيَآؤُهُم مِّنَ ٱلۡإِنسِ رَبَّنَا ٱسۡتَمۡتَعَ بَعۡضُنَا بِبَعۡضٖ وَبَلَغۡنَآ أَجَلَنَا ٱلَّذِيٓ أَجَّلۡتَ لَنَاۚ قَالَ ٱلنَّارُ مَثۡوَىٰكُمۡ خَٰلِدِينَ فِيهَآ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٞ

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.” Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

(Qs. al-An’am: 128)

 

Pelajaran (1) Syetan Memperbanyak Pengikutnya

(1) Setelah menjelaskan keadaan orang-orang yang berada di atas jalan lurus pada ayat sebelumnya, maka pada ayat ini Allah menjelaskan keadaan orang-orang yang tersesat dari jalan yang lurus, tidak tahu arah dan tujuan. Sehingga terjadi keserasian dan keseimbangan serta perbandingan pada ayat-ayat-Nya. Orang-orang berakal tentunya akan memilih jalan lurus yang mengantarkannya ke surga (Darussalam) dan menjauhi perilaku orang-orang yang tersesat dari jalan yang lurus.

(2) Firman-Nya,

وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعٗا يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ قَدِ ٱسۡتَكۡثَرۡتُم مِّنَ ٱلۡإِنسِۖ

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia".”

Yaitu pada hari kiamat dimana seluruh makhluk dari kalangan manusia dan jin dikumpulkan di Padang Mahsyar.

Pada hari itu, Allah berfirman kepada para jin, “Wahai para Jin, kalian telah banyak menyesatkan manusia, dan menghalangi mereka dari jalan Allah, serta menjerumuskan mereka kepada perbuatan maksiat.” Yang dimaksud Jin di sini adalah syetan.

Ini sesuai dengan firman Allah,

أَلَمۡ أَعۡهَدۡ إِلَيۡكُمۡ يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ أَن لَّا تَعۡبُدُواْ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ۞ وَأَنِ ٱعۡبُدُونِيۚ هَٰذَا صِرَٰطٞ مُّسۡتَقِيمٞ ۞ وَلَقَدۡ أَضَلَّ مِنكُمۡ جِبِلّٗا كَثِيرًاۖ أَفَلَمۡ تَكُونُواْ تَعۡقِلُونَ ۞

“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan?” (Qs. Yasin: 60-62)

(3) Berkata al-Mawardi, terdapat dua pendapat tentang maksud ayat di atas:

(a) Maksudnya, “Kalian telah banyak menyesatkan manusia.”

(b) Maksudnya, “Kalian telah memperbanyak pengikut dari kalangan manusia yang telah kalian sesatkan.”

 

Pelajaran (2) Kenikmatan yang Dirasakan Jin dan Manusia

وَقَالَ أَوۡلِيَآؤُهُم مِّنَ ٱلۡإِنسِ رَبَّنَا ٱسۡتَمۡتَعَ بَعۡضُنَا بِبَعۡضٖ

“Lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain).”

Berkata para wali syetan (para pengikut syetan), “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Sebagian kami telah mendapatkan kesenangan dari Sebagian yang lain.”

(1) Ibnu al-Jauzi menyebutkan tiga penafsiran terhadap ayat ini.

Kenikmatan yang didapatkan manusia dari jin, yaitu:

(a) Ketika mereka mengadakan perjalanan dan singgah di sebuah lembah  atau ingin bermalam di tempat itu, mereka berlindung kepada jin penunggu lembah tersebut.

(b) Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dari kesenangan dunia yang dibisikkan jin kepada mereka.

(c) Mereka mendapatkan ilmu sihir dan perdukunan, santet, dan sebagainya.

Sedangkan kenikmatan yang didapatkan jin dari manusia, yaitu:

(a) Mereka merasa bangga karena dijadikan tempat berlindung oleh manusia. Mereka berkata kepada teman-temannya, “Kami telah menundukkan manusia.”

(b) Manusia menaati mereka dalam mengerjakan perbuatan kufur, syirik, dan maksiat.

(c) Mereka mampu memperdaya dan menipu manusia.

(2) Perbuatan manusia yang meminta bantuan dan perlindungan kepada jin telah dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya,

وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٞ مِّنَ ٱلۡإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٖ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَزَادُوهُمۡ رَهَقٗا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Qs. al-Jinn: 6)

(3) Firman-Nya,

وَبَلَغۡنَآ أَجَلَنَا ٱلَّذِيٓ أَجَّلۡتَ لَنَاۚ

“Dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.”

Yaitu kenikmatan yang didapat manusia dari jin, dan jin dari manusia, itu sifatnya hanya sementara dan dalam waktu yang terbatas. Setelah itu datanglah waktu penyesalan dan kesedihan, yaitu hari kematian atau ketika dibangkitkan pada hari kiamat.

 

Pelajaran (3) Mereka Kekal di Dalam Neraka

قَالَ ٱلنَّارُ مَثۡوَىٰكُمۡ خَٰلِدِينَ فِيهَآ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٞ

“Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

(1) Para ulama berbeda pendapat di dalam menafsirkan firman Allah yaitu: (إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ) “Kecuali apa yang dikehendaki Allah”. Pengecualian yang terdapat pada ayat di atas dipahami oleh Sebagian orang bahwa siksaan yang dialami oleh penduduk neraka tidak abadi.

