Banyak Jalan Menuju Syurga: (28) Puasa, Takziyah, Nengok Orang Sa
Berpuasa, Mengikuti Jenazah, Memberikan Makan Orang Miskin, Menjenguk Orang Sakit.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Siapakah di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa?". Abu Bakar menjawab : "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah mengantarkan jenazah?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah memberi makan orang miskin?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?". Abu Bakar menjawab : "Aku." Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah semua itu ada pada seseorang kecuali dia pasti akan masuk surga." ( HR. Muslim : 1707 )
Pelajaran dari Hadits :
Pertama : Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dan ini menunjukkan bahwa beliau adalah salah satu wali Allah, yang mempunyai karomah, dimana beliau bisa melalukan amalan yang di luar kemampuan manusia biasa. Ini adalah madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaah yang percaya kepada karomah wali Allah.
Kedua : Keutamaan amal-amal sholeh yang disebutkan di atas ( puasa, mengantar jenazah, memberikan makan orang miskin, dan menjenguk orang sakit )
Ketiga : Hendaknya seorang muslim berusaha mengumpulkan di dalam dirinya amalan-amalan pribadi dan amalan-amalan sosial yang bermanfaat bagi orang banyak. Dan hendaknya lebih memperbanyak amalan sosialnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Keempat : Hendaknya seorang muslim masuk di dalam Islam secara Kaffah, mengamalkan seluruh ajarannya sebisa mungkin, karena hal itu akan mengantarkan dirinya masuk syurga.
Kelima : Boleh mengatakan kepada orang lain dengan perkataan : “ Saya “, dengan maksud untuk menentukan dan membedakan satu dengan yang lainnya. Seperti seseorang yang ditanya : “ Siapa yang hari ini sakit ? “, maka boleh dia menjawab : “ Saya.”
Kebolehan tersebut telah dinyatakan di dalam dalam beberapa ayat al-Qur’an, diantaranya Firman Allah :
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“ Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". ( Qs. al-An’am : 163 )
Begitu juga firman Allah :
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“ Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya". ( Qs. al-Kahfi : 110)
Perkataan “ Saya “ di sini tidak diartikan untuk menyombongkan diri dan membanggakan diri. Tidak seperti perkataan Iblis : “ Saya lebih baik dari dia. “.
Berkata Mula Ali al-Qari di dalam Mirqatu al- Mafatih Syarh Misykatu al-Mashabih ( 6/ 194 ) :
والحاصل أن قول أنا من حيث هو ليس بمذموم وإنما هو يذم باعتبار أخباره بما يفتخر به كقول إبليس أنا خير منه الأعراف ونحو ذلك من نحو أنا العالم وأنا الزاهد وأنا العابد بخلاف أنا الفقير الحقير العبد المذنب وأمثال ذلك
“ Kesimpulannya bahwa perkataan seseorang “ saya “, dari sisi kata-kata, maka bukanlah sesuatu yang tercela. Hanyasaja kata tersebut akan menjadi tercela jika disampaikan dengan maksud membanggakan diri, seperti perkataan Iblis : “ Saya lebih baik darinya “ ( Qs. al-A’raf :12) , seperti juga ungkapan : “ Saya seorang yang alim “, “ Saya seorang yang zuhud“, “ Saya seorang ahli ibadah.” Ini berbeda dengan ungkapan : “ Saya seorang yang fakir, hina, hamba yang berdosa, “ dan semisalnya ( maka hal ini tidak mengapa). “
Keenam : Yang dimaksud masuk syurga di dalam hadist ini adalah masuk syurga tanpa hisab dan adzab atau masuk syurga dari pintu mana saja yang dia kehendaki, bukan sekedar masuk syurga. Karena kalau hanya sekedar masuk syurga, maka seseorang jika beriman secara minimal saja, tanpa mempunyai prestasi yang berarti, dengan izin Allah bisa masuk syurga juga.
Berkata Imam an-Nawawi di dalam Syareh Shahih Muslim ( 15/156 ) :
قال القاضي معناه دخل الجنة بلا محاسبة ولا مجازاة علي قبيح الاعمال والا فمجرد الايمان يقتضي دخول الجنة بفضل الله
“ Berkata al-Qadhi ( Iyadh ) : “ artinya ( dari hadist di atas ) adalah masuk syurga tanpa hisab dan balasan atas amal perbuatan yang jelek, karena sekedar beriman saja, bisa menyebabkan seseorang masuk syurga dengan karunia Allah. “
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »