Karya Tulis
5 Hits

Tafsir An-Najah (Qs. 6:158) Matahari Terbit dari Barat


هَلۡ یَنظُرُونَ إِلَّاۤ أَن تَأۡتِیَهُمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ أَوۡ یَأۡتِیَ رَبُّكَ أَوۡ یَأۡتِیَ بَعۡضُ ءَایَـٰتِ رَبِّكَۗ یَوۡمَ یَأۡتِی بَعۡضُ ءَایَـٰتِ رَبِّكَ لَا یَنفَعُ نَفۡسًا إِیمَـٰنُهَا لَمۡ تَكُنۡ ءَامَنَتۡ مِن قَبۡلُ أَوۡ كَسَبَتۡ فِیۤ إِیمَـٰنِهَا خَیۡرࣰاۗ قُلِ ٱنتَظِرُوۤا۟ إِنَّا مُنتَظِرُونَ

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya Kamipun menunggu (pula)."”

(Qs. al-An'am: 158)

 

Pelajaran (1) Mereka Tinggal Menunggu Kehancurannya

هَلۡ یَنظُرُونَ إِلَّاۤ أَن تَأۡتِیَهُمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ أَوۡ یَأۡتِیَ رَبُّكَ أَوۡ یَأۡتِیَ بَعۡضُ ءَایَـٰتِ رَبِّكَۗ

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu.”

(1) Firman-Nya,

هَلۡ یَنظُرُونَ

“Yang mereka nanti-nanti…”

(a) Nabi Muhammad ﷺ sudah menjelaskan tentang bukti-bukti bahwa dirinya adalah utusan Allah yang ditugaskan untuk menyampaikan risalah-Nya kepada penduduk Mekkah dan sekitarnya, yaitu kepada seluruh manusia. Tetapi sayangnya, kamu musyrikin menolak mentah-mentah dakwah beliau dan tetap bersikukuh dalam kekufurannya. Seluruh usaha sudah dijalankan, seluruh cara sudah ditempuh, seluruh pendekatan sudah dilakukan, namun semuanya itu tidak membawa hasil. Maka, mereka hanya tinggal menunggu saat kehancurannya akibat mendustakan ayat-ayat Allah dan menentang rasul-Nya.

(b) Menurut al-Baidhawi, sebenarnya kaum musyrikin Mekkah tidaklah menunggu datangnya kehancuran mereka. Akan tetapi karena sikap mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menentang utusan-Nya, seolah-olah mereka menantang Allah dan meminta supaya diturunkan siksa-Nya.

Ibnu Athiyah juga mengatakan bahwa mereka hanya tinggal menunggu kematian dan siksa yang pedih setelahnya.

(2) Firman-Nya,

إِلَّاۤ أَن تَأۡتِیَهُمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ

“Tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka).”

Menurut Muqatil, maksudnya adalah mereka menunggu kedatangan malaikat maut untuk mencabut nyawa mereka.

(3) Firman-Nya,

أَوۡ یَأۡتِیَ رَبُّكَ

“Atau kedatangan (siksa) Tuhanmu.”

(a) Apa yang dimaksud dengan datangnya Tuhan di sini? Terdapat dua pendapat, yaitu:

(a.1) Maksudnya adalah datangnya kemenangan dari Allah untuk umat Islam, serta turunnya balasan Allah untuk menghancurkan musuh-musuh umat Islam, baik di dunia maupun di akhirat. Ini adalah pendapat al-Hasan al-Bashri dan az-Zujaj.

(a.2) Maksudnya bahwa Tuhan datang untuk menghukumi perselisihan di antara umat manusia pada hari kiamat. Ini pendapat Mujahid, ath-Thabari dan al-Baghawi.

