Tips Ke- 3: Memilih Waktu-Waktu Yang Memiliki Keutamaan
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa di dalam ajaran Islam terdapat waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan-keutamaan yang tidak dimiliki oleh waktu-waktu lainnya, seperti:
Pada bulan Ramadhan, terdapat 10 malam terakhir yang di dalamnya ada satu malam, yaitu lailatul qadar yang mempunyai kadar ibadah 1000 bulan dibanding malam-malam lainnya. Allah berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan., Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” ( Qs al-Qadar : 1- 3 )
10 hari pertama bulan Dzulhijjah, terutama pada tanggal 10 Dzulhijjah. Dalam suatu hadist disebutkan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : مَا الْعَمَلُ فِى أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهُ فِى عَشْرِ ذِى الْحِجَّةِ. قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ. قَالَ : وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ. إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، ثُمَّ لاَ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada amal shaleh yang lebih utama darinya, kecuali sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, Para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, (apakah melebihi keutamaan) jihad di jalan Allah? Beliau bersabda: “(Ya, melebihi) jihad di jalan Allah, kecuali seorang yang keluar (berjihad di jalan Allah) dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikitpun (darinya)”.(HR. Bukhari)
Hari Jum’at, yang merupakan sebaik-baik hari dalam seminggu. Di dalamnya banyak keutamaan yang jika seorang muslim mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, niscaya akan mendapatkan pahala yang sangat banyak. Di dalamnya terdapat suatu waktu yang jika seorang muslim berdoa, niscaya Allah akan mengabulkannya, sebagaimana yang tersebut dalam hadits :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عليه الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ ؛ فيه خُلق آدم، وفيه أُدْخِلَ الجنةَ، وفيه أُخرج منها، ولا تقوم الساعة إلا في يوم الجمعة
“Dari Abū Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:” Sebaik-baik hari yang padanya terbit matahari adalah hari Jum’at, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu dia dimasukkan syurga, dan pada hari itu dia dikeluarkan darinya, dan tidaklah terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jum’at ” (HR. Muslim )
Di dalam hadits lain disebutkan :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
“Dari Abū Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan hari Jum’at kemudian beliau bersabda : “ Sesungguhnya pada hari Jum’at ada waktu yang apabila seorang hamba muslim mendapatinya, sedang dia dalam keadaan shalat dan memohon kebaikan kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya” (HR Muslim).
Waktu Sahur, tepatnya pada sepertiga terakhir malam hari. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kami azza wa jalla turun setiap malam ke langit dunia pada waktu sepertiga malam yang terakhir. Maka Allah berfirman : ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku beri. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, para ulama salaf sholih mengibaratkan sholat 5 waktu sebagai timbangan harian, hari Jum’at sebagai timbangan mingguan, bulan Ramadhan sebagai timbangan tahunan, sedangkan haji sebagai timbangan seumur hidup.
Mereka sangat memperhatikan bagaimana hariannya bisa terjaga dengan baik. Setelah berhasil, mereka berusaha menjaga mingguannya. Setelah berhasil, mereka berusaha menjaga tahunannya. Setelah berhasil, mereka menjaga umurnya, dan itu merupakan khitam al-misk (penutupan yang baik)
Kalau kita terapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, maka kita bisa menjadikan sholat lima waktu sebagai barometer kegiatan kita sehari-hari.
Dengan mengikuti alur jadwal sholat lima waktu umpamanya, kita bisa mengatur waktu untuk menghafal al-Qur’an. Cara pengaturan waktu seperti ini terbukti sangat efektif, karena seorang muslim tentu tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu.
Untuk lebih jelasnya, rinciannya sebagai berikut :
Hendaknya setiap waktu sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudah sholat.
Sebelum sholat, dibagi dua : sebelum adzan dan antara waktu adzan dan iqamah.
Setelah sholat, maksudnya setelah membaca dzikir atau setelah dzikir pagi pada sholat Subuh dan setelah dzikir sore pada sholat Ashar.
Seandainya dia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudahnya seperempat juz juga, berarti setiap sholat dia mampu mengulangi hafalannya setengah juz. Jika ini dilakukan 5 kali dalam sehari semalam sesuai dengan waktu sholat, berarti dia telah mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah.
Kalau hal ini dilakukan setiap hari secara terus menerus, maka dia akan bisa mengkhatamkan hafalannya sebanyak 30 juz setiap 12 hari, tanpa menyita waktunya sama sekali.
Ini akan lebih sempurna, jika dia mengulangi hafalannya setengah juz yang tersisa pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya. Jika demikian, berarti dalam setiap hari, dia mampu menyelesaikan hafalannya sebanyak 3 juz.
Kalau hal ini dilakukan setiap hari secara terus menerus, maka dia akan mampu mengkhatamkan al-Qur’an 30 juz dalam 10 hari. Dan ternyata banyak dari ulama-ulama dahulu, yang membiasakan diri untuk mengkhatamkan hafalannya 30 juz setiap sepuluh hari sekali.
Cara Efektif Mengatur Waktu Untuk Khatam Al-Qur’an Sebelum sholat = ¼ juz Sesudah sholat = ¼ juz ½ juz ½ juz x 5 sholat ( 1 hari ) = 2 ½ juz 2 ½ juz 2 ½ juz x 12 hari = 30 juz Jika ditambah ½ juz pada sholat sunah : 2 ½ juz + ½ juz pada sholat sunah = 3 juz ( 1 hari ) 3 juz x 10 hari = 30 juz
|
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »