Tafsir An-Najah (Qs. 6:129-135) Permusuhan Orang-orang Zhalim

وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعۡضَ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعۡضَۢا بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.”
(Qs. al-An’am: 129)
Pelajaran (1) Persesuaian Ayat
Pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan bahwa orang-orang beriman akan mendapatkan surga “Darussalam” dan Allah akan menjadi pelindung juga penolong bagi mereka, yaitu dalam firman-Nya,
لَهُمۡ دَارُ ٱلسَّلَٰمِ عِندَ رَبِّهِمۡۖ وَهُوَ وَلِيُّهُم بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal shalih yang selalu mereka kerjakan.” (Qs. al-An’am: 127)
Maka pada ayat setelahnya (ayat 128), Allah menjelaskan bahwa tempat bagi orang-orang kafir dari kalangan manusia dan jin adalah neraka. Kemudian pada ayat ini (ayat 129) dijelaskan bahwa wali mereka adalah orang-orang zhalim seperti mereka.
Ayat-ayat tersebut (ayat 126-129) mirip dengan firman Allah,
ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. al-Baqarah: 257)
Pelajaran (2) Hubungan Jin dan Manusia
Para ulama berbeda pendapat di dalam menafsirkan ayat di atas:
(1) Pendapat pertama, “Sebagaimana Kami jadikan jin dan manusia saling menikmati satu dengan yang lainnya, demikian juga Kami jadikan mereka wali (teman) satu dengan yang lainnya. Kemudian mereka saling berlepas diri pada hari kiamat.”
(a) Berkata Qatadah, “Sesungguhnya Allah memilihkan wali untuk setiap orang berdasarkan amal perbuatannya. Seorang mukmin, walinya adalah orang mukmin, dimanapun dia berada. Demikian juga orang lafir, walinya adalah orang kafir, dimanapun dia berada.”
(b) Hal ini sesuai dengan firman Allah,
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلَّذِينَ ءَاوَواْ وَّنَصَرُوٓاْ أُوْلَٰٓئِكَ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi.” (Qs. al-Anfal: 72)
Kemudian Allah berfirman pada ayat selanjutnya,
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍۚ
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain.” (Qs. al-Anfal: 73)
(2) Pendapat kedua, maksudnya adalah: “Kami jadikan orang-orang zhalim menguasai orang-orang zhalim lainnya. Mereka menghinakan dan membinasakannya.”
(a) Berkata Ibnu Zaid, “Ini sebagai peringatan bagi orang-orang zhalim, jika tidak berhenti dari perbuatan zhalimnya, maka Allah akan menjadikan orang zhalim lain menguasainya.”
(b) Berkata al-Qurthubi, “Ayat ini mencakup siapa saja yang menzhalimi dirinya sendiri, pemimpin yang menzhalimi rakyatnya, pedagang yang melakukan kezhaliman kepada para pembelinya, para pencuri, dan orang-orang sejenis mereka.”
(c) Berkata Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, “Jika Allah meridhai suatu kaum, maka Allah akan mengangkat orang-orang baik menjadi pemimpin mereka. sebaliknya, jika Allah murka kepada suatu kaum, maka Allah mengangkat orang-orang buruk menjadi pemimpin mereka.”
Hal ini sesuai dengan firman Allah,
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (Qs. asy-Syura: 30)
(d) Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Barangsiapa yang membantu orang zhalim, niscaya Allah akan menjadikan orang zhalim tersebut menguasainya.”
(e) Berkata ar-Razi, “Ayat di atas menunjukkan bahwa rakyat jika melakukan kezhaliman, maka Allah akan menjadikan orang zhalim menguasai mereka. Oleh karenanya, jika ingin menghindari pemimpin zhalim, hendaknya rakyat tersebut meninggalkan perbuatan zhalim.”
(f) Malik bin Dinar menyebutkan bahwa Allah adalah Raja Diraja, rajanya para raja di dunia. Hati dan ubun-ubun mereka dikendalikan Allah. Maka barangsiapa yang taat kepada-Nya, Allah akan para raja (pemimpin) tersebut rahmat baginya. Sebaliknya, barangsiapa yang bermaksiat kepada-Nya, Allah jadikan para pemimpin tersebut siksaan baginya. Oleh karenanya, janganlah kalian menyibukkan diri dengan mencaci-maki para pemimpin. Tetapi hendaknya kalian bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menjadikan para pemimpin tersebut saying kepada kalian.”