(b) Jauh sebelumnya, kaum musyrikin Mekkah meminta kepada Nabi Muhammad ﷺ agar diturunkan malaikat dan merekapun ingin melihat Allah secara langsung dengan mata kepala mereka sendiri. Ini disebutkan dalam firman-Nya,

وَقَالَ ٱلَّذِینَ لَا یَرۡجُونَ لِقَاۤءَنَا لَوۡلَاۤ أُنزِلَ عَلَیۡنَا ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ أَوۡ نَرَىٰ رَبَّنَاۗ لَقَدِ ٱسۡتَكۡبَرُوا۟ فِیۤ أَنفُسِهِمۡ وَعَتَوۡ عُتُوࣰّا كَبِیرࣰا

“Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas(dalam melakukan) kezhaliman".” (Qs. al-Furqan: 21)

(4) Pesan dan isi ayat di atas (Qs. al-An'am: 158) mirip dengan pesan dan isi pada firman Allah,

هَلۡ یَنظُرُونَ إِلَّاۤ أَن یَأۡتِیَهُمُ ٱللَّهُ فِی ظُلَلࣲ مِّنَ ٱلۡغَمَامِ وَٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ وَقُضِیَ ٱلۡأَمۡرُۚ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرۡجَعُ ٱلۡأُمُورُ

“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (Qs. al-Baqarah: 210)

Begitu juga di dalam firman-Nya,

وَجاءَ رَبُّكَ والمَلَكُ صَفًّا صَفًّا

“Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris.” (Qs. al-Fajr: 22)

 

Pelajaran (2) Terbitnya Matahari dari Barat

أَوۡ یَأۡتِیَ بَعۡضُ ءَایَـٰتِرَبِّكَۗ

“Atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu.”

(1) Para ulama berbeda pendapat di dalam menafsirkan ayat di atas,

(a) Menurut mayoritas ulama maksudnya adalah terbitnya matahari dari barat. Dalilnya adalah sebagai berikut:

§ Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

 "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبها، فَإِذَا رَآهَا النَّاسُ آمَنَ مَنْ عَلَيْهَا. فَذَلِكَ حِينَ ﴿لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ﴾

“Tidak akan terjadi Kiamat sehingga matahari terbit dari sebelah barat, jika ia telah terbit, lalu manusia menyaksikannya, maka semua orang akan beriman, ketika itu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” (HR. al-Bukhari)

§ Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

ثَلَاثٌ إِذَا خَرَجْنَ لَمْ { يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ } الْآيَةَ الدَّجَّالُ وَالدَّابَّةُ وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ الْمَغْرِبِ أَوْ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Tiga hal, jika semuanya telah terjadi, maka tidak akan berguna lagi keimanan seseorang yang sebelumnya ia tidak beriman terhadap ayat (Allah), yaitu; keluarnya Dajjal, binatang melata, dan terbitnya matahari dari barat atau dari tempat terbenamnya.” (HR. at-Tirmidzi)

(b) Menurut Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, maksudnya adalah terbitnya matahari dan bulan dari barat pada saat yang sama. Dalilnya adalah firman Allah,

وَجُمِعَ الشَّمْسُ والقَمَرُ

“Dan matahari dan bulan dikumpulkan.” (Qs. al-Qiyamah: 9)

(c) Menurut Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu maksudnya adalah terbitnya matahari dari barat, munculnya Dajjal, dan keluarnya binatang melata.

(2) Terdapat dua hikmah dari terbitnya matahari dari barat, sebagaimana yang disebutkan

Ibnu al-Jauzi, yaitu:

(a) Untuk membantah pernyataan ahli astronomi dan ilmu perbintangan serta para atheis, bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Allah menerbitkan matahari dari barat untuk menunjukkan kekuasaan-Nya yang sangat agung kepada mereka.

(b) Untuk membungkam Raja Namrud yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika diminta untuk menerbitkan matahari dari barat, dia terdiam tidak bisa berkata apa-apa, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya,

أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِی حَاۤجَّ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمَ فِی رَبِّهِۦۤ أَنۡ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلۡمُلۡكَ إِذۡ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمُ رَبِّیَ ٱلَّذِی یُحۡیِۦ وَیُمِیتُ قَالَ أَنَا۠ أُحۡیِۦ وَأُمِیتُۖ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ یَأۡتِی بِٱلشَّمۡسِ مِنَ ٱلۡمَشۡرِقِ فَأۡتِ بِهَا مِنَ ٱلۡمَغۡرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِی كَفَرَۗ وَٱللَّهُ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِینَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (Qs. al-Baqarah: 258)

(3) Al-Mawardi menyebutkan dua pendapat di dalam menentukan urutan keluarnya tanda-tanda besar hari kiamat:

(a) Menurut Muadz bin Jabal, urutannya adalah: munculnya Dajjal, keluarnya asap, Ya'juj dan Ma'juj,  keluarnya binatang melata dan yang terakhir terbitnya matahari dari barat.

