Banyak Jalan Menuju Surga: (21) Meninggalkan Perdebatan
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
"Aku akan menjamin rumah di pinggir surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik." ( HR. Abu Daud : 4167, Hadist Hasan )
Pelajaran dari Hadist :
Pertama : Allah menjamin siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun dia benar dengan rumah di tepi syurga, hal itu karena perdebatan menyebabkan seseorang terhina dan kadang dicaci maki oleh musuh debatnya. Maka akhlaq seorang muslim yang baik adalah meninggalkannya walaupun dia dalam posisi yang benar.
Kedua : al-Mira’ ( perdebatan ) menurut ash-Shon’ani di dalam Subulu as- Salam (4/196 ) adalah :
وحقيقة المراء طعنك في كلام غيرك لإظهار خلل فيه لغير غرض سوى تحقير قائله وإظهار مزيتك عليه
“ Hakikat al- Mira’ ( perdebatan kusir ) adalah anda memojokkan perkataan orang lain, dengan cara mengungkapkan kekurangan- kekurangannya dengan tujuan untuk menjatuhkan pembicarannya dan menampakkan kelebihan anda. “
Hal ini dilarang jika tidak bertujuan untuk menerangkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan. Adapun jidal ( perdebat ilmiyah ) dan munadharah ( dialoq ilmiyah ) yang dilakukan oleh para ulama, maka tidaklah dilarang, tentunya dengan cara-cara yang baik dan santun. Dalam hal ini Allah berfirman :
ولا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“ Dan janganlah kamu berjidal dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik “ ( Qs. al-Ankabut : 46 )
Ketiga : Orang yang suka berdebat kusir yang tujuannya hanya mengikuti hawa nafsu tanpa ada dasar ilmiyahnya, adalah orang yang paling dibenci oleh Allah berdasarkan hadist Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللهِ، الأَلَدُّ الْخَصِمُ
“ Laki-laki yang paling dibenci Allah adalah orang yang ngeyel dan suka berdebat. “ ( HR. Bukhari, 2457 dan Muslim, 2667 )
Ahli Bahasa mengatakan bahwa al-Aludd al-Khashim adalah orang yang susah ketika berselisih dan besar permusuhannya. Dan Allah mencela orang yang mempunyai sifat seperti ini, sebagaimana di dalam firmannya :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
“ Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” ( Qs. al-Baqarah : 204 )
Di dalam suatu hadist Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ ثُمَّ قَرَأَ )مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(
“ Tidaklah suatu kaum menjadi sesat setelah mereka berada di atas hidayah, kecuali karena mereka diberi kecintaan kepada perdebatan, kemudian beliau membaca ayat : “ Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. ( Qs. az-Zukhruf : 58 ) ( HR. At-Tirmidzi,3253, Ibnu Majah,48 dan Ahmad, 22204, Berkata at-Tirmidzi : Ini Hadist Hasan Shahih )
Berkata al-Munawi di dalam Faidhu al-Qadir ( 5/7):
ولهذا قال داود لابنه : يا بني إياك والمراء فإن نفعه قليل وهو يهيج العداوة بين الإخوان قال بعضهم : ما رأيت شيئا ذهب للدين ولا أنقص للمروءة ولا أضيع للذة ولا اشغل للقلب من المخاصمة فإن قيل لا بد من الخصومة لاستيفاء الحقوق فالجواب ما قال الغزالي : أن الذم المتأكد إنما هو خاص بباطل أو بغير علم كوكلاء القاضي وقال بعض العارفين : إذا رأيت الرجل لجوجا مرائيا معجبا برأيه فقد تمت خسارته.
“ Oleh karena itu Daud berkata kepada anaknya : “ Wahai anakku tinggalkan perdebatan, karena manfaatnya sedikit, dan memicu permusuhan sesama teman.” Sebagian dari mereka berkata : “ Saya tidak pernah melihat sesuatu yang bisa menghilangkan agama dan menurunkan kewibawaan dan menghilangkan kenikmatan, dan mengganggu jiwa dari pada perdebatan. “
Jika dikatakan, bahwa perdebatan itu tidak bisa dihindari untuk mengambil hak-hak ( yang hilang ), maka jawabannya adalah apa yang dinyatakan al-Ghazali : “ Sesungguhnya yang dicela sekali itu adalah perdebatan di dalam kebatilan, atau perdebatan tanpa didasari ilmu ( debat kusir), seperti wakil-wakilnya qadhi.” Sebagian Ahli Makrifat mengatakan : “ Jika engkau melihat seseorang jago berdebat dan bangga dengan pendapatnya, maka telah sempurna kerugiannya.“
Keempat : Meninggalkan perdebatan walaupun sebenarnya dia di pihak yang benar adalah perbuatan yang terpuji, karena dalam kondisi berdebat dan emosi akan susah menyadarkan musuh, justru musuh akan menolak kebenaran yang disampaikan dan menjauhinya.
Berkata Muhammad al-Bakri asy-Syafi’i di dalam Dalilu al-Falihin li Thuruqi Riyadh as-Shalihin ( 5/91 ) :
وإن كان ذا الحق في نفس الأمر، وذلك لأنه بعد أن يرشد خصمه إليه ويأبى عن قبوله، وليس من طالبي الاستبصار فلا ثمرة للمراء إلا تضييع الوقت فيما هو كالعبث
“ ( Meninggalkan perdebatan ) walaupun pada dasarnya dia pihak yang benar, hal itu karena kemungkinan kecil dia bisa menyadarkan musuh debatnya dan justru dia akan menolaknya, karena memang dia tidak ingin mencari kebenaran. Maka tidak ada manfaatnya berdebat kecuali akan membuang-buang waktu saja. “
Kelima : Meninggalkan perdebatan adalah perbuatan yang terpuji, karena berarti dia telah mampu mematahkan hawa nafsunya yang ingin selalu dipuji, dan ingin selalu lebih tinggi dari musuh debatnya, dengan selalu menampakkan kelebihan-kelebihannya di depan orang lain.
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »