Karya Tulis
1591 Hits

Berlindung dari Hati yang Tidak Khusyu’

Dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu berkata, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لا يُسْتَجَابُ لَهَا 

 “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim)

Di dalam riwayat lain disebutkan, 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، ومِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلاَءِ الأَرْبَعِ

(HR. at-Tirmidzi, 3482, Abu Daud, 1549, an-Nasai, 5470. Hadist ini dishahihkan oleh al-Albani di dalam Shahih Abu Daud 1384)


Pada bab ke-7 ini fokus membahas berlindung dari hati yang tidak khusyu’.

قلب لا يخشع 

“Hati yang tidak khusyu’.”

Hati yang tidak khusyu’ membuat seseorang tidak takut terhadap Allah. Dia akan meremehkan perintah-perintah Allah, ancaman Allah dianggap ringan. Ini karena hatinya terpaut dengan kesenangan dunia. Oleh karenanya, setiap muslim diperintahkan untuk memohon kepada Allah agar dijauhkan dari hati yang tidak khusyu’.

Khusyu’ secara bahasa artinya tunduk, tenang dan rendah diri serta tawadhu’. Allah berfirman,

وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًاً

“Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.” (Qs. Thaha: 108)

Khusyu’ secara istilah diartikan: “Keadaan jiwa yang berdampak pada ketenangan dan tawadhu’ dalam bersikap.”

Pengertian khusyu’ menurut al-Qur’an sebagaimana di dalam firman-Nya, 

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Dan mintalah pertolongan (kepada) Allah dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui Rabb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Qs. al-Baqarah: 45-46)

Pengertian khusyu’ menurut ayat di atas mempunyai dua makna:

(1) Orang yang menyakini bahwa dia akan meninggalkan dunia yang fana ini cepat atau lambat, dan segera akan bertemu dengan Rabb-nya untuk mendapatkan balasan dari perbuatannya selama hidup di dunia.

(2) Orang yang menyakini bahwa kematian akan menjemputnya setiap saat, sehingga dia selalu mempersiapkan bekal untuknya, yaitu dengan menjalankan segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. 

Khusyu’ dibagi menjadi dua, yaitu:

Penjelasan Pertama: Khusyu’ Mahmud 

Khusyu’ Mahmud (khusyu’ yang terpuji), yaitu khusyu’ yang terdapat dalam hati, dan efeknya terlihat dalam sifat dan sikap serta gerak-gerik. Oleh karenanya, orang yang khusyu’ dalam shalat akan selalu menundukkan pandangan dan tidak melirik ke kanan atau ke kiri atau melihat ke atas. 

Tentang khusyu’ dalam hati, berkata Ibrahim An-Nakh’i: “Khusyu’ itu bukan dengan memakai baju kasar dan compang-camping, ataupun makan makanan yang keras, dan selalu menundukkan kepala. Akan tetapi khusyu’ adalah jika kamu memandang semua orang sama derajatnya, baik para pejabat maupun orang awam, serta kamu tunduk dengan apa yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala.”

Suatu ketika Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu melihat seorang pemuda berjalan sambil menundukkan kepalanya, beliaupun menegur pemuda tersebut seraya berkata: ”Wahai pemuda angkat kepalamu, karena khusyu’ itu hanya di hati.”

Berkata Ali bin Abi Thalib: “Khusyu’ itu terdapat dalam hati, dan tandanya kamu berbuat lembut terhadap sesama muslim, serta tidak menoleh-noleh ketika sedang melakukan shalat.”

Penjelasan Kedua: Khusyu’ Madzmum 

Khusyu’ Madzmum (khusyu’ yang tercela) adalah khusyu' yang dibuat-buat, padahal hatinya tidak demikian, seperti berpura-pura menangis dan menunduk-nundukkan kepala. Pernah pada suatu ketika seseorang mengambil nafas panjang dan berpura-pura sedih di depan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, melihat seperti itu, Umar langsung menamparnya. 

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Umar bin Khattab jika berbicara lantang, jika berjalan cepat, jika memukul keras, tetapi walaupun begitu beliau adalah seorang ahli ibadah yang benar dan orang yang benar-benar khusyu'. Artinya khusyu' yang hakiki tidaklah bertentangan dengan sikap yang tegas dan suara yang lantang serta berjalan yang tegap, karena khusyu' letaknya di hati saja.

Sebab-sebab hati menjadi keras dan tidak khusyu’:

(1) Terlalu banyak berangan-angan tentang dunia, dan lupa akan Akhirat. 

(2) Tidak membaca doa dan dzikir dalam setiap kegiatannya.

(3) Tidak membaca al-Qur’an dan mentadabburinya. 

Tiga sebab itu terkumpul dalam firman Allah,  

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs. al-Hadid: 16)

(4) Tidak berdoa agar hatinya diteguhkan untuk selalu melaksanakan ajaran Islam. Ini dijelaskan sebagaimana di dalam hadits  Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” (Hadits Shahih. HR. Nasa’i, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

Begitu juga doa memohon keteguhan hati dalam setiap urusan sebagaimana di dalam Dari Syadad bin Aus radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jika manusia menyimpan emas dan perak, maka simpanlah doa-doa di bawah ini, 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَأَسْأَلُكَ حُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا وَأَسْأَلُكَ لِسَانًا صَادِقًا وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala perkara, dan kemauan kuat untuk berbuat sesuatu yang benar, aku memohon kepada-Mu rasa syukur atas nikmat-Mu dan ibadah dengan baik kepada-Mu, aku memohon kepada-Mu hati yang bersih dan lisan yang jujur. aku memohon kepada-Mu dari kebaikan yang Engkau mengetahuinya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang Engkau mengetahuinya. Dan aku memohon ampunan-Mu atas (dosa-dosaku) yang Engkau mengetahuinya, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui yang ghaib.” (Hadits Hasan. HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Hibban. Lafadh dari Ahmad)

Wallahu A’lam.


 

KARYA TULIS