(b) Menurut Hudzaifah bin Yaman, urutannya adalah: keluarnya Dajjal, Ya'juj dan Ma'juj, terbitnya matahari dari barat, dan yang terakhir keluarnya binatang melata.

 

Pelajaran (3) Iman yang Terlambat

لَا یَنفَعُ نَفۡسًا إِیمَـٰنُهَا لَمۡ تَكُنۡ ءَامَنَتۡ مِن قَبۡلُ أَوۡ كَسَبَتۡ فِیۤ إِیمَـٰنِهَا خَیۡرࣰاۗ

“Tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”

(1) Ayat ini menurut at-Thabari mengandung dua hal:

(a) Tidak ada manfaat imannya orang kafir, jika dia beriman setelah terbitnya matahari dari barat.

(b) Tidak ada manfaat orang fasik, jika dia beramal salih setelah terbitnya matahari dari barat.

(2) Menurut ath-Thabari, ini ibarat orang yang beriman atau beramal salih dalam keadaan sakaratul maut, yaitu ketika nafasnya sudah sampai tenggorokan.

Allah berfirman,

فَلَمۡ یَكُ یَنفَعُهُمۡ إِیمَـٰنُهُمۡ لَمَّا رَأَوۡا۟ بَأۡسَنَاۖ سُنَّتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِی قَدۡ خَلَتۡ فِی عِبَادِهِۦۖ وَخَسِرَ هُنَالِكَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ

“Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.” (Qs. Ghafir: 85)

(3) Menurut penulis, ini juga sesuai dengan peristiwa tenggelamnya Fir'aun di laut, pada waktu itu, dia menyatakan beriman. Allah berfirman,

وَجَـٰوَزۡنَا بِبَنِیۤ إِسۡرَ ٰ⁠ۤءِیلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتۡبَعَهُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَجُنُودُهُۥ بَغۡیࣰا وَعَدۡوًاۖ حَتَّىٰۤ إِذَاۤ أَدۡرَكَهُ ٱلۡغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱلَّذِیۤ ءَامَنَتۡ بِهِۦ بَنُوۤا۟ إِسۡرَ ٰ⁠ۤءِیلَ وَأَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِینَ

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".” (Qs. al-A’raf: 138)

(4) As-Sa'di mengomentari ayat di atas, bahwa keimanan Fir'aun pada saat tenggelam tidaklah bermanfaat lagi. Keimanan Fir'aun ini, seperti keimanan seseorang ketika melihat datangnya hari kiamat. Keimanan seperti ini disebut dengan keimanan orang yang telah menyaksikan (yaitu menyaksikan hari kiamat) dan tidak bermanfaat bagi dirinya. Adapun keimanan yang bermanfaat adalah iman dengan yang gaib, yaitu keimanan sebelum sakaratul maut dan sebelum datangnya hari kiamat.

Ini sesuai dengan hadits ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يقبل توبة الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

“Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama belum yu-ghor-ghir.” (HR. Ahmad, at-Tirmdzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. Hadits Shahih.)

(5) Maksud hadits ini menurut al-Qurthubi bahwa taubat seseorang tidak akan diterima oleh Allah ketika ruhnya sudah sampai ujung tenggorokan, tepatnya ketika dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri tempatnya di surga dan tempatnya di neraka. Bahkan, Ibnu Athiyah menganggap orang rohnya di ujung tenggorokan adalah orang yang sudah mati.

Kemudian al-Qurthubi menjelaskan bahwa orang yang menyaksikan terbitnya matahari dari barat, hukumnya seperti orang yang sedang sakaratul maut.

Pendapat ini menguatkan pendapat ath-Thabari di atas.

(6) Berkata adh-Dhahak,

“Barangsiapa yang menyaksikan sebagian ayat Tuhannya (matahari terbit dari barat) sedangkan dia adalah orang beriman yang sedang beramal shalih, maka amalnya  diterima oleh Allah, sebagaimana Allah telah menerima amalnya sebelum datangnya tanda hari kiamat tersebut.”

 

***

Karawang, Kamis, 31 Agustus 2023

KARYA TULIS