(3) Pendapat ketiga, maksud ayat di atas adalah: “Kami masukkan orang-orang zhalim ke dalam api neraka sesuai dengan amal mereka satu per satu secara berurutan.”
(4) Pendapat keempat, maksud ayat di atas adalah: “Kami jadikan orang-orang zhalim saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Kami berlepas diri dari mereka dan tidak membantunya.” Ini sesuai dengan firman Allah,
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Qs. an-Nisa’: 115)
Pelajaran (3) Para Rasul dari Kalangan Manusia
يَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ أَلَمۡ يَأۡتِكُمۡ رُسُلٞ مِّنكُمۡ يَقُصُّونَ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِي وَيُنذِرُونَكُمۡ لِقَآءَ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَاۚ قَالُواْ شَهِدۡنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَاۖ وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَشَهِدُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَنَّهُمۡ كَانُواْ كَٰفِرِينَ
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (Qs. al-An’am: 130)
(1) Ayat ini masih berisi kecaman terhadap orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan menolak dakwah para nabi dan rasul. Kemudian para ulama berbeda pendapat tentang para rasul, apakah semuanya dari kalangan manusia atau sebagian berasal dari kalangan jin.
(2) Mayoritas ulama berpendapat bahwa para rasul hanya dari kalangan manusia, dan tidak ada rasul dari kalangan jin.
(a) Berkata Ibnu Katsir, “Pendapat ini disebutkan oleh Mujahid, Ibnu Juraij, para ulama salaf dan khalaf.”
(b) Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Para rasul berasal dari Bani Adam, sedangkan yang dari kalangan jin disebut dengan ‘an-Nudzur’ (para pemberi peringatan).”
Hal yang sama juga disampaikan oleh Mujahid. Ini sesuai dengan firman Allah,
وَإِذۡ صَرَفۡنَآ إِلَيۡكَ نَفَرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓاْ أَنصِتُواْۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)." Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (Qs. al-Ahqaf: 29)
(c) Ayat di atas (Qs. al-An’am: 130) mirip dengan firman Allah,
يَخۡرُجُ مِنۡهُمَا ٱللُّؤۡلُؤُ وَٱلۡمَرۡجَانُ
“Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” (Qs. ar-Rahman: 22)
Berkata al-Mawardi dan al-Baghawi serta ulama-ulama lain, “Sesungguhnya mutiara dan marjan hanya dari air yang asin (laut) dan bukan dari air yang tawar.”
Walaupun dalam ayat di atas disebut berasal dari keduanya, tetapi maksudnya adalah dari salah satunya.
Demikian pula pada Qs. al-An’am ayat 130 di atas disebutkan (رُسُلٞ مِّنكُمۡ) “para rasul dari kalian (manusia dan jin)”. Akan tetapi yang dimaksud adalah “para rasul dari kalangan manusia”, sebab dari kalangan jin tidak ada rasul.
(d) Mengapa diungkap dengan kata (مِّنكُمۡ) “dari kalian semua”, padahal maksudnya adalah dari salah satunya, yaitu manusia?
Abu as-Su’ud mengatakan bahwa ini untuk menegaskan tentang kewajiban mengikuti para rasul tersebut bagi kedua golongan, yaitu manusia dan jin. Mereka memiliki kewajiban yang sama, seakan kedua golongan tersebut adalah satu kesatuan.
(3) Di antara dalil yang menunjukkan bahwa para rasul hanya dari kalangan manusia adalah sebagai berikut:
(a) Firman Allah,
إِنَّآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ كَمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ نُوحٖ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ مِنۢ بَعۡدِهِۦۚ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيۡمَٰنَۚ وَءَاتَيۡنَا دَاوُۥدَ زَبُورٗا ۞ وَرُسُلٗا قَدۡ قَصَصۡنَٰهُمۡ عَلَيۡكَ مِن قَبۡلُ وَرُسُلٗا لَّمۡ نَقۡصُصۡهُمۡ عَلَيۡكَۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِيمٗا ۞ رُّسُلٗا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى ٱللَّهِ حُجَّةُۢ بَعۡدَ ٱلرُّسُلِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمٗا ۞
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. an-Nisa’: 163-165)
(b) Firman Allah,
وَجَعَلۡنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلۡكِتَٰبَ
“Dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya.” (Qs. al-‘Ankabut: 27)
Ayat di atas menyebutkan bahwa kenabian setelah Nabi Ibrahim hanya berasal dari keturunannya. Adapun sebelum Nabi Ibrahim sudah dijelaskan di dalam Qs. an-Nisa’ ayat 163-165 di atas. Berdasarkan kedua ayat dari kedua surah tersebut di atas menunjukkan bahwa para rasul hanya dari kalangan manusia.
(c) Firman Allah,
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمۡ لَيَأۡكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشُونَ فِي ٱلۡأَسۡوَاقِۗ وَجَعَلۡنَا بَعۡضَكُمۡ لِبَعۡضٖ فِتۡنَةً أَتَصۡبِرُونَۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرٗا
“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu maha Melihat.” (Qs. al-Furqan: 20)
(d) Firman Allah,
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ إِلَّا رِجَالٗا نُّوحِيٓ إِلَيۡهِم مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡقُرَىٰٓۗ أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَيَنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۗ وَلَدَارُ ٱلۡأٓخِرَةِ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?” (Qs. Yusuf: 109)
(4) Firman-Nya,
قَالُواْ شَهِدۡنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَاۖ وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَشَهِدُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَنَّهُمۡ كَانُواْ كَٰفِرِينَ
“Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.”
Mereka orang-orang yang menyeleweng itu mengakui bahwa para rasul tersebut telah menyampaikan risalah dari Allah kepada mereka. Hanya saja mereka tergelincir oleh kehidupan dunia yang menipu, sehingga lupa kepada kehidupan akhirat. Mereka juga mengakui bahwa dulu sewaktu di dunia mereka telah mengingkari ayat-ayat Allah dan menentang dakwah para rasul.
Pelajaran (4) Tujuan Diutusnya Rasul
ذَٰلِكَ أَن لَّمۡ يَكُن رَّبُّكَ مُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمٖ وَأَهۡلُهَا غَٰفِلُونَ
“Yang demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah.” (Qs. al-An’am: 131)
(1) Ayat sebelumnya menjelaskan tentang para rasul yang diutus oleh Allah kepada manusia dan jin. Sedangkan pada ayat ini, Allah menjelaskan tujuan dari diutusnya para rasul, yaitu untuk menjelaskan kepada manusia dan jin bahwa Allah tidaklah menyiksa seseorang karena perbuatan zhalimnya, kecuali telah sampai kepadanya peringatan dari para rasul.
Ini sesuai dengan firman Allah,
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبۡعَثَ رَسُولٗا
“Dan Kami tidak akan meng'adzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Qs. al-Isra’: 15)
Ini adalah bentuk nyata kasih saying Allah kepada semua makhluk-Nya.
(2) Maksud kata (بِظُلۡمٖ) menurut Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu adalah kesyirikan yang mereka kerjakan.
Maksud kata (غَٰفِلُونَ) menurut al-Baghawi adalah lengah karena belum diutus kepada mereka seorang rasul.
(3) Terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa maksud (بِظُلۡمٖ) di sini mengacu Kembali kepada Allah, yaitu bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu kaum secara zhalim sebelum mengutus para rasul untuk memberikan peringatan kepada mereka.
Pelajaran (5) Derajat Manusia dan Jin
وَلِكُلّٖ دَرَجَٰتٞ مِّمَّا عَمِلُواْۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُونَ
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Qs. al-An’am: 132)
(1) Maksudnya setiap manusia dan jin yang beramal shalih akan mendapatkan derajat di surga sesuai dengan amalan mereka masing-masing. Sebaliknya, setiap dari mereka yang bermaksiat akan mendapatkan siksaan di neraka sesuai dengan kadar maksiat yang mereka kerjakan.
Ayat ini mirip dengan firman Allah,
قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلۡمُعَوِّقِينَ مِنكُمۡ وَٱلۡقَآئِلِينَ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ هَلُمَّ إِلَيۡنَاۖ وَلَا يَأۡتُونَ ٱلۡبَأۡسَ إِلَّا قَلِيلًا ۞ أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ تَدُورُ أَعۡيُنُهُمۡ كَٱلَّذِي يُغۡشَىٰ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلۡخَوۡفُ سَلَقُوكُم بِأَلۡسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلۡخَيۡرِۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَمۡ يُؤۡمِنُواْ فَأَحۡبَطَ ٱللَّهُ أَعۡمَٰلَهُمۡۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٗا ۞
“Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: "Marilah kepada kami." Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Qs. al-Ahzab: 18-19)
(2) Berkata al-Qurthubi, “Ayat ini menunjukkan bahwa setiap individu dari golongan jin dan manusia yang taat kepada Allah akan dimasukkan ke dalam surga. Sedangkan yang bermaksiat dari mereka akan dimasukkan ke dalam neraka. Semuanya sama satu kedudukan.”
(3) Asy-Syinqithy menjelaskan bahwa perbedaan derajat pahala yang diperoleh di akhirat jauh lebih besar daripada perbedaan derajat yang diperoleh di dunia. Allah berfirman,
ٱنظُرۡ كَيۡفَ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ وَلَلۡأٓخِرَةُ أَكۡبَرُ دَرَجَٰتٖ وَأَكۡبَرُ تَفۡضِيلٗا
“Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (Qs. al-Isra’: 21)
Pelajaran (6) Tuhan Yang Maha Kaya dan Penyayang
وَرَبُّكَ ٱلۡغَنِيُّ ذُو ٱلرَّحۡمَةِۚ إِن يَشَأۡ يُذۡهِبۡكُمۡ وَيَسۡتَخۡلِفۡ مِنۢ بَعۡدِكُم مَّا يَشَآءُ كَمَآ أَنشَأَكُم مِّن ذُرِّيَّةِ قَوۡمٍ ءَاخَرِينَ
“Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (Qs. al-An’am: 133)
(1) Setelah menjelaskan bahwa setiap yang taat kepada Allah akan mendapatkan derajat di surga sesuai dengan kadar ketaatannya. Kemudian pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa ketaatan yang mereka kerjakan itu manfaatnya Kembali kepada mereka sendiri, karena Allah tidak membutuhkan ketaatan makhluk-Nya. Di saat yang sama, semua makhluk yang membutuhkan Allah.
(2) Selain Maha Kaya, Allah juga Maha Penyayang kepada makhluk-Nya, yaitu: (ذُو ٱلرَّحۡمَةِۚ).
(a) Menurut Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, maksudnya di sini bahwa Allah Maha Penyayang kepada orang-orang yang taat kepada-Nya.
(b) Sebagian ulama, seperti al-Mawardi menyebutkan perbedaan (الرحمن) “Maha Pengasih” untuk seluruh makhluk-Nya. Sedangkan (الرحيم) “Maha Penyayang” khusus untuk hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya.
(3) Firman-Nya,
إِن يَشَأۡ يُذۡهِبۡكُمۡ وَيَسۡتَخۡلِفۡ مِنۢ بَعۡدِكُم مَّا يَشَآءُ كَمَآ أَنشَأَكُم مِّن ذُرِّيَّةِ قَوۡمٍ ءَاخَرِينَ
“Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.”
(a) Maksudnya:
“Jika Allah berkehendak niscaya Dia memusnahkan kalian ketika kalian melanggar perintah-perintah-Nya. Kemudian menggantinya setelah kalian, dengan orang-orang yang dikehendaki-Nya, dimana mereka lebih baik dan lebih taat daripada kalian. Yang demikian itu sangat mudah bagi Allah, sebagaimana dulu kalian diciptakan dari keturunan kaum yang lain.”
(b) Ayat ini berisi ancaman kepada kaum musyrikin di Mekkah yang menentang dakwah Nabi Muhammad ﷺ bahwa Allah sangat mampu membinasakan mereka dalam sekejap, jika mereka tidak berhenti menghalangi dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian Allah akan menggantikan mereka dengan generadi yang taat dan beirman.
Ancaman Allah ini benar-benar terjadi, sehingga mereka dimusnahkan oleh Allah, dan sebagian dari mereka masuk memeluk Islam. Setelah itu datang generasi yang taat dan menyembah Allah subhanahu wa ta’ala.
(c) Ayat ini mirip dengan beberapa firman Allah, diantaranya:
(c.1) Firman Allah,
وَٱللَّهُ ٱلۡغَنِيُّ وَأَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُۚ وَإِن تَتَوَلَّوۡاْ يَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓاْ أَمۡثَٰلَكُم
“Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” (Qs. Muhammad: 38)
(c.2) Firman Allah,
إِن يَشَأۡ يُذۡهِبۡكُمۡ أَيُّهَا ٱلنَّاسُ وَيَأۡتِ بِـَٔاخَرِينَۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ قَدِيرٗا
“Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian.” (Qs. an-Nisa’: 133)
(c.3) Firman Allah,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ ۞ إِن يَشَأۡ يُذۡهِبۡكُمۡ وَيَأۡتِ بِخَلۡقٖ جَدِيدٖ ۞ وَمَا ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ بِعَزِيزٖ ۞