(2) Ayat ini mirip dengan firman Allah,

فَأَمَّا ٱلَّذِينَ شَقُواْ فَفِي ٱلنَّارِ لَهُمۡ فِيهَا زَفِيرٞ وَشَهِيقٌ ۞ خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَۚ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٞ لِّمَا يُرِيدُ ۞

“Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Hud: 106-107)

Juga mirip dengan firman Allah,

لَّٰبِثِينَ فِيهَآ أَحۡقَابٗا

“Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya.” (Qs. an-Naba’: 23)

(3) Akan tetapi menurut pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa neraka ituabadi, tidak hancur dan tidak hilang. Penghuni neraka tidak ada yang keluar darinya, kecuali ahli maksiat dari golongan orang-orang yang bertauhid. Adapaun orang-orang kafir, mereka akan berada di dalam neraka selama-lamanya.

(a) Berkata Ibnu Hazm di dalam Maratibu al-Ijma’, “(Para ulama sepakat) bahwa mereka itu benar adanya, dan neraka itu tempat penyiksaan, ia tidak akan hancur. Penghuninya pun tetap di dalamnya tanpa ada batas waktu.”

(b) Begitu juga yang beliau sebutkan di dalam al-Fashlu fie al-Milal (4/145), “Umat ini sepakat bahwa surga dan kenikmatannya sifatnya abadi, tidak akan fana. Begitu juga neraka dan siksaan di dalamnya tidak fana.”

(c) Berkata ath-Thantawi, “Surga dan neraka adalah makhluk yang tidak fana dan hancur.”

(4) Sebagian besar ulama tafsir membahas tentang keabadian surga dan neraka, ketika mereka menafsirkan firman Allah di dalam Qs. Hud ayat 106-107 di atas. Tetapi sebagian ulama, seperti asy-Syinqithi sedikit menyinggung masalah tersebut ketika menafsirkan Qs. al-An’am ayat 128.

Di bawah ini ringkasan apa yang beliau tulis di dalam tafsirnya:

Dalil-dalil Ahlus Sunnah wal Jama’ah tentang keabadian neraka terkait dengan Qs. al-An’am ayat 128 di atas.

Pertama, firman Allah (إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ) pada ayat di atas diartikan: “Kecuali siapa yang Allah kehendaki dia tidak kekal di dalam neraka, yaitu ahli tauhid yang melakukan dosa besar”.

Ini adalah pendapat Qatadah dan adh-Dhahak serta pilihan ath-Thabari. Mereka mengatakan bahwa huruf (ما) “apa” pada firman-Nya (إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ) yang dimaksud adalah (من) “siapa”. Ini seperti di dalam firman Allah,

فَٱنكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ

“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi.” (Qs. an-Nisa’: 3)

Huruf (ما) pada ayat di atas maksudnya adalah (من). Jadi diartikan: “Nikahilah siapa saja yang kalian senangi dari kaum Wanita.”

Kedua, maksud dari (إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ) “Kecuali apa yang Allah kehendaki” adalah “kecuali waktu yang Allah kehendaki”, yaitu antara apa yang mereka lewati sejak dibangkitkan dari kuburan hingga mereka dimasukkan ke dalam api neraka. Waktu antara kedua peristiwa tersebut tidak abadi.

Ketiga, firman-Nya (إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ) “Kecuali apa yang Allah kehendaki” adalah keterangan yang masih global. Kemudian hal itu dirinci di dalam ayat-ayat lain dan hadits-hadits yang menunjukkan bahwa orang-orang kafir kekal di dalam api neraka.

(5) Adapun dalil-dalil lain menunjukkan tentang kekekalan neraka adalah sebagai berikut:

(a) Dalil bahwa siksa meraka tidak akan berhenti:

(a.1) Firman Allah,

كُلَّمَا خَبَتۡ زِدۡنَٰهُمۡ سَعِيرٗا

“Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” (Qs. al-Isra’: 97)

(a.2) Firman Allah,

كُلَّمَا نَضِجَتۡ جُلُودُهُم بَدَّلۡنَٰهُمۡ جُلُودًا غَيۡرَهَا لِيَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَۗ

“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab.” (Qs. an-Nisa’: 56)

(b) Dalil bahwa penghuni neraka tidak akan mati:

(b.1) Firman Allah,

لَا يُقۡضَىٰ عَلَيۡهِمۡ فَيَمُوتُواْ

“Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati.” (Qs. Fathir: 36)

(b.2) Firman Allah,

ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحۡيَىٰ

“Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.” (Qs. al-A’la: 13)

(c) Dalil bahwa penghuni neraka tidak akan keluar darinya:

(c.1) Firman Allah,

وَمَا هُم بِخَٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ

“Dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Qs. al-Baqarah: 167)

(c.2) Firman Allah,

كُلَّمَآ أَرَادُوٓاْ أَن يَخۡرُجُواْ مِنۡهَآ أُعِيدُواْ فِيهَا

“Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya.” (Qs. as-Sajdah: 20)

(d) Dalil bahwa siksanya tidak diringankan:

(d.1) Firman Allah,

وَلَا يُخَفَّفُ عَنۡهُم مِّنۡ عَذَابِهَاۚ كَذَٰلِكَ نَجۡزِي كُلَّ كَفُورٖ

“Dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (Qs. Fathir: 36)

(d.2) Firman Allah,

فَلَا يُخَفَّفُ عَنۡهُمۡ وَلَا هُمۡ يُنظَرُونَ

“Maka tidaklah diringankan adzab bagi mereka dan tidak puIa mereka diberi Tangguh.” (Qs. an-Nahl: 85)

 

***

Karawang, Ahad, 13 Agustus 2023

KARYA TULIS