Nasehat Allah kepada Qarun (Kisah Qarun Bag 2)
Nasehat Allah kepada Qarun
Ayat di atas mengandung lima nasehat Allah kepada Qarun dan kepada setiap orang yang diamanati Allah dengan harta yang melimpah. Lima nasehat itu sebagai berikut :
Nasehat Pertama : ( لَا تَفْرَحْ ) Jangan bangga dan sombong dengan kekayaan.
Kekayaan dan kekuasaan adalah pemberian Allah, bukan hasil jerih payah manusia. Inilah yang tidak dipahami Qarun, sehingga dia menjadi sombong. Allah berfirman :
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (78) فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".(Qs. Al- Qashash 78-79)
Allah berfirman tentang kerajaan dan kekuasaan :
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( Qs. Ali Imran : 26 )
Allah berfirman tentang rizqi :
أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ
“Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?”(Qs. al-Mulk 21)
Allah berfirman tentang nikmat :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (Qs. an-Nahl 53)
Orang yang sombong dan bangga dengan yang dimilikinya akan membuatnya bakhil terhadap nikmat Allah, sebagaimana di dalam firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
“ Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan Qarunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.” ( Qs an-Nisa : 36-37 )
Nasehat Kedua : (وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ) Kekayaan yang Allah berikan, hendaknya dijadikan modal untuk mencari pahala di akherat.
Ini menunjukkan bahwa kekayaan adalah karunia dari Allah, kekayaan bukanlah sesuatu yang dilarang di dalam Islam, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya untuk kepentingan umat dan akherat. Terbukti bahwa 10 sahabat yang dijamin masuk syurga sebagian besar dari mereka adalah orang kaya. Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf masuk syurga karena kekayaan mereka yang diinfakkan di jalan Allah. Begitu juga Abu bakar as-Siddiq kekayaannya digunakan untuk membeli syurga.
Dalam hal ini Allah berfirman :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (syurga ), sehingga kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Qs. Ali-Imran : 92)
Sebagian ahli tafsir mengartikan “al-Birr“ pada ayat di atas dengan syurga. Dengan demikian ayat di atas bisa kita artikan sebagai berikut : “ Kalian tidak akan mendapatkan syurga sampai kalian menginfakkan harta-harta yang kalin cintai di jalan Allah. “
Menurut Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu bahwa Abu Tolhah radhiyallahu 'anhu adalah orang Anshor yang paling banyak memiliki pohon kurma di Madinah. Harta yang paling ia sukai adalah kebun “ Bairuha’ “ yang letaknya di depan Masjid Nabawi. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sering masuk ke dalamnya sambil minum air yang terdapat di dalamnya. ( Nawawi, Syareh Shohih Muslim, 4/ 94 )
Ketika ayat di atas turun, Abu Tolhah datang kepada Rosulullah, seraya berkata : “ Sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun “ Bairuha’ “ ini, dan saya sedekahkan untuk Allah, saya mengharapkan kebaikannya di sisi Allah, maka silahkan wahai Rosulullah engkau salurkan pada tempat yang engkau pandang sesuai. Berkata Rosulullah : “ Bagus-bagus … inilah harta yang membawa keuntungan, inilah harta yang membawa keuntungan, dan saya telah mendengarnya, sebaiknya engkau berikan kepada saudara-saudara kamu “ .
Berkata Abu Tolhah : Akan saya laksanakan hal itu wahai Rosulullah. Kemudian Abu Tolhah membagikan hasil dari kebun tersebut kepada para sanak saudaranya . “ ( HR.Bukhari (1461 ) dan Muslim (42 ))
Hal yang sama dilakukan oleh Zaid bin Haritsah. Pada suatu hari, Zaid bin Haritsah datang kepada Rosulullah dengan kuda perangnya yang bernama “ Sabal “ ( kuda ini adalah harta yang paling dicintai-nya ). Zaid berkata : “ Wahai Rosulullah, sedekah-kanlah kuda ini. Tetapi secara tidak disangka Rosulullah memberikan kuda tersebut kepada anak-nya sendiri yaitu Usamah bin Zaid. Melihat hal tersebut, Zaid bertanya : “ Wahai Rosulullah, maksud saya, agar kuda tersebut disedekahkan ( kepada orang lain) “. Bersabda Rosulullah : “ Sedekah kamu telah diterima ( oleh Allah ). “ ( lihat Ibnu Arabi, Ahkam Al Qur’an : 1/ 368)
Hal yang sama juga dilakukan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu. Berkata Abdullah bin Umar : “ Ketika teringat ayat ini, saya berpikir tentang harta yang paling saya cintai dan ternyata saya dapatkan bahwa tidak ada harta yang lebih saya cintai dari seorang budak wanita Romawi. Kemudian budak tersebut saya bebaskan demi mencari ridha Allah. Seandainya aku ambil lagi sesuatu yang telah saya infakkan di jalan Allah, tentunya budak tersebut akan aku nikahi. “ ( Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim : 1/ 506)
Hal ini sesuai dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“ Jika anak Adam mati, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga perkara : sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendo’akan orangtuanya. “ ( HR Muslim (1631) )
Ketiga : (وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ) Jangan Lupa Terhadap Nasibmu di Dunia.
Kehidupan dunia perlu mendapatkan perhatian dari orang Islam, tidak boleh dilupakan sama sekali. Ini sesuai dengan doa yang diajarkan Allah di dalam al-Qur’an :
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". ( Qs al-Baqarah : 201 )
Dalam hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah membaca doa untuk dunia dan akherat sekaligus :
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي, وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشِي, وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِي, وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ, وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“ Ya Allah perbaikilah agamaku yang merupakan pegangan dalam segala urusanku, dan perbaikilah duniaku yang di dalamnya ada penghidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup sebagai kesempatan untuk menambah setiap kebaikanku dan jadikanlah mati sebagai pelepas diriku dari setiap kejahatan." ( HR Muslim )
Berkata Salman al-Farisi kepada Abu Darda’ radhiyallahu 'anhuma yang kemudian disetujui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إنَّ لربِّكَ عليك حقًّا، وإنَّ لِنَفسكَ عليك حقًّا، ولأهلك عليك حقًّا، فأعْطِ كلَّ ذي حقٍّ حقَّهُ
”Sesungguhnya pada Rabb-mu ada hak yang harus anda tunaikan, dan pada dirimu ada hak yang harus anda tunaikan, dan pada diri keluargamu ada hak yang harus anda tunaikan, maka berilah setiap bagian akan haknya” (HR. Bukhari )
Ini dikuatkan dengan hadist Abdullah bin Amru radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya :
فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“ Dan sesungguhnya pada jasadmu ada hak atas dirimu, dan pada matamu ada hak atas dirimu, dan pada isterimu ada hak atas dirimu dan pada pengunjungmu ada hak atas dirimu.” ( HR. Bukhari )
Nasehat Keempat : (وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ) Berbuatlah Baik Kepada Orang Lain, Sebagaimana Allah Berbuat Baik Kepada Anda.
Ini adalah bentuk syukur nikmat. Lihat bagaimana Allah memerintahkan seorang anak untuk berbakti kepada Allah dan kepada kedua orang tuanya sebagai bentuk syukur dan balas jasa kepada keduanya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)
Allah juga berfirman :
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Qs. al-Ahqaf : 15)
Allah juga memerintahkan berbuat baik kepada manusia lain yang beda agama, selama mereka tidak memerangi kita. Allah berfirman :
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Qs al-Mumtahanah : 8 )
Berbuat baik bukan sebatas kepada manusia, kita juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada binatang, sebagaimana di dalam hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَيْنَمَا كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ قَدْ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ إِذْ رَأَتْهُ بَغِىٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِى إِسْرَائِيلَ فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فَاسْتَقَتْ لَهُ بِهِ فَسَقَتْهُ إِيَّاهُ فَغُفِرَ لَهَا بِهِ
“Pada suatu ketika, seekor anjing mengelilingi sebuah sumur. hampir-hampir anjing itu mati kehausan. Tiba-tiba seorang wanita pelacur bangsa bani Israil melihatnya. Maka dilepaslah sepatunya, kemudian diambilkannya air dengan sepatunya, lalu anjing yang hampir mati itu diberinya minum. Maka Allah mengampuninya denga sebab itu.” ( HR Bukhari dan Muslim)
Di dalam riwayat lain disebutkan :
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ : لَقَدْ بَلَغَ بِهَذَا مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِى كَانَ بَلَغَنِى فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً فَأَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِىَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ ». فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِى الْبَهَائِمِ لأَجْرًا. فَقَالَ :« فِى كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أُجْرٌ »
“Pada suatu ketika, seorang lelaki sedang berjalan melalui sebuah jalan, lalu dia merasa sangat kehausan. Dia dapatkan sebuah sumur, lalu turun ke dalamnya untuk minum. Begitu keluar dari sumur, dia dikejutkan oleh seekor anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karana kehausan. Orang itu berkata, “Sungguh anjing ini kehausan seperti yang baru kualami” lalu dia turun kembali ke dalam sumur, ia penuhi sepatunya dengan air, dia gigit sepatunya dengan mulutnya, dibawanya naik ke atas dan diberi minumkannya kepada anjing itu. Maka Allah bersyukur kepada lelaki itu, dan diampuni Nya dosanya” Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah, apakah kami mendapat pahala ketika kami (menyayangi) hewan-hewan ini?” Jawab Rasulullah : “Menyayangi setiap makhluk hidup ada pahalanya,” ( HR Muslim )
Orang yang berbuat baik kepada orang lain sebenarnya telah berbuat baik kepada dirinya sendiri karena manfaatnya akan kembali kepada dirinya. Allah berfirman :
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
“ Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Qs. Al- Isra` 7)
Nasehat Kelima : ( وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ) Jangan Berbuat Kerusakaan Di Muka Bumi.
Kekuasaan dan kekayaan berpotensi menimbulkan kerusakan di muka bumi. Kekuasaan dan Kekayaan biasanya menyebabkan orang sombong dan berbuat semena-mena kepada orang lain. Dalam sebuah pepatah Arab disebutkan :
إِنَّ الْفَرَاغَ وَالشَّبَابَ وَالْجِدَّةَ مفْسِدَةٌ لِلْمَرءِ أَيّ مَفْسدَة
”Kekosongan jika melanda para pemuda yang mempunyai harta, maka akan mengakibatkan kerusakan yang luar biasa”.
Salah satu bentuk kebaikan adalah tidak merusak bumi sesudah diperbaiki Allah. Allah berfirman :
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. al-A`raaf : 56)
Kerusakan yang paling besar di muka bumi adalah berbuat syirik dan meninggalkan tauhid. Berkata Qusyairi : “ Maksud ayat di atas adalah janganlah kalian melakukan syirik. Maka Allah melarang syirik, pertumpahan darah, perusakan di muka bumi ini. Sebaliknya Allah memerintahkan untuk memegang syariat setelah adanya perbaikan dengan diutusnya para rasul, dan adanya kejelasan ajaran nabi Muhammad “ ( Tafsir Qurtubi )
Segala bentuk maksiat juga akan menyebabkan kerusakan di muka bumi ini, sebaliknya segala bentuk ketaatan akan membawa berkah dan perbaikan. Maksiat juga menyebabkan rusaknya amal dan menjadi penghalang rizqi.
Allah berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs ar-Rum : 41)
Di dalam hadist Tsauban bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا يرُدُّ القدرَ إلَّا الدُّعاءُ ولا يزيدُ في العمرِ إلَّا البِرُّ وإنَّ الرَّجلَ ليُحرَمَ الرِّزقَ بالذَّنبِ يُذنبُه
“ Tidak bisa menolak taqdir kecuali doa, dan tidak bisa menambah umur kecuali kebaikan, dan sesungguhnya seseorang tehalang rizqinya karena dosa yang dikerjakannya. “ ( HR Ahmad dan Hakim, dengan sanad yang shahih)
Maka, akibat keangkuhan, kesombongan dan perbuatan Qarun yang merusak tersebut, Allah cabut seluruh nikmat dank kekayaannya yang berlimpah tersebut, dan Allah menenggelamkannya ke dalam bumi sebagai pelajaran bagi orang-orang sesudahnya. Allah berfirman :
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)”.(Qs. Al- Qashash 81)
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »