Karya Tulis
3304 Hits

Doa Menjenguk Orang Sakit


 

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa beliau berkata, 
أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل على أعرابي يعوده، قال: وكان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل على مريض يعوده قال: لا بأس طهور إن شاء الله فقال له: لا بأس طهور إن شاء الله قال: قلت: طهور؟ كلا، بل هي حمى تفور - أو تثور - على شيخ كبير، تُزِيرُهُ القبور. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: فنعمْ إذًا.
“Bahwa suatu ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengunjungi seorang Badui yang sedang sakit. Dan setiap mengunjungi orang sakit, beliau mengucapkan: “Tidak apa, insya Allah menjadi penghapus dosa”. Begitu juga beliau ucapkan kepada orang Badui tersebut. Sang Badui pun berkata: “Penghapus dosa? Sekali-kali tidak, penyakit (yang saya derita) ini berupa panas bergejolak yang menimpa orang tua lanjut usia, yang mengantarkannya ke alam kubur.” Maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Iya, kalau begitu.” (HR. al-Bukhari)
Pelajaran dari Hadist di atas: 
Pelajaran Pertama: Kebiasaan Nabi Mengunjungi Umatnya
Kebiasan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengunjungi umatnya yang sedang sakit adalah bukti kepedulian seorang pemimpin kepada rakyatnya. Bahkan yang beliau kunjungi bukan terbatas pada sahabat-sahabat senior yang dekat dengan beliau, tetapi mencakup rakyat kecil yang sudah tua.
Pelajaran Kedua: Tidak Apa-apa 
(لا بأس) “Tidak apa-apa” 
Ini menunjukkan bahwa beliau shallallahu 'alaihi wa sallam selalu memberikan motivasi kepada orang-orang yang sedang ditimpa musibah. Memberikan harapan agar mereka tidak putus asa dengan musibah yang menimpanya. 
Pelajaran Ketiga: Bersih
( طهور) “Bersih” 
Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fathu al-Bari (10/124): “Mudah-mudahan membersihkan dosa-dosa-mu.”
Berkata al-Mula Ali al-Qari di dalam Mirqah al-Mafatih (2/1123): “Thahurun artinya tidak ada merasa berat dan capai dengan sakit ini, karena akan menjadi penghapus dosa-dosa.” 
Dalil lain yang menunjukkan bahwa sakit itu bisa menghapus dosa-dosa adalah hadist Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma bahwa nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 
مَا يُصِيبُ الْمُسْلمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Pelajaran Keempat: Jika Allah Menghendaki
(إن شاء الله)  “Jika Allah Menghendaki”
Perkataan Insya Allah di sini dibolehkan bahkan dianjurkan, karena ini masuk dalam katagori berita dan pengharapan, bukan dalam katagori doa. Hal itu, karena orang sakit itu kadang  membawa  keberkahan dan bisa menghapus dosa-dosa jika dia sabar dan mengharap pahala Allah. Tetapi kadang tidak membawa keberkahan dan tidak bisa menghapus dosa-dosa, karena dia mengeluh dan tidak rela dengan takdir Allah subhanahu wa ta'ala. 
Berbeda jika seseorang berdoa kepada Allah, maka tidak boleh mengatakan:“Ya Allah sembuhkan penyakitku, jika Engkau menghendakinya.” Karena berdoa harus serius dan sungguh-sungguh agar dikabulkan Allah, tidak mengambang dan terkesan bermain-main. 
Pelajaran Kelima: Sekali-kali Tidak 
كلا، بل هي حمى تفور-أو تثور-على شيخ كبير 
“Sekali-kali tidak, penyakit (yang saya derita) ini berupa panas bergejolak yang menimpa orang tua lanjut usia, yang mengantarkannya ke alam kubur.” 
 Ini adalah ungkapan orang Badui yang tidak sabar di dalam menghadapi ujian sakit. Orang ini selalu mengeluh dan putus asa. Bahkan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berharap agar sakitnya cepat sembuh, terasa ringan dan bisa menghapus dosa-dosa, dia pun tidak mau terima. Bahkan sebaliknya, dia semakin mengeluh dan membayangkan bahwa penyakitnya sangat berat dan akan mengantarkannya ke alam kubur. 
Pelajaran Keenam: Iya, Kalau Begitu
(فنعمْ إذًا)   “Iya, kalau begitu”
Merupakan jawaban Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap orang Badui yang tidak terima dengan pernyataan dan motivasi beliau. Artinya beliau mengiyakan saja yang menjadi harapan orang Badui yang tidak ingin sembuh, bahkan mengatakan bahwa penyakit tersebut akan membawa kepada kematian.  
Pernyataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut bertujuan untuk mendidik umat Islam bahwa di balik suatu penyakit ada hikmahnya, salah satunya menjadi penghapus dosa. Diantara hikmahnya juga menunjukkan bahwa sembuhnya suatu penyakit, kadangkala tergantung kepada sugesti orang yang terkena penyakit. Jika dia benar-benar ingin sembuh dan merasa dirinya akan sembuh, maka Allah akan mengabulkan harapan dan keinginannya, bahkan dengan cara yang tidak pernah diperkirakan oleh kebanyakan manusia. 
Sebaliknya, jika orang yang terkena penyakit, lalu berputus asa, bahkan merasa tidak ada harapan untuk sembuh, maka Allah pun akan mempersulit kesembuhan orang tersebut.  
Wallahu A’lam.

