Tangga-tangga Kesuksesan Belajar: (1) Meluruskan Niat
Selain memahami kaidah-kaidah di atas, seorang penuntut ilmu harus memperhatikan juga faktor-faktor penting yang menunjang proses belajar. Tanpa memperhatikan dan melaksanakan faktor-faktor tersebut, barangkali cita-cita untuk menjadi seorang yang berilmu hanya tinggal angan-angan belaka.
Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan dalam belajar, bisa kita sebut di sini dengan istilah Tangga-Tangga Kesuksessan. Tangga-tangga kesuksesan dalam belajar ini pernah disimpulkan oleh Imam asy-Syafi’I ketika menasehati saudaranya yang ingin belajar ilmu agama. Beliau mengatakan :
أَخِي لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إلَّا بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيكَ عَنْ تفصيلهاَ بِبَيَانِ
ذَكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاجْتِهَادٍ وَبُلْغَةٍ وَصُحبَةِ أُسْتَاذٍ وَطُولِ زَمَانِ
“ Saudaraku, anda tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam hal...akan saya terangkan rinciannya dengan jelas “
“ Kecerdasan, Semangat, Kesungguhan, Harta...Berteman dengan Ustadz, serta Membutuhkan Waktu yang Lama.”
Di bawah ini akan diterangkan tangga-tangga menuju kesuksesan belajar yang disimpulkan dari berbagai sumber. Mudah-mudahan dengan menaiki tangga-tangga tersebut diharapkan seorang penuntut ilmu mencapai kesuksesan belajar dan ilmunya bermanfaat di dunia dan di akherat.
Tangga ke - 1: Meluruskan Niat
Seorang penuntut ilmu harus meluruskan niatnya terlebih dahulu, karena dengan niat yang lurus, maka Allah akan memberkati ilmunya dan memudahkannya di dalam proses belajar, sebaliknya seseorang yang salah niat dalam belajar, maka ilmunya tidak akan berkah dan amalannya tidak diterima oleh Allah subhanallahu wa ta’ala. Maka, betapa ruginya para penuntut ilmu yang salah niat. Dalam hadist Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia berkata : Saya telah mendengar Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِى بِهِ الْعُلَمَاء ، أَوْ لِيُمَارِى بِهِ السُّفَهاء ، أو يُصْرِفُ بِهِ وُجُوْه النَّاسِ إلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ
“Barang siapa yang belajar degan tujuan untuk mendebat para ulama, atau mempermainkan orang-orang bodoh, atau untuk mencari pengikut, niscaya Allah akan memasukkannya kepada api neraka.” (HR. at-Tirmidzi, Hadist Hasan sebagaimana di dalam Shahih al-Jami’, 6383)
Ilmu Syari’at sendiri tabiatnya memang tidak akan bisa dikuasai dengan baik tanpa niat yang lurus. Oleh karenanya, Imam al-Laits mengatakan: “Sesungguhnya yang pertama kali harus dikerjakan seorang penuntut ilmu adalah meluruskan niatnya, hal ini sangat penting agar dia bisa mengambil manfaat dari ilmunya dan orang lainpun bisa mengambil manfaat darinya. “
Berkata al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab al-Jami’ li Akhlaqi ar-Rawi wa Adabi as-Sami’ ( 2/275) bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :
إنما يحفظ الرجل على قدر نيته
“ Sesungguhnya kemampuan seseorang menghafal sesuai dengan kadar niatnya.”.
Dalam hal ini, hendaknya para penuntut ilmu berniat mencari ridha Allah dalam belajarnya, dan itu terealisir dengan empat hal :
Pertama : Hendaknya ia berniat untuk menghilangkan kebodohan yang ia miliki. Karena Allah tidak menyamakan antara orang berilmu dengan orang bodoh, ssebagaimana firman Allah :
قلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui.?” (Qs. az-Zumar : 10)
Selain itu, orang yang hidup tapi bodoh, dia bagaikan mayit yang berjalan. Tubuhnya yang besar bagaikan kuburan, karena hanya berisi orang yang mati. Dalam hal ini penyair al-Mutanabbi menulis :
وَفِي الْجَهْلِ قَبْلَ الْمَوْتِ مَوْتٌ لِأَهْلِهِ... فَأَجْسَامُهُمْ قَبْلَ الْقُبُورِ قُبُورُ
وَإِنْ امْرَأً لَمْ يَحْيَ بِالْعِلْمِ مَيِّتٌ ... فَلَيْسَ لَهُ حَتَّى النُّشُورِ نُشُورُ
“ Di dalam kebodohan sebelum kematian adalah kematian bagi pemiliknya...Tubuh-tubuh mereka sebelum masuk kuburan merupakan kuburan (yang berjalan)
“ Jika seseorang tidak hidup dengan ilmu, dia adalah mayit...maka sampai hari kebangkitanpun dia tidak akan bangkit.”
