Bab 5: Waktu-Waktu Membaca Istighfar
Istighfar Muthlaq : adalah bacaan istighfar yang diucapkan kapan saja, di mana saja, dan dalam keadaan apa saja. Berkata al-Hasan al-Bashri :
أكثروا من الاستغفار في بيوتكم ، وعلى موائدكم ، وفي طرقكم ، وفي أسواقكم ، وفي مجالسكم ، أينما كنتم فإنكم ما تدرون متى تنزل المغفرة.
“ Perbanyaklah al-Istighfar di rumah-rumah, di atas meja-meja makan, di jalan-jalan, di pasar-pasar, di pertemuan-pertemuan, di mana saja kalian, sesungguhnnya kalian tidak mengetahui kapan turunnya ampunan.”
Adapun Istighfar Muqayyad adalah bacaan istighfar yang dibaca pada waktu-waktu tertentu sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an dan Sunnah. Diantara waktu-waktu itu adalah sebagai berikut :
Pertama : Pada Sepertiga Malam Terakhir Dan Waktu Sahur.
Seorang muslim dianjurkan untuk bangun pada waktu sahur, kemudian sholat malam dan beristighfar meminta ampun kepada Allah atas segala dosa-dosanya. Ini sesuai dengan firman Allah :
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
“ (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang jujur, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.”( Qs Ali Imran : 17)
`Di dalam ayat lain juga disebutkan ciri orang bertaqwa adalah yang senantiasa beristighfar pada waktu sahur, Allah berfirman :
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“ Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” ( Qs. adz-Dzariyat : 18 )
Ketika anak-anak nabi Ya’qub meminta kepada beliau agar dosa-dosa mereka dimaafkan oleh Allah, maka beliau mengundurkan untuk memohon kepada Allah sampai waktu sahur. Allah berfirman :
قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“ Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku (nanti pada waktu sahur ). Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".( Qs. Yusuf : 98 )
Hal ini dikuatkan dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرِ، يَقولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
"Tuhan kami turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Dia berfirman, 'Siapa yang berdoa kepadaKu niscaya Aku menjawabnya. Siapa yang meminta kepadaKu niscaya Aku memberinya dan siapa yang memohon ampun kepadaKu niscaya Aku mengampuninya." (HR al-Bukhari dan Muslim)
Kedua : Setelah Terlanjur Berbuat Dosa.
Setiap orang yang sudah terlanjur berbuat dosa hendaknya segera meminta ampun kepada Allah, sebagaimana firman-Nya :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُون
“ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. “ (QS Ali Imran : 135)
Allah juga berfirman di ayat lain :
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“ Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Qs. an-Nisa’ : 110)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ، ثُمَّ يُصَلِّي، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ: ( وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُون(
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : ” Tidak ada satupun seorang hamba yang berbuat suatu dosa, kemudian berdiri untuk mengambil air wudlu, kemudian melakukan sholat dan beristighfar untuk meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni dosanya. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam membaca surat Ali Imran , ayat : 135, yang artinya: “ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”( Hadits Hasan Riwayat at-Tirmidzi no : 3009, Abu Daud, no ; 1521)
Ketiga : Ketika Ruku’ Dan Sujud Dalam Sholat
Di dalam hadist Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya beliau berkata :
مَا صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةً بَعْدَ أَنْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ إِلَّا يَقُولُ فِيهَا سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
“Tidaklah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat setelah turunnya surat ( Idza Ja-a Nashrullah wa al-Fath), kecuali membaca Subhanaka Rabbana wa bihamdika Allahummaghfirli (Maha Suci Rabb kami dan pujian kepada-Mu, ya Allah ampunilah aku)”. ( HR al-Bukhari dan Muslim) Ini lafadh dari Imam an-Nawawi di dalam Riyadhu ash-Shalihin )
Di dalam lafadh Imam al-Bukhari disebutkan :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
“ Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak membaca dalam ruku’ dan sujudnya (Subhanakallahuma robbanaa wa bihamdika Allahummaghfirlii)”. (Maha Suci Engkau ya Allah, Rabb kami dan pujian kepada-Mu, ya Allah ampunilah aku)”.( HR al-Bukhari )