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah” (Qs. Fathir: 15-17)
(4) Firman-Nya,
إِنَّ مَا تُوعَدُونَ لَأٓتٖۖ وَمَآ أَنتُم بِمُعۡجِزِينَ
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya.” (Qs. al-An’am: 134)
(a) Apa-apa yang dijanjikan Allah kepada kalian tentang hari kiamat, perhitungan pahala dan siksa pasti akan tiba. Dan kalian tidak akan bisa menghindar darinya.
(b) Berkata al-Biqa’i, “Ayat ini menunjukkan kasih saying Allah. Karena Allah Yang Maha Kuasa, jika ingin membalas, maka akan menjatuhkan sanksi tanpa menangguhkan waktu dan memperingatkan dahulu. Sebaliknya, jika ingin menunjukkan kasih saying-Nya, maka akan memberikan peringatan terlebih dahulu. Orang-orang yang sukses akan segera menyadarinya, sedangkan orang-orang yang merugi akan tetap pada pendiriannya.”
Pelajaran (7) Beramal di Atas Jalannya Masing-masing
قُلۡ يَٰقَوۡمِ ٱعۡمَلُواْ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمۡ إِنِّي عَامِلٞۖ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ مَن تَكُونُ لَهُۥ عَٰقِبَةُ ٱلدَّارِۚ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.” (Qs. al-An’am: 135)
(1) Ayat ini berisi peringatan kepada siapa saja yang mengingkari hari kebangkitan. Padahal telah dijelaskan kepada mereka pada ayat sebelumnya bahwa hari kebangktan pasti terjadi.”
Makna ayat, “Katakanlah wahai Muhammad, jika kalian masing mengingkari hari kebangkitan, maka silakan kalian tetap berada pada keyakinan dan jalan kalian. Aku juga akan tetap berjalan di atas jalanku.”
(2) Ayat ini berisi perintah tetapi maksudnya ancaman, seperti firman Allah,
فَلۡيَضۡحَكُواْ قَلِيلٗا وَلۡيَبۡكُواْ كَثِيرٗا
“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak.” (Qs. at-Taubah: 82)
(3) Firman-Nya,
إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.”
Menunjukkan bahwa kesudahan yang baik dalam kehidupan di dunia dan akhirat akan diraih oleh orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana di dalam firman-Nya,
وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ
“Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. al-A’raf: 128)
Ayat ini juga terdapat di dalam surah al-Qashash ayat 83.
Adapun orang-orang yang zhalim, merekalah yang akan merugi di dunia dan di akhirat.
***
Karawang, Rabu, 16 Agustus 2023
-

Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya

Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -

Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -

Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -

Nasionalisme
Lihat isinya

Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -

Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya

Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya

Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -

Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya

Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Jual Beli Terlarang
Lihat isinya

Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -

Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya

Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -

Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya

Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -

Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya

Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -

Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya

Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -

Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya

Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -

Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya

Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -

Membuka Pintu Langit
Lihat isinya

Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -

Menembus Pintu Langit
Lihat isinya

Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya

Tafsir An-Najah Juz 7: Qs. 5: 82-120 & Qs. 6: 1-110
Lihat isinya » -

Tafsir An-Najah Juz 8: Qs. 6: 111-165 & Qs. 7: 1-78
Lihat isinya
Lihat isinya »