Karya Tulis
4169 Hits

Banyak Jalan Menuju Syurga: (16) Berjihad di Jalan Allah


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : 

إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah. lalu mereka membunuh atau terbunuh." (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an.“ ( Qs. at-Taubah : 111 )

 Pelajaran dari Ayat di atas :

Pertama : Al-Jihad berasal masdar dari Jahada- yujahidu- jihadan, yang berarti sesuatu yang berat. Berkata Ibnu Faris di dalam Mu’jam Maqayisu al-Lughah : “ huruf ( jim –ha’-dal ) artinya adalah sesuatu yang berat.

Ibnu Mandhur di dalam Lisan al-‘Arab menyebutkan bahwa : “ al-Jahda wa al-Juhdu artinya potensi/kekuatan. Tetapi ada yang mengatakan bahwa al-Jahda artinya sesuatu yang memberatkan, dan al-Juhdu artinya potensi. “ 

Kalau boleh disimpulkan bahwa al-jihad adalah segala bentuk pengerahan potensi dan kekuatan sampai tidak ada daya lagi (merasakan berat) untuk mencapai sebuah tujuan atau cita-cita.

Adapun al-Jihad secara istilah berperang secara sungguh-sungguh dengan segala kemampuan sampai terasa capai untuk melawan orang-orang  kafir sehingga agama Allah tegak di muka bumi ini.

Kedua : Ayat di atas juga menunjukkan bagaimana Allah membeli dari orang-orang beriman jiwa dan harta mereka dengan bayaran bersyurga. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa jiwa dan harta orang beriman sebenarnya juga milik Allah. Makanya kalau ada orang muslim yang meninggal dunia atau terkena musibah berupa kehilangan sesuatu yang dicintainya, kita mengucapkan Innaa lillahi wa inna ilahi roji’un ( Sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya juga ) . Hal itu menunjukkan betapa Allah sangat saying kepada orang-orang yang beriman, karena membeli harta dan harta yang sebenarnya milik-Nya sendiri dan menggantikannya dengan syurga. Maka syurga sebenarnya adalah karunia Allah semata, bukan balasan apa yang kita kerjakan di dunia ini, dan pula balasan dari pengorbanan jiwa dan harta kita. Ini sesuai dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

 لَا يَدْخُلُ أَحَدُكُمْ الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ وَفَضْلٍ

“ Tidaklah seseorang dari kalian masuk syurga dengan amal perbuatannya. Mereka bertanya : “ Termasuk engkau wahai Rasulullah ? “ Beliau bersabda : “ Iya, termasuk saya, hanyasaja Allah telah menutupi saya dengan kasih sayang dan karunia-Nya . “ ( HR. Ahmad, 7479 ) 

Ketiga : Allah membeli jiwa dan harta orang beriman dengan syurga, ini adalah salah satu bentuk jual beli. Oleh karena itu, di dalam ayat lain, Allah menyebutkan secara eksplisit bahwa berjihad di jalan Allah adalah perdagangan dan perniagaan yang bisa menyelamatkan dari adzab pedih sebagaimana di dalam firman-Nya :

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ  تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“ Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” ( Qs. ash-Shaf : 10-12 )

 

KARYA TULIS