 

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa beliau berkata, 

أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل على أعرابي يعوده، قال: وكان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل على مريض يعوده قال: لا بأس طهور إن شاء الله فقال له: لا بأس طهور إن شاء الله قال: قلت: طهور؟ كلا، بل هي حمى تفور - أو تثور - على شيخ كبير، تُزِيرُهُ القبور. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: فنعمْ إذًا.


“Bahwa suatu ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengunjungi seorang Badui yang sedang sakit. Dan setiap mengunjungi orang sakit, beliau mengucapkan: “Tidak apa, insya Allah menjadi penghapus dosa”. Begitu juga beliau ucapkan kepada orang Badui tersebut. Sang Badui pun berkata: “Penghapus dosa? Sekali-kali tidak, penyakit (yang saya derita) ini berupa panas bergejolak yang menimpa orang tua lanjut usia, yang mengantarkannya ke alam kubur.” Maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Iya, kalau begitu.” (HR. al-Bukhari)


Pelajaran dari Hadist di atas: 

Pelajaran Pertama: Kebiasaan Nabi Mengunjungi Umatnya

Kebiasan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengunjungi umatnya yang sedang sakit adalah bukti kepedulian seorang pemimpin kepada rakyatnya. Bahkan yang beliau kunjungi bukan terbatas pada sahabat-sahabat senior yang dekat dengan beliau, tetapi mencakup rakyat kecil yang sudah tua.

Pelajaran Kedua: Tidak Apa-apa 

(لا بأس) “Tidak apa-apa” 

Ini menunjukkan bahwa beliau shallallahu 'alaihi wa sallam selalu memberikan motivasi kepada orang-orang yang sedang ditimpa musibah. Memberikan harapan agar mereka tidak putus asa dengan musibah yang menimpanya. 

Pelajaran Ketiga: Bersih

( طهور) “Bersih” 

Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fathu al-Bari (10/124): “Mudah-mudahan membersihkan dosa-dosa-mu.”

Berkata al-Mula Ali al-Qari di dalam Mirqah al-Mafatih (2/1123): “Thahurun artinya tidak ada merasa berat dan capai dengan sakit ini, karena akan menjadi penghapus dosa-dosa.” 

Dalil lain yang menunjukkan bahwa sakit itu bisa menghapus dosa-dosa adalah hadist Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma bahwa nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

مَا يُصِيبُ الْمُسْلمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Pelajaran Keempat: Jika Allah Menghendaki

(إن شاء الله)  “Jika Allah Menghendaki”

Perkataan Insya Allah di sini dibolehkan bahkan dianjurkan, karena ini masuk dalam katagori berita dan pengharapan, bukan dalam katagori doa. Hal itu, karena orang sakit itu kadang  membawa  keberkahan dan bisa menghapus dosa-dosa jika dia sabar dan mengharap pahala Allah. Tetapi kadang tidak membawa keberkahan dan tidak bisa menghapus dosa-dosa, karena dia mengeluh dan tidak rela dengan takdir Allah subhanahu wa ta'ala. 

Berbeda jika seseorang berdoa kepada Allah, maka tidak boleh mengatakan:“Ya Allah sembuhkan penyakitku, jika Engkau menghendakinya.” Karena berdoa harus serius dan sungguh-sungguh agar dikabulkan Allah, tidak mengambang dan terkesan bermain-main. 

Pelajaran Kelima: Sekali-kali Tidak 

كلا، بل هي حمى تفور-أو تثور-على شيخ كبير 

“Sekali-kali tidak, penyakit (yang saya derita) ini berupa panas bergejolak yang menimpa orang tua lanjut usia, yang mengantarkannya ke alam kubur.” 

 Ini adalah ungkapan orang Badui yang tidak sabar di dalam menghadapi ujian sakit. Orang ini selalu mengeluh dan putus asa. Bahkan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berharap agar sakitnya cepat sembuh, terasa ringan dan bisa menghapus dosa-dosa, dia pun tidak mau terima. Bahkan sebaliknya, dia semakin mengeluh dan membayangkan bahwa penyakitnya sangat berat dan akan mengantarkannya ke alam kubur. 

Pelajaran Keenam: Iya, Kalau Begitu

(فنعمْ إذًا)   “Iya, kalau begitu”

Merupakan jawaban Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap orang Badui yang tidak terima dengan pernyataan dan motivasi beliau. Artinya beliau mengiyakan saja yang menjadi harapan orang Badui yang tidak ingin sembuh, bahkan mengatakan bahwa penyakit tersebut akan membawa kepada kematian.  

Pernyataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut bertujuan untuk mendidik umat Islam bahwa di balik suatu penyakit ada hikmahnya, salah satunya menjadi penghapus dosa. Diantara hikmahnya juga menunjukkan bahwa sembuhnya suatu penyakit, kadangkala tergantung kepada sugesti orang yang terkena penyakit. Jika dia benar-benar ingin sembuh dan merasa dirinya akan sembuh, maka Allah akan mengabulkan harapan dan keinginannya, bahkan dengan cara yang tidak pernah diperkirakan oleh kebanyakan manusia. 

Sebaliknya, jika orang yang terkena penyakit, lalu berputus asa, bahkan merasa tidak ada harapan untuk sembuh, maka Allah pun akan mempersulit kesembuhan orang tersebut.  

Wallahu A’lam.

KARYA TULIS