Kedua: Hendaknya dia beniat untuk dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.“( Hadist Hasan sebagaimana di dalam Shahih al-Jami’, 6662 )
Ketiga : Hendaknya dia beniat untuk menghidupkan ilmu, karena ilmu kalau tidak dihidupkan, maka akan ditinggal manusia dan akhirnya hilang.
Keempat : Hendaknya dia beniat belajar untuk diamalkan, karena ilmu tanpa amal, bagaikan pohon tanpa buah, ilmu tersebut justru akan menjadi bumerang baginya pada hari kiamat.
Jika seseorang belum mampu mengikhlaskan niatnya di dalam belajar, jangan serta merta ia langsung berhenti dan tidak mau belajar, tetapi tetaplah belajar, karena dengan belajar itu, diharapkan niatnya berangsung–angsur akan lurus. Imam al-Ghozali sendiri, ketika pertama kali menuntut ilmu belum bisa meluruskan niatnya, setelah belajar dan mengetahui pentingnya meluruskan niat, akhirnya beliau luruskan niatnya dalam belajar. Hal yang sama pernah dialami oleh Mujahid, beliau berkata : “Dahulu, ketika belajar petama kali, saya belum punya banyak niat, akan tetapi akhirnya Allah memberikan saya rezeki yaitu berupa niat yang lurus. “
-
Tanya Jawab Aktual Tentang Shalat
Lihat isinya
Tanya Jawab Aktual Tentang Puasa
Lihat isinya » -
Jilbab Menurut Syari'at Islam (Meluruskan Pandangan Prof. DR. Quraish)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Pernikahan (Edisi I)
Lihat isinya » -
Halal dan Haram Dalam Pengobatan (Edisi I)
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Transaksi Keuangan (edisi 1)
Lihat isinya » -
Nasionalisme
Lihat isinya
Panduan Haji dan Umrah
Lihat isinya » -
Mukjizat Al Qur'an Dalam Kesehatan
Lihat isinya
Berobatlah Dengan Yang Halal (edisi 2 Halal Haram Pengobatan)
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Menghitung Zakat
Lihat isinya
Halal dan Haram Dalam Makanan
Lihat isinya » -
Waktumu Adalah Hidupmu, Managemen Waktu dalam Islam
Lihat isinya
Satu Jam Bersama Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Jual Beli Terlarang
Lihat isinya
Kekuatan Istighfar
Lihat isinya » -
Panduan Praktis Berqurban
Lihat isinya
Al-Quran dan Kesetaraan Gender
Lihat isinya » -
Banyak Jalan Menuju Surga
Lihat isinya
Meniti Tangga-Tangga Kesuksesan
Lihat isinya » -
Fiqih Ta'ziyah
Lihat isinya
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jamaah
Lihat isinya » -
Fiqih Wanita Kontemporer
Lihat isinya
Menang Tanpa Perang
Lihat isinya » -
Masuk Surga Bersama Keluarga
Lihat isinya
Mengetuk Pintu Langit
Lihat isinya » -
Membangun Negara dengan Tauhid
Lihat isinya
Fiqih Masjid (Membahas 53 Hukum Masjid)
Lihat isinya » -
Membuka Pintu Langit
Lihat isinya
Kesabaran yang Indah
Lihat isinya » -
Menembus Pintu Langit
Lihat isinya
Pensucian Jiwa
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah: Al-Fatihah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur'an
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 2: Kisah Nabi Adam dan Iblis
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 3: Kisah Bani Israel
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 4: Nabi Sulaiman dan Kaum Yahudi
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 5: Umat Pertengahan
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 6: Hukum-hukum Seputar Ibadah
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 7: Hukum-hukum Pernikahan & Perceraian
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 8: Tidak Ada Paksaan dalam Beragama
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 9: Agama di Sisi Allah, Islam
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 10: Keluarga Imran
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 11: Sebaik-baik Umat
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 12: Empat Sifat Muttaqin
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Seri 13: Dzikir dan Fikir
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Seri 14: Membina Generasi Tangguh
Lihat isinya
Tafsir An-Najah Juz 5: Qs. 4: 24-147
Lihat isinya » -
Tafsir An-Najah Juz 6: Qs. 4: 148-176 & Qs. 5: 1-81
Lihat isinya
Lihat isinya »