Keempat : Saat Duduk Diantara Dua Sujud
Ini berdasarkan hadist Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma dalam kisahnya menginap dirumah bibinya yaitu Maimunah, beliau menceritakan sholatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam :
كَانَ يَقُوْلُ بَيْنَ السَجْدَتَيْنِ رَبّ اغْفِرْ لِي وارْحَمْنِي واجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِني
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a antara dua sujud: “Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, tunjukkanlah aku.” (HR Abu Daud, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan al-Baihaqi dengan sanad jayyid)
Kelima : Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam
Disunnahkan untuk membaca istighfar dalam sholat yaitu setelah membaca tasyahud akhir dan sebelum salam, saat-saat itu adalah waktu yang mustajab. Sebagaimana yang tersebut di dalam hadist Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu :
وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ اَلصِّدِّيقِ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي . قَالَ قُلْ : " اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا , وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ , فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ , وَارْحَمْنِي , إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ
“ Dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam: “ Ajarkanlah padaku doa yang aku baca dalam sholatku.”. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ucapkanlah : “ Ya Allah sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah diriku sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( HR al-Bukhari dan Muslim )
Imam al-Bukhari di dalam Shahih-nya ( 1/166 ) meletakkan hadist ini di dalam Bab Doa Sebelum Salam.
Di dalam hadist Ali bin Abu Thalib yang sangat panjang disebutkan :
ثُمَّ يَكُونُ مِنْ آخِرِ مَا يَقُولُ بَيْنَ التَّشَهُّدِ وَالسَّلاَمِ :« اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ».
“ Kemudian doa terakhir yang beliau baca diantara tasyahud dan salam adalah ( Ya Allah ampunilah dosaku yang terdahulu dan yang kemudian, dosa yang tersembunyi dan yang nyata, dosa yang berlebih-lebihan dan dosa yang lebih Engkau ketahui daripada aku. Engkau yang terdahulu dan Engkau yang terakhir, tiada tuhan kecuali Engkau “ ( HR al-Bukhari dan Muslim )
Keenam : Ketika Selesai melaksanakan Shalat Wajib
Disunnahkan untuk membaca istighfar setiap selesai melakukan sholat wajib, sebagaimana dalam hadist Tsauban radhiyallahu’anhu dia berkata :
كَانَ رَسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاثَاً
“Rasulullah jika selesai melaksanakan shalat beristighfar tiga kali”.( HR. Muslim ( 591 ) )
Ketujuh : Ketika Keluar Dari Kamar Mandi
Disunnahkan ketika keluar dari kamar mandi untuk berdoa dengan mengucapkan istighfar, sebagaimana di dalam hadist Aisyah radhiyallahu’anha bahwasanya beliau berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا خَرَجَ مِنَ الْغَائِطِ قَالَ غُفْرَانَكَ
“ Bahwa Nabi shalallahu ’alaihi wasallam jika keluar dari kamar mandi beliau membaca “ Ghufranaka “ ( Aku meminta ampunan-Mu, Ya Allah ) ( HR. Abu Daud ( 30 ), at-Tirmidzi (7 ), Ibnu Majah ( 300 ), an-Nasai di dalam ‘amal al- yaum wa allailah (79) Ahmad (655) Ibnu Hibban (1444 ), al-Hakim (185), al-Baihaqi (470 ), Berkata Ibnu Hajar di dalam Bulughu al-Maram ( 1/32 ) : “ Hadist ini dishahihkan oleh Abu Hatim dan al-Hakim. “ )
Berkata Ibnu Qayyim di dalam Ighatsatu al-Lahfan min Mashoidi asy-Syaithan ( 1/59 ) :
وقريب من هذا : أنه كان إذا خرج من الخلاء قال : غفرانك وفي هذا من السر والله أعلم : أن النجو يثقل البدن ويؤذيه باحتباسه والذنوب تثقل القلب وتؤذيه باحتباسها فيه فهما مؤذيان مضران بالبدن والقلب فحمد الله عند خروجه على خلاصه من هذا المؤذي لبدنه وخفة البدن وراحته وسأل أن يخلصه من المؤذي الآخر ويريح قلبه منه ويخففه وأسرار كلماته وأدعيته فوق ما يخطر بالبال
“ Yang mirip seperti itu juga adalah bahwasanya Rasulullah shalallahu ’alaihi wasallam ketika keluar dari toilet beliau membaca : Ghufranaka ( Aku mohon ampunan-Mu ). Hal ini mengandung suatu rahasia - wallahu a’lam - bahwa kotoran memberatkan badan dan membuatnya sakit kalau masih tertahan di dalamnya, begitu juga dosa memberatkan jiwa dan menyakitkannya selama tertahan di dalamnya.
Dua hal itu ( kotoran dan dosa ) menyakitkan dan membahayakan badan dan jiwa, maka dia akan memuji Allah saat keluar dari toilet karena telah selamat dari sesuatu yang membuat sakit badannya sehingga badang menjadi ringan dan enaknya. Begitu juga dia memohon kepada Allah agar melepaskannya dari sesuatu yang mengganggu jiwanya supaya jiwanya menjadi tenang dan ringan. Rahasia-rahasia sabdanya dan doa-doanya sungguh sangat banyak dari sekedar apa yang terpikir di dalam benak kita. “
Kedelapan : Setelah Menyelesaikan Wukuf di Arafah atau Mabit di Muzdalifah dalam Ibadah Haji
ثمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“ Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “ ( Qs. al-Baqarah : 199)
Berkata Syekh as-Sa’di di dalam tafsirnya ( 1/92 )
أمر تعالى عند الفراغ منها باستغفاره والإكثار من ذكره، فالاستغفار للخلل الواقع من العبد، في أداء عبادته وتقصيره فيها، وذكر الله شكر الله على إنعامه عليه بالتوفيق لهذه العبادة العظيمة والمنة الجسيمة. وهكذا ينبغي للعبد، كلما فرغ من عبادة، أن يستغفر الله عن التقصير، ويشكره على التوفيق
“ Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan ketika selesai ( wukuf di mina atau mabit di muzdalifah ) untuk beristighfar dan memperbanyak dzikir. Adapun istighfar untuk menutupi kekurangan yang dilakukan hamba di saat menjalan ibadah kepada-Nya dan ketika tidak melakukannya secara maksimal. Adapun berdzikir adalah sebagai bentuk syukur kepada-Nya atas nikmat taufik bisa menjalankan ibadah yang sangat agung ini. Dan beginilah seharusnya yang dilakukan seorang hamba, setiap menyelesaikan suatu ibadah hendaknya beristighfar terhadap kekurangan dan bersyukur terhadap taufik dari Allah. “
Kesembilan : Setelah Mendapatkan Kemenangan dalam Peperangan
Disunnahkan setelah memperoleh kemenagan di dalam perang apapun, untuk beristighfar kepada Allah atas segala dosa yang telah dilakukan selama berperang. Sebagaimana firman Allah :
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat” ( Qs. an-Nashr 1-3)
Kenapa ketika mendapatkan kemenangan dan keberhasilan, kita diperintahkan untuk mensucikan nama Allah seraya bertahmid memuji kebesaran Allah serta beristighfar memohon ampun atas segala dosa kita ? Karena dalam perjalanan menuju kemenangan dan keberhasilan tersebut, seringkali kita melakukan kesalahan-kesalahan, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja. Begitu juga kita dalam beramal dan beribadah untuk mencari ridha Allah tidaklah pernah sempurna, pasti ada kekurangan dan kekhilafannya. Oleh karenanya, kita beristighfar dari segala kekurangan tersebut.
Kesepuluh : Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan, khususnya pada malam Lailatul Qadr, sebagaimana di dalam hadist Aisyah radhiyallahu 'anha : :
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: - قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ : أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ فِيهَا? قَالَ: " قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“ Dari 'Aisyah Radhiyallaahu 'anha bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: "Bacalah (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku)." ( Berkata al-Hafidh Ibnu Hajar di dalam Bulughul Maram : Hadist Riwayat Imam Lima selain Abu Daud. Hadits ini dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan Hakim